Inilah 6 Arah Gerak Nasyiatul Aisyiyah 2022-2026; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertajuk ‘Energi Baru Pascamuktamar’, Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari MPd mengungkap pengaruh pembangunan terhadap perkembangan perempuan dan anak yang perlu diperhatikan, Jumat (9/12/2022) malam.
“Karena pada periode 2022-2026 ini arah gerak NA sudah ditetapkan, yakni menggiatkan gerakan dakwah dan advokasi yang responsif terhadap keadilan sosial melalui kristalisasi nilai-nilai profesional serta pembentukan karakter kader berwawasan global menuju internasionalisasi Nasyiatul Aisyiyah, ada banyak hal-hal yang menjadi pengaruh bagi perkembangan perempuan dan anak yang menjadi sasaran dari gerakan Nasyiatul Aisyiyah,” terangnya.
Pertama, adanya globalisasi yang telah memberi dampak positif maupun negatif terhadap perempuan dan kelompok rentan. “Ini perlu menjadi perhatian untuk NA nanti melakukan program kerja atau membuat gerakan-gerakan,” tutur Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Ahmad Dahlan itu.
Apa dampak positifnya? “Sebenarnya ketika kita bicara di bidang ekonomi, pengetahuan, atau pendidikan, ini akan berpengaruh juga pada perkembangan budaya dan pemikiran, termasuk pemikiran Islam hingga kita bisa mempercepat arus komunikasi sehingga mempermudah mengakses pengetahuan,” jelasnya.
Di sisi lain juga punya dampak negatif. Globalisasi membuat daya saing pada bidang tersebut kadang berdampak perempuan justru menjadi korban. Wanita kelahiran Semarang, 2 Mei 1986 ini mencontohkan, salah satunya dalam bentuk pidana terhadap perempuan.
Kemudian, perkembangan narasi Islam yang sangat beragam memberi pengaruh bagi masyarakat, termasuk perempuan Islam, dalam menerjemahkan posisi umat Islam, negara, perempuan, dan kelompok rentan di masyarakat. “Yang mana tak jarang dari narasi ini jauh dari nilai-nilai progresivitas yang telah diyakini oleh Muhammadiyah,” ujar Ari.
Tak heran, lanjutnya, dari kalangan internal sendiri khususnya di Nasyiatul Aisyiyah ada juga yang terjebak dalam narasi-narasi tersebut. Maka dari itu, menurutnya ini berhubungan dengan pentingnya literasi digital.
Selain itu, pembangunan yang masif selain punya dampak positif juga menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan yang berpengaruh pada kualitas hidup, terutama kualitas hidup perempuan dan anak. Baik itu dalam masalah kesehatan fisik maupun mental.
“Terutama bagi ibu dan anak, ini semakin rentan. Maka dibutuhkan adanya kegiatan atau pendampingan dari NA sehingga menjadikan daya lenting perempuan dan anak kuat, bisa menghadapi dinamika kehidupan,” tegas ibu dua anak itu.
Arah Gerak NA 2022-2026
Ari mengungkap ada enam arah gerak Nasyiatul Aisyiyah periode 2022-2026. Pertama, arah program memberikan daya dukung pada percepatan peningkatan kualitas dan kompetensi kader NA yang berdiaspora baik untuk garda depan. Baik itu adalah akar rumput skala lokal, nasional, dan global.
“Di sini nanti harapannya kader NA dapat berdiaspora mengisi peluang menjadi kader persyarikatan, bangsa, dan keumatan universal,” imbuh Sekretaris bidang Perempuan Anak Lansia dan Disabilitas ICMI Orwil DIY (2022-2027) itu.
Kedua, penguatan narasi serta mendorong penerapan nilai progresivitas Islam pada perempuan muda Islam dan di tengah masyarakat hingga ke akar rumput. Maksudnya, kata Ari, ialah perempuan muda Islam berkemajuan. “Karena revitalisasi terhadap kaderisasi ini sangat penting bahkan nanti pada prosesnya ideologisasi terhadap nilai-nilai Islam wasathiyah itu perlu ditekankan. Misal pada proses darul arqam NA atapun pada kegiatan perkaderan di NA,” ungkapnya.
Ketiga, pemberdayaan dan advokasi digital. “Secara internal, NA sendiri masih perlu beradaptasi dengan perkembangan dan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada untuk meningkatkan efektivitas manajemen internal organisasi dan memperkuat daya jangkauan dakwah NA,” ujar Ari.
Tapi di sisi lain, lanjutnya, NA juga perlu berhati-hati merespon. “Perempuan, anak, dan masyarakat rentan perlu berhati-hati dan menyadari banyak hal yang bisa terjadi. Perlu terus belajar literasi digital agar nanti perempuan dan anak tidak menjadi korban kekerasan,” sambungnya.
Adapun narasi yang dibangun di dunia digital itu, kata dia, narasi-narasi yang menujukkan bagaimana terdidiknya akhlak dari NA. Ari menegaskan, “Yang membedakan antara anggota NA dengan mereka yang bukan anggota NA. Ini sangat penting!”
Keempat, pengembangan program inovatif yang responsif dengan situasi sosial. Kelima, pembangunan resiliensi atau ketangguhan melalui edukasi dan pemberdayaan masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan tanggap bencana.
Menurutnya, ini penting sekali karena perempuan sebagai pengatur manajerial di rumah tangga bertanggung jawab terhadap apa yang masuk ke dalam rumah dan apa yang nanti keluar dari rumah. “Perempuan memiliki peran penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dimulai dari rumah,” ungkap Wakil Bendahara LPCR PP Muhammadiyah pada 2010-2015 itu.
Keenam, penyusunan desain program Nasyiah yang berorientasi pada perubahan. “Selama ini kegiatan NA menggembirakan juga insidental. Kegiatan insidental yang sering masih kita lakukan itu tidak salah. Namun ke depan, program kerja kegiatan atau desain NA juga harus berorientasi pada perubahan atau memiliki dampak (outcome dan impact) dan ada perubahan dari kegiatan yang telah kita lakukan,” harapnya. (*)