PWMU.CO– Kemajuan perempuan Indonesia sangat terkait dengan gerakan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah yang sudah dirintis sejak tahun 1920-an.
Hal itu dikatakan Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Raja Juli Antoni dalam Tanwir V Nasyiatul Aisyiyah pada sesi Stadium General, Jumat (2/12/2022).
”Perempuan dalam sejarah umat manusia dan sejarah Indonesia adalah second clasification, warga negara kedua atau bahkan makhluk ciptaan kedua setelah laki-laki. Akan tetapi dengan kontribusi Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah maka perempuan Indonesia dapat terangkat martabatnya,” kata aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Pemuda Muhammadiyah ini.
Dia menyampaikan teringat tokoh Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, Siti Munjiyah, yang berbicara pada Kongres I Perempuan Indonesia pada tahun 1928 tentang kemajuan prempuan.
”Hal ini menyimpulkan bagaimana pikiran dan tindakan perempuan Muhammadiyah,” tutur Raja Juli.
Ia mengatakan, dalam Kongres tersebut Bu Munjiyah mengatakan, mereka kaum perempuan itu berpikir yang menyebabkan haknya hilang itu lantaran bodoh.
”Baiklah, sekarang kami bergerak maju mencari pengetahuan dengan bersekolah dan bahwasanya perempuan itu sama saja dengan haknya laki-laki,” katanya Raja Juli mengutip pernyataan Munjiyah.
Raja Juli menambahkan, dapat dibayangkan bagaimana di tahun 1928, seorang pengurus muda Aisyiyah/Nasyiatul Aisyiyah sudah mengampanyekan di suatu forum yang terhormat bagaimana pentingnya hak-hak perempuan, termasuk bagaimana perempuan memiliki hak berpendidikan.
”Kondisi ini jangan sampai taken for guaranteed bagi Nasyiatul Aisyiyah. Bahwa di belahan bumi sana masih banyak kelompok-kelompok Islam, sekte-sekte Islam yang masih mengharamkan pendidikan bagi perempuan,” katanya.
Di Afganistan sana, sambung dia, sampai hari ini perempuan masih diharamkan pergi ke sekolah. Bandingkan dengan kesadaran Nasyiatul Aisyiyah dan Aisyiyah pada tahun 1928 bahwa akar masalah kita adalah pendidikan.
Atas dasar sejarah tersebut, Raja Juli meminta agar Nasyiatul Aisyiyah tidak boleh minder dan tidak boleh berdiri di belakang karena justru kader Nasyiatul Aisyiyah yang pertama kali berbicara tentang kemajuan dan kesempurnaan, baik itu laki-laki maupun perempuan. (*)
Penulis Isrotul Sukma Editor Sugeng Purwanto