Fast Response, Kekuatan Branding Lazismu oleh Joko Intarto, Manajer Fundraising Lazismu Pusat
PWMU.CO– Sesuai status perizinannya, Lazismu adalah lembaga amil zakat dan sedekah tingkat nasional. Lazismu hadir di seluruh wilayah Indonesia, menyatu dengan badan persyarikatan Muhammadiyah sebagai induk di semua tingkatan.
Namun secara persepsi, Lazismu belum bisa seperti itu. Lazismu seakan-akan baru ada di Pulau Jawa: Pusat (nasional), Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta. Kekuatan Lazismu menumpuk di sana. Sedangkan di wilayah lain, walau kian menguat namun belum bisa menyamai.
Apa persepsi yang tergambar dari Lazismu Pusat, Jawa Tengah dan Jawa Timur? Sebenarnya ini perlu diriset dengan serius. Karena berbagai keterbatasan, saya melakukan riset dengan mengamati lalu lintas percakapan di dua Whatsapp Group: Lazismu Nasional dan Lazismu Pusat-Wilayah.
Bila diperhatikan dengan seksama, informasi di dua grup itu hanya didominasi tiga kantor saja: Pusat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jawa Timur paling menonjol.
Dilihat dari materi informasinya, Jawa Timur dan Jawa Tengah yang paling menarik: Paling banyak memberikan informasi baru terkait strategi fundraising maupun program penyaluran dan pendayagunaan.
Informasi dari Pusat pun boleh dibilang kalah sering. Sementara wilayah lainnya lebih banyak mengunggah doa dan icon jempol memuji Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kalau pun ada program yang menarik, sifatnya belum konsisten. Masih sesekali.
Persepsi positif paling kuat yang saya simpulkan dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta adalah fast response dalam pelayanan sosial.
Dari sisi kecepatan dan kemampuan menyelenggarakan pelayanan sosial, Jawa Timur dan Jawa Tengahlah tulang punggungnya.
Contoh sederhana: Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Solo, beberapa waktu lalu. Hanya Jawa Timur yang sanggup mendistribusikan bakso hingga 30 ribu mangkok selama 3 hari.
Begitu pun Jawa Tengah dengan 30 ribu paket nasi campurnya. Aksi itu bukan direncanakan berbulan-bulan. Hanya beberapa hari menjelang muktamar.
Dalam pelayanan ambulans, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta boleh dibanggakan. Baru tiga wilayah ini yang memiliki armada ambulans begitu banyak.
Baru wilayah itu yang bisa menyediakan layanan estafet ambulans antar kota antar provinsi. Wilayah yang lain belum sanggup.
Mengapa Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta begitu istimewa? Menurut saya, karena ketiganya memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan wilayah lainnya.
Kekuatan itu saya petakan sebagai berikut:
Kekuatan Lazismu Pusat bertumpu organisasi dan kelembagaan serta kemampuannya dalam fundraising. Kekuatan Jawa Tengah dan Jawa Timur ditopang lagi dengan adanya sarana pelayanan sosial.
Dalam hal sarana, Lazismu Jawa Timur tentu paling menonjol di antara wilayah lainnya. Yogyakarta sebenarnya juga kuat secara organisasi dan kelembagaan serta kepemilikan sarana pelayanan sosial. Namun dari segi varian sarana, Yogyakarta tidak memiliki sebanyak Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari kemampuan fundraising, Yogyakarta juga masih medioker, biasa saja. Tetapi berpotensi melejit bila menemukan strategi yang tepat.
Dengan kelengkapan sarana pelayanannya, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta bisa membangun persepsi fast response itu secara efektif.
Hari ini terjadi bencana alam, hari ini juga Jawa Timur dan Jawa Tengah bisa melakukan aksinya. Membangun dapur umum, mengirim ambulans, mengirim pasukan dengan motor trail dan lain-lain.
Narasi yang terbangun tidak hanya sangat membanggakan, persepsi fast response itu juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap Lazismu.
Dalam bahasa orang iklan, ambulans, dapur umum, pasukan trail adalah how to-nya. Kelak kalau persepsi fast response ini bisa dijaga secara konsisten, Lazismu akan menikmati dampak positif yang lain: Menjadi lembaga pilihan pertama.
Pilihan pertama adalah level tertinggi dalam proses marketing. Di bawahnya adalah disukai. Di bawahnya lagi: Dikenal. Disukai berpeluang dipilih. Dikenal belum tentu dipilih.
Editor Sugeng Purwanto