Bu Cinta Ungkap Cara Perempuan Keluar dari Belenggu Kemiskinan; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah dari Bandung, Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Apa yang harus dilakukan untuk keluar dari situasi di mana perempuan terpuruk dan terbelenggu oleh kemiskinan atau ketidakpercayaan diri?
Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Jawa Barat Athalia Praratya Kamil SIP MIKom menjawabnya di sesi Bincang Perempuan Muktamar Ke-14 Nasyiatul Aisyiyah, di Ballroom Hotel Grand Asrilia Bandung, Jumat (2/12/2022) siang.
Athalia atau Bu Cinta–sapaan akrabnya–awalnya mengungkap, ternyata faktor pendidikan sangat berperan penting. “Itulah kenapa pemerintah selalu memasukkan pendidikan di setiap programnya. Kunci pemberdayaan adalah pendidikan,” ujarnya di Ballroom Hotel Grand Asrilia Bandung.
Menariknya, di Jawa Barat ada Sekoper Cinta, singkatan dari Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita. Program yang baru berjalan sejak 2019 ini berdasarkan hasil penelitian pentingnya pendidikan. “Sekarang sudah ada 36.900 lulusan. Insyaallah 2022 akan ada dua kali lipat jumlah lulusannya,” imbuh Bu Cinta.
Ketua Dekranasda Jawa Barat ini menerangkan, di sekolah itu awalnya peserta dapat pemahaman. Sebab, perempuan tidak mau maju karena tidak percaya diri. “Mereka tidak tahu potensi dirinya. Mereka harus mengenal diri dulu. Misal, kekuatan dia jago masak. Maka dia akan menemukan kecintaan atau hobinya dulu,” jelasnya.
Setelah itu baru masuk ke program berikutnya, pembekalan keterampilan. “Belajar masak dari ahlinya, kemudian diberikan modal. Nantinya bisa berusaha sambil didampingi terus. Banyak program yang digulirkan pemerintah yang saya yakin sudah teman-teman lakukan,” tambahnya.
Faktor Terpenting
Ada banyak faktor keberhasilan untuk mencapai kesuksesan. Dia lantas melempar pertanyaan ke peserta, “Apakah faktor yang paling penting?”
Salah satu peserta asal Gorontalo menjawab, keinginan dan kemauan. Hal ini langsung dibenarkan Atalia. “Bukan dari orang lain, program pemerintah, atau apapun yang mungkin bisa menginspirasi kita. Yang paling penting adalah diri kita sendiri. Harus ada kemauan! Itu yang membuat kita maju melesat,” terangnya.
Bu Cinta menegaskan, kunci keberhasilan terpenting adalah percaya diri. Contohnya, “Dia punya produk tapi kalau tidak mampu percaya diri produknya bagus, dia tidak akan dapat apa-apa. Mau nawarin masih berpikir, duh produk saya begini, nggak jadi ah!”
Kedua, kemauan keras. “Di Cirebon ada Batik Trusmi. Dulu dari rumah ke rumah ketuk pintu, sekarang jadi yang terbesar di Cirebon, bahkan di Jawa Barat. Tahan banting, maju terus!” tuturnya.
Ketiga, siap hadapi risiko. Artinya siap untuk sukses, tapi juga harus siap gagal. Dia menceritakan Edward pernah bisnis bakso dan gagal. Akhirnya Edward mencoba bisnis Kopi Kenangan yang sekarang omsetnya Rp 120 miliar. Athalia memotivasi,.”Roda akan berputar, suatu masa kita akan di atas!”
Keempat, berpikir positif. “Kalau kita menghadapi situasi sulit, katakan ini adalah tantangan! Kita pasti bisa melewatinya,” imbaunya.
Kelima, terbuka pada informasi. Pak Joko seorang pengrajin di Bali mampu menjual dalam jumlah banyak melalui e-commerce. “Karena dia tahu digitalisasi sedang moncer-moncernya. Dia bisa dapat Rp 400 juta hanya dari Shopee,” ungkapnya.
Dia memperingatkan, “Jangan saya nggak ngerti terus nggak mau berusaha, yang bisa kita lakukan adalah belajar.”
Keenam, inovatif dan kreatif. Misal, muncul ide kreatif dalam teknologi untuk menjadwalkan pemberian makan ikan secara otomatis di bisnis budidaya ikan.
Ketujuh, perluas jejaring. Mengingat, masing-masing peserta ada yang aktif di beberapa organisasi. “Kalau kita mau berdagang tapi nggak mau kenalan sama orang, ya nggak bisa dapat klien atau konsumen. Eh, ini lho saya punya produk, cobain deh!” contohnya.
Kedelapan, ciptakan peluang. Bu Cinta menerangkan, “Kita bisa melakukan sesuatu sesuai apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Kalau sekarang senang berkerudung akan tahu sekarang yang lagi hits itu kerudung instan. Yang bisa kita jual itu yang membuat kita nyaman. Jadi amati, tiru, dan modifikasi!”
Dia lantas menyampaikan titipan pesan sang suami, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil SIP MIKom. Yakni produk itu dibutuhkan atau tidak, disukai atau tidak, harus diketahui lewat promosi gencar, dan harus bisa dibeli. “Jangan salah sasaran. Bukan produk yang murah yang akan dibeli masyarakat. Tapi produk yang harganya tepat,” ujarnya.
Akhrinya dia menyimpulkan, “Untuk keluar dari situasi yang ada, kita yang harus jadi sumber utamanya. Kira harus mau bergerak. Jangan mau patah. Jika jatuh segera bangun. Jika gagal segera bangkit. Jika kalah yuk coba lagi!” (*)