Lima Indikator Sukses Kepemimpinan; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr dr Sukadiono MM hadir dalam Rembuk Kader Sang Surya Jawa Timur bertajuk ‘Memggagas Sumbangsih AMM untuk Kemajuan Muhammadiyah Jawa Timur’ di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Sabtu (10/12/2022).
Suko–sapaan akrabnya–mengungkap lima indikator sukses dalam kepemimpinan berdasarkan buku Tumbuh dengan Karakter.
Pertama, change (perubahan). “Di persyarikatan, tentu 13 orang itu yang jadi pimpinan. Pemimpin yang dikatakan maju harus mampu mengalami perubahan,” ujar Suko.
Kedua, dream (mimpi). Kata Suko, pemimpin harus punya mimpi besar, cita-cita tinggi. “PWM yang akan datang harus melanjutkan beli gereja yang sudah direncanakan periode ini. Ini menunjukkan implementasi dream (mimpi) yang besar,” terangnya.
Di samping itu, Suko menekankan pentingnya think big (berpikir besar). “Tidak hanya berpikir besar tapi juga harus bisa merealisasikannya,” imbaunya.
Ketiga, empowering. Menurutnya, pemimpin harus bisa memberdayakan orang-orang yang dipimpin. “Kita bertiga belas di sini dibutuhkan kolektif kolegial dan indikator empowering,” ungkapnya.
Suko juga mengharuskan adanya pemberdayaan cabang ranting. Menurutnya, “Kalau tidak memberdayakan, kita sebagai pimpinan jadi tidak bagus.”
Keempat, jadi model (uswah atau contoh). Dia mengimbau, “Jangan mengatakan sesuatu yang tidak kita kerjakan.”
Kelima, love (cinta). Menurut Rektor UM Surabaya ini, pemimpin harus ada waktu untuk ngopi bareng dengan anggotanya. “Mendengarkan masalah apa yang jadi keluhan orang yang kita pimpin. Love harus tetap jadi roh. Cinta itu penting dalam mendengarkan aspirasi,” ungkapnya.
Dia menekankan, komunikasi dakwah bukan hanya speaking (bicara) tapi juga harus mendengar. “To hear, to listen. Mendengar dan diresapi apa masalahnya yang sebenarnya. Bukan sekadar masuk telinga kanan keluar telinga kiri,” terang dia.
Jalur Perkaderan
Terkait perkaderan, dr Suko menerangkan ada empat jalur organisasi. Yakni jalur keluarga, ortom, amal usaha Muhammadiyah (AUM), dan pimpinan persyarikatan.
Dari jalur keluarga, dia mengingatkan peserta punya istri dan anak yang bisa dikader. “Mohon maaf jangan sampai aktivitas kita beda dengan aktivitas istri dan anak. Paling tidak anak istri mendukung,” ungkapnya.
Kedua, jalur ortom. “Bagaimana kita bisa memberdayakan Angkatan Muda Muhammadiyah, baik yang berkiprah di AUM maupun menjadi bagian organisasi otonom,” tutur dr Suko.
Dia menegaskan, ada cara mendekati setiap ortom dengan karakter masing-masing. “Setiap pimpinan AUM harus menanamkan al-Islam dan Kemuhammadiyahan kepada seluruh karyawan, dosen, guru, atau pegawai rumah sakit di mana kita jadi pimpinan. Di situlah jalur perkaderan Muhammadiyah!” tegasnya.
Terakhir, jalur pimpinan persyarikatan dari wilayah hingga ranting. Dia lantas mengenang perjalanannya mulai dari dulu di PWPM, lalu di PCM gubeng, lalu di PWM dua periode. “Yang belum, Ketua PWM. He-he-he ini guyon,” ujarnya bikin seisi aula riuh.
Dia lantas menegaskan begitulah jalur bagaimana bisa memberdayakan ortom, AUM, dan persyarikatan.
Terkait tantangan Muhammadiyah ke depan, menurut Suko, perlu ada sekolah politik. “Bagaimana kader Muhammadiyah yang punya potensi di jalur politik harus kita support. Saya punya teman sekarang jadi Sekjend PDIP itu nggak saya larang,” imbuhnya.
Kedua, digitalisasi. Dia memperingatkan, “Jangan sampai visi islam berkemajuan tidak diimplementasikan dalam digitalisasi!”
Ketiga, membangun jaringan. “Karena pemimpin kalau kurang pergaulan dalam membangun jaringan akan susah mengembangkan organisasi yang dipimpin,” terangnya. (*)