Musywil di Ponorogo, Tak Lengkap tanpa Menikmati Kuliner Khas Ini; Liputan Ajeng Laksmita, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Bagi peserta, peninjau, atau pengembira Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur, di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) (24-25/12/2022), rasanya tak lengkap jika tak merasakan kuliner khas Kota Reog itu.
Kota kecil yang berada di sebelah barat Jawa Timur ini adalah salah satu surganya kuliner. Kota Ponorogo menawarkan berbagai makanan enak bercita rasa khas, seperti sate ayam, pecel, hingga kudapan penutup seperti dawet. Ada juga yang bisa menjadi oleh-oleh.
Maka ‘wajib’ bagi Anda yang mengunjungi Ponorogo untuk mencicipi kuliner legendarisnya. Disebut legendaris karena penjualannya sudah menjajakan dagangannya selama puluhan tahun. Bahkan ada loh yang sampai turun-temurun tapi rasanya tetap juara, semakin dinikmati seolah tidak tergerus zaman.
Berikut lima kuliner khas Ponorogo yang perlu Anda nikmati.
1. Sate Ayam
Meskipun kudapan ini hampir ada di setiap kota, tapi sate ayam punya Ponorogo tetap yang jadi juaranya. Terkenal karena daging ayamnya pipih tanpa lemak dan ditusuk memanjang. Bertambah lengkap dengan guyuran sambal kacang kental dan dipadukan lontong.
Jika penasaran di mana bisa mendapatkan sate ayam Ponorogo, Anda bisa datang ke Kampung Sate yang berada di Jalan Lawu Ponorogo. Dulunya tempat ini dikenal dengan nama Gang Sate karena semua warganya berbisnis makanan ini. Tapi yang paling legendaris yaitu sate ayam H. Tukri Sobikun. Bahkan para pejabat termasuk Presiden jika ke Ponorogo akan mampir di sini menikmati kelezatan sate ayamnya.
Selain di Jalan Lawu, Anda juga bisa mendapatkannya di Ngepos, tepatnya di ujung selatan Jalan HOS Cokroaminoto. Di tikungan tersebut Anda akan menemukan banyak penjual sate dengan gerobaknya yang khas. Sate ayam Ngepos juga dikenal sebagai Sate Ayam Purbosuman. Jika Anda berkunjung ke sana bisa sekalian nonton proses pembakaran sate, sekaligus menikmatinya dalam keadaan fresh dari tungku pembakaran sambil menikmati Malioboro-nya Ponorogo.
Nah, kalau Anda ingin menikmati di malam hari, Sate Ayam Setono pilihan terbaiknya karena buka mulai sore hingga malam hari. Sate Setono dikenal sebagai sate kaki lima. Pasalnya mayoritas pedagangnya berjualan di warung atau tenda.
Sate Ayam Ponorogo selain bisa makan ditempat, juga menjadi opsi terbaik sebagai oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Anda tergoda? Yuk nyate …!
2. Pecel
Pecel sebenarnya adalah makanan khas Jawa. Tapi pecel Ponorogo kelezatannya tiada tanding. Sambalnya diencerkan memakai air dingin sehingga rasa kacang masih tersa manis dan berwarna coklat kemerahan. Selain itu sambal pecel Ponorogo tidak digiling dengan mesin namun ditumbuk dalam mencapur bumbunya. Untuk yang fanatik masih menggunakan lumpang dan alu membuat cita rasa kuliner yang cocok dinikmati waktu sarapan ini semakin mantap.
Semakin lengkap ketika dinikmati bersama aneka lauk. Tapi yang paling cocok yakni tempe kepleh, pia-pia rempeyek. Anda mau menyantapnya? Makanan ini bisa dengan mudah Anda temui di sepanjang jalan yang ada di Ponorogo.
3. Gethuk Golan
Sekitar 5 kilometer dari pusat Kota ponorogo, terdapat sebuah desa yang terkenal dengan jajanan tradisionalnya yakni Desa Golan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo.
Sejak dulu dan sudah turun temurun penduduk Desa Golan membuat dan menjual gethuk. Gethuknya pun masih murni berwarna putih, berbahan utama singkong tanpa ada tambahan gula merah.
Dilihat dari segi tampilan dan rasa, getuk golan memang berbeda dari getuk biasa. Jika getuk biasa adalah olahan singkong yang ditumbuk bersama gula jawa, getuk golan disajikan bersama ketan atau jadah. Taburan parutan kelapa dan cairan gula kelapa yang manis.
Harga gethuk golan juga sangat terjangkau, hanya dengan merogoh kocek Rp 3000 Anda sudah bisa menikmati seporsi gethuk golan yang dibungkus daun pisang. Sangat kental dengan nuansa tradisional kan?
4. Dawet Jabung
Sejak dulu Desa Jabung terkenal sebagai pusat atau surganya penjual dawet. Kuliner khas yang satu ini berupa minuman manis terdiri dari cendol, ketan hitam, dengan tambahan kuah santan dan gula kelapa (juruh) yang gurih. Dawet jabung menggunakan gempol, itulah yang membuatnya berbeda dari dawet lain.
Gempol terbuat dari tepung beras, sekilan bulat seperti mochi tapi teksturnya kasar diluar, kenyal ketika digigit.
Di beberapa pejual, dawet jabung dilengkapi dengan potongan atau irisan buah nangka. Lengkap dengan es batu yang membuat minuman ini selalu dicari di siang hari oleh banyak orang.
Eits, klau Anda menikmati dawet jabung di warungnya, jangan ambil lepek atau alasnya ketika penjual menyodorkan pesanan Anda ya ..! Daripada nanti dikira jodoh sama penjualnya.
Selamat bermusywil sambil menikmati kuliner khas Ponorogo! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni