Pemimpin Yahanu dan Yokyok-o oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Lupakan sejenak teori klasik kepemimpinan ala Thomas Charlyle, The Great Man Theory. Tentang seorang pemimpin besar. Atau gaya pemimpin model Franklyn.
Ramainya bursa calon Ketua PWM dalam Musywil ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur yang akan di gelar di Ponorogo, 24-25 Desember 2022 terasa lebih menggairahkan daripada memikirkan kriteria dan syarat sebagaimana standar kepemimpinan.
Apalagi mencoba menganalisa perilaku seorang pemimpin melalui followership ala Kelly’s Modell.
Secara entheng-enthengan, kita bisa melihat bagaimana seorang pemimpin, katakanlah ketua dari sebuah organisasi menjalankan proses transformtif kepemimpinannya.
Ada baiknya juga ketika media sosial persyarikatan diramaikan oleh nama-nama yang siap bertarung atau dipertarungkan dalam pemilihan Ketua PWM nanti sehingga Musywil tidak terkesan adem ayem tanpa greget.
Terkadang media pun bosan meliput perhelatan besar tanpa ada berita yang interest news. Namun demikian perlu dihindari agar keramaian bursa calon Ketua PWM tidak overdosis. Bisa mengurangi nilai substansi.
Melupakan nilai substansi calon pemimpin hanya akan mengantarkan kita kepada penyesalan karena roda organisasi dan program tidak berjalan.
Tipe Manuk Glatik
Tipe pemimpin yang dapat melahirkan penyesalan itu misalnya, ada pemimpin yang yokyok-o. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan seseorang yang diawal menunjukkan semangat tinggi, berteriak lantang dan mengajukan kesiapan diri memimpin dan menyatakan siap dipilih.
Tidak jarang dia menunjukkan kelemahan pemimpin terdahulu lalu menawarkan ide baru yang akan menjadi prioritasnya.
Paling keras menyuarakan perubahan. Paling depan menggalang dukungan melalui lobi-lobi untuk meyakinkan dirinya layak memimpin.
Saat terpilih, dia bangga dan woro-woro ke mana-mana hingga pelantikan tiba. Dia tampak paling siap memimpin persyarikatan.
Tapi usai pelantikan tidak ada greget dan gerakan sama sekali. Seperti kata orang: Manuk glathik cucuke biru, bar dilantik tibake turu .
Ia diam tidak berdaya. Konsep dan program yang dia tawarkan sebelum pemilihan seperti hilang menguap. Ide-idenya mampet. Tidak ada semangat menghidupkan organisasi. Yang terjadi malah sibuk dengan urusan dan dirinya sendiri. Pemimpin ini adalah tipe semangat di awal, nglokro di belakang.
Di jagat negeri kita banyak kita jumpai seperti menteri maupun anggota DPR yang model seperti ini. Bergairah saat dilantik. Berpakaian mewah dan terlihat gagah. Begitu benar-benar diberi amanah, ia sama sekali tidak berbuat apa apa.
Kerjaannya hanya 3D. Duduk, dengar, duit. Saat rapat jarang datang. Makanya sering kita saksikan dalam sidang DPR banyak kursi kosong. Itu karena yang terpilih adalah orang-orang yokyok-o ini.
Belagu
Ada lagi tipe pemimpin yahanu. Yahanu itu bahasa Arab prokem di kalangan santri. Artinya, sok, belagu. Menggambarkan seseorang yang banyak omong tapi visi kosong.
Penuh gaya tapi tidak menyata. Suka tampil di depan tapi tak memiliki efek signifikan. Kehadirannya sekadar untuk jangkep-jangkepan dan hiburan.
Ia populer, suka pujian dan seringkali paling fashionable di antara yang lain. Tapi saat ada tugas, alih-alih menuntaskannya malah terbengkalai.
Pemimpin yahanu itu full gaya miskin karya. Kalau rapat suka terlambat tapi pulang minta cepat.
Jika tipe ini menjadi ketua, anak buah dan dan organisasi malah jadi bahan rasan-rasan dan olokan karena kerjaanya hanya megaya membangun citra. Hampir tidak ada waktu lewat kecuali pencitraan belaka.
Di panggung politik kita, sangat jamak ditemui para pembangun citra ini. Mulai presiden, menteri, gubernur, dan pejabat lainnya. Ke mana-mana bawa wartawan dan kamera untuk mengekspos citranya. Bukan hasil karyanya. Celakanya rakyat justru suka memilihnya.
Baik tipe yokyok-o maupun yahanu , keduanya tidak otentik. Di Muhammadiyah tipe semacam ini akan malu sendiri karena tidak mendapatkan tempat berarti. Sekadar diterima dan dimaklumi.
Al-Quran menyindir orang seperti ini di surah Shaf ayat 3
كَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰهِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
Kebencian besar di sisi Allah bahwa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian lakukan.
Semoga dalam Musywil ke-16 Muhammadiyah Jatim yang akan datang tidak ada pimpinan terpilih yang yokyok-o dan yahanu.
Editor Sugeng Purwanto