Ajaran Kiai Dahlan jadi kunci sukses Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah; Liputan Kontributor PWMU.CO Darul Setiawan.
PWMU.CO – Ketua Panitia Penerima Prof Dr Sofyan Anif MSc menyampaikan kunci sukses pelaksanaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah. Dia membeberkannya dalam Talk Show TVMu, Sabtu (19/11/22).
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu bersama Nenek Nurlina di acara Gebyar Muktamar, Antuasiasme Warga Muhammadiyah Gembirakan Muktamar. Dalam kesempatan tersebut, Prof Sofyan bercerita bagaimana dia menangis beberapa kali karena momen mengharukan selama muktamar.
Menangis Beberapa Kali
Karena sebelum mendengar kisah Nenek Nurlina, itu saya menangis beberapa kali. “Jadi sehari sebelumnya itu ada rombongan santri-santri dari Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen. Ada sekitar 100-an santri datang dari Sragen ke Solo itu jalan kaki. Padahal mereka itu usia-usia SMP, sambil membawa sembako,” ujarnya.
Meskipun sembakonya ada di truk atau pickup, lanjutnya, Tapi itu menunjukkan satu semangat yang luar biasa. Memang generasi muda harus tangguh, meskipun harus berjalan. Itu artinya siap menghadapi tantangan. “Sehingga sampai di Solo, saya jemput dan berikan apresiasi,” ungkapnya.
Begitu juga dengan rombongan gowes dari Palangkaraya. Ada delapan orang kalau nggak salah. Dari Palangkaraya dan Banjarmasin menjadi satu mereka naik sepeda. “Lalu sampai Edutorium mereka saya sambut dan saya berikan apresiasi dan penghargaan kepada mereka,” tuturnya.
Apresiasi Banyak Pihak
Prof Sofyan mengatakan, kekompakan dari panitia pusat hingga panitia penerima luar biasa. Termasuk bantuan dari pihak-pihak lain, seperti Bapak-bapak dari Pimpinan Pusat (PP), PDM se-Solo Raya, sungguh luar biasa. “Sehingga hasilnya bisa kita rasakan, mulai dari pelaksanaan kegiatan pendamping, yang saya menganggap juga sukses luar biasa,” jelasnya.
Pada Jumat (18/11/22) malam ada Mangayubagyo, yang juga sukses besar. “Kami mengundang Letto, Tantri Kotak, dan tampaknya juga menghayati betul suasana dan tema muktamar, sehingga lagu-lagu yang dibawakan juga betul-betul bisa meresap di hati kita,” terangnya.
Sabtu (19/11/22) pagi, juga ada pembukaan muktamar di Stadion Manahan yang luar biasa. “Banyak pihak yang memberikan apresiasi pada saya dan teman-teman, entah itu dari teman-teman dari internal Muhamadiyah atau dari organisasi lain,” ucapnya.
Bahkan, kata dia, dari tokoh-tokoh politik juga memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap pelaksanaan pembukaan muktamar, yang dianggap sebagai muktamar yang istimewa, belum pernah terjadi semeriah ini. “Sehingga banyak yang kagum, termasuk saya sendiri merasa kagum tidak menyangka bisa sehebat dan semeriah itu,” paparnya.
Unggul pada Metode
Prof Sofyan mengatakan, yang menjadi keunggulan dari muktamar kali ini daripada muktamar sebelumnya adalah terkait dengan metode. Artinya, kita mulai tanggal 5 November itu sudah melakukan pleno pertama. “Dalam pleno tersebut, kita menggunakan metode blended, Bapak-bapak PP Muhammadiyah ada di UMS, kemudian seluruh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) mengikuti secara online di tempat masing-masing,” ungkapnya.
Kemudian, sambungnya, pada saat sidang tanwir tanggal 18 November 2022, saat kita memilih dari 92 menuju 39 itu juga kita lakukan dengan pendekatan evoting, yang tentu sebelumnya belum. Kemudian Sabtu (19/11/22) malam juga dilakukan pemilihan formatur 13 dari 39 itu juga dengan menggunakan evoting, yang objektivitasnya dapat dijamin. “Itulah yang membedakan,” imbuhnya.
Muhammadiyah Berkemajuan
Itu sekaligus menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi dakwah yang modern. Jadi kalau kita sering sebut sebagai gerakan tajdid, pembaharuan, ini sebagai salah satu bukti. “Kalau kita sering dikatakan Muhammadiyah Berkemajuan, maka ini sebagai salah satu bukti,” tuturnya.
Prof Sofyan mengatakan, bahwa kemajuan itu orientasi dinamisasi bahkan mungkin progresif. Semua pemikiran bahkan di dalam penguasaan iptek sendiri Muhammadiyah tidak boleh kalah dengan pihak lain.
Sehingga perpaduan penguasaan Iptek di bidang IT dan pemahaman agama ini, kata dia, akan menjadi suatu nilai yang mendasari semua kebijakan yang kita lakukan. Dan ini sebagai sebuah keunggulan yang kompetitif dari Persyarikatan itu sendiri.
“Kemarin saya coba keliling di dapur-dapur umum, saya menemukan enam titik di sekitar Edutorium dan kelurahan di sekitar UMS. Semangat ibu-ibu juga luar biasa. Mereka iuran tanpa bantuan dari kita. Dari ranting, cabang, baik itu Aisyiyah dan Muhammadiyah semuanya bergerak,” jelasnya.
Situasi kemacetan juga membuat senang dan sedih. Di belakang bus ada tulisan ‘ora usah mikir utang, sing penting ayo teko nang muktamar’. ‘Hasile nabung tujuh tahun, ayo podo piknik untuk muktamar’. Ada jual sapi, sawah, semangatnya tidak hanya menabung. Para penggembira juga menabung untuk lima tahun di muktamar nanti. “Ada yang sampai menggadaikan kalung, gelang, cincin yang sebagai mas kawin. Itu membuat saya menangis,” lanjutnya.
Ajaran Kiai Dahlan
Hal tersebut, menurut Prof Sofyan, bisa memberikan motivasi pada yang muda, jika yang tidak punya uang itu bisa membantu, apalagi kita yang sudah berpendidikan, muda, punya jangkauan ilmu yang panjang.
“Spirit itu harus ditularkan, yang ada nilai-nilai. Berbuat baik untuk bangsa itu tidak harus punya uang, tapi juga ilmu atau apa saja yang kita miliki. Komitmen itu yang harus dijaga. Ada motivasi yang baru dari para peserta, muktamirin, dan penggembira muktamar usai dari Solo,” jelasnya.
Prof Sofyan tak lupa mengucapkan terima kasih pada peserta dan penggembira. Mohon maaf juga atas segala kekurangan. Ada nilai-nilai ruhani, spiritual yang dapat kita petik pada kegiatan muktamar ini. Nilai ini tidak lepas dari ajaran yang ditanamkan oleh KH Ahmad Dahlan, yakni wa ta’awanu ‘alal birri wat-taqwa, “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa”.
“Dalam kehidupan Muhammadiyah, itu tidak pernah lepas dari kehidupan tolong menolong. Di dalam kehidupan Muhammadiyah, itu tidak pernah lepas dari nilai keikhlasan, perjuangan, dan pengabdian,” tuturnya.
“Saya rasa tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan, tidak ada perjuangan, jihad, tanpa dilandasi ikhlas. Dan itulah yang menjadi komitmen besar, yang menjadikan Muhammadiyah semakin berkembang di dalam dan luar negeri. Semua berkembang dari ikhlas, yang menumbuhkan komitmen. Responsif pada kemajuan Ilmu dan pengetahuan, itulah ciri Muhammadiyah yang modern dan berkemajuan,” pungkasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.