PWMU.CO– Masjid dan fungsinya menjadi ulasan Dr Mahsun Djayadi dalam Ngaji Reboan di Masjid Nurul Iman Banyuurip Kidul Surabaya, Rabu (23/11/2022).
Mahsun Djayadi mengatakan, masjid bukan hanya tempat shalat namun bisa multifungsi sehingga keberadaannya bermanfaat untuk masyarakat.
Dia mengutip surat at-Taubah ayat 17-18
مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengakui mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dia menuturkan, menurut sejarahnya di zaman Nabi, masjid juga berfungsi sosial politik.
”Karena itu perlu revitaslisasi peran atau fungsi masjid sehingga terwujud kemakmuran jamaah dan umat,” ujar Mahsun yang dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Takmir masjid memulai revitalisasi dengan melakukan pertama, penghimpunan dana dan menyalurkan dana kepada dhuafa di lingkungan jamaah masjid dan sekitarnya.
Kedua, bentuk riil mekanisme pendistribusiannya melalui santunan sembako, kotak sedekah, Kajian Ahad Pagi, Jumat Berkah, Buka Bersama di bulan Ramadhan.
Ketiga, kajian tafsir al-Quran, kajian fiqih, kajian Sirah Nabawiyyah, Taman Pendidikan al-Quran, bantuan pelayanan kesehatan, dan kegiatan sosial.
Tempat Singgah
Pada zaman Nabi Muhammad saw, kata dia, para sahabat yang menuntut ilmu, terutama yang tidak punya rumah, ditempatkan oleh Nabi di masjid. Nabi menamai mereka dengan ahlush-shuffah.
Di zaman dinasti Abbasyiyah dibuatlah model masjid khon. Yakni masjid yang di sekelilingnya dibangun pondokan untuk menginap santri yang jauh dari luar kota.
”Di zaman modern saat ini, di beberapa pesantren, santri-santri sudah dibuatkan asrama yang letaknya tidak jauh dari masjid. Di zaman sekarang bermunculan lembaga pendidikan sekaligus disediakan masjid dan asrama yang disebut boarding school,” katanya.
Bukalah masjid menjadi tempat istirahat bagi musafir. Dengan syarat menjaga kebersihan, mengikuti shalat berjamaah. Sediakan air minum dan makanan ringan. Dengan demikian, para musafir atau jamaah merasakan manfaat keberadaan tempat singgah di masjid tersebut.
Pada zaman Nabi saw, usai perang, para sahabat yang terluka diobati di masjid. ”Jadi lebih baik jika masjid sekarang menambah ruang klinik untuk pengobatan bagi jamaah,” ujarnya.
Jika mampu membeli mobil ambulans dengan peralatan medisnya dan sopir yang stand by, sambung dia, makin bermanfaat membantu warga yang sakit atau mengantar jenazah ke pemakaman.
”Dalam kondisi darurat, seperti bencana alam, masjid punya peran sosial sebagai tempat perlindungan warga. Bisa jadi tempat mengungsi,” kata pembina Ma’had Umar bin Khattab ini UM Surabaya ini.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto