LKSA Tunanetra Menggelar Pelatihan Baca Tulis Braile dan Bahasa Isyarat; Liputan Ismini, kontributor PWMU.CO Ponorogo.
PWMU.CO – Lembaga Kesejahteraan Sosial dan Anak (LKSA) Tunanetra Terpadu Aisyiah Ponorogo, Jawa Timur, menggelar Pelatihan Baca Tulis Braile dan Bahasa Isyarat untuk Meningkatkan Kapasitas Pelayanan Disabilitas di Aula LKSA Tunanetra, Sabtu (10/12/12).
Kegiatan yang diikuti oleh 25 peserta ini terdiri dari pengurus dan organisasi santri (orsan) LKSA Tunanetra tersebut menghadirkan Gadis Pramusinta S Pd, guru Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB N) Jenangan Ponorogo dan Hadianto M Pd, Guru SLB-A Aisyiah Babadan, Ponorogo yang juga merupakan Wakil Kepala LKSA Tunanetra.
Ketua Panitia Aris Prasetyo mengatakan kegiatan tersebut merupakan program tahunan dari bidang pengasuhan untuk memeringati Hari Disabilitas Internasional (HDI). “Jadi untuk memeringati HDI tahun ini kita buat serangkaian acara, yaitu pelatihan braile dan bahasa isyarat untuk pengurus dan besok akan kita adakan jalan sehat,” ungkapnya.
Ia memaparkan tujuan dari pelatihan tersebut, yakni untuk meningkatkan kapasitas pengurus dalam melayani siswa difabel, mengingat siswa yang berada di LKSA Tunanetra tidak hanya anak-anak yatim dan dhuafa. Namun banyak yang memiliki hambatan penglihatan baik secara total maupun lovesion juga hambatan pendengaran (tunarungu).
“Tentunya dengan adanya pelatihan ini bisa bermanfaat untuk semua pengurus, karena mereka setiap hari bersinggungan langsung dengan anak-anak berkebutuhan khusus, juga untuk orsan sangat penting agar bisa merangkul semua teman tanpa membeda-bedakan,” jelasnya.
Sangat Dibutuhkan
Pelatihan ini, lanjutnya, sengaja diikuti oleh siswa yang tergabung dalam orsan di LKSA Tunanetra karena sangat perlu untuk memberikan bekal kepada mereka agar mampu berkomunikasi secara baik dengan teman-temannya yang berkebutuhan khusus.
Wakil Kepala LKSA Tunanetra, Hadianto M Pd juga mengungkapkan harapannya dari pelatihan tersebut yakni seluruh pengurus bisa bertambah khazanah keilmuannya yang nantinya akan berpengaruh pada layanan disabilitas. “Harapannya, semoga setelah ini bisa meningkatkan pelayanan maksimal kepada anak asuh terutama yang disabilitas,” tandasnya.
Maryati, salah satu pengurus yang menjadi peserta pelatihan mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini. Menurutnya pelatihan ini tidak hanya menambah ilmu namun menjadi sesuatu yang bermanfaat sebagai bentuk kebutuhan.
“Sebagai pengurus yang setiap hari berhadapan dengan anak tunanetra, ini menjadi kebutuhan, karena selama ini saya juga belum bisa menulis braile. Jadi ketika melihat anak tunanetra yang masih belum bisa menulis juga, akhirnya tidak bisa bantu. Semoga setelah ini bisa membantu baca tulis berkomunikasi dengan baik bersama mereka,” harapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni