Siapa yang Mampu Eksekusi Gagasan, Itu yang Penting di Muhammadiyah; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah
PWMU.CO – Siapa yang mau dan mampu mengeksekusi gagasan di Muhammadiyah? Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dr Sholihul Absor MKes mempertanyakannya saat mendapatkan kesempatan bicara di sesi ketiga Rembuk Kader sang Surya Jawa Timur, Sabtu (10/12/2022) siang.
Awalnya dr Absor menyatakan setuju dengan lima indikator sukses dalam kepemimpinan yang disampaikan Wakil Ketua PWM Jatim Dr dr Sukadiono MM pada sesi kedua, paginya. Dalam forum bertema ‘Menggagas Sumbangsih AMM untuk Kemajuan Muhammadiyah Jawa Timur’ itu, menurutnya indikator terpenting untuk angkatan muda Muhammadiyah (AMM) ialah change (perubahan).
“Pemimpin memang harus bisa mengubah. Cuma yang jadi masalah di Muhammadiyah, bagaimana mencari orang yang bisa membuat perubahan,” ungkapnya di Hall Sang Pencerah lantai 8 Gedung Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Perkara perlu berubah, dirinya sudah sepakat. “Di Muhammadiyah tidak kurang orang yang pintar ngomong atau yang ngomong-nya pintar. Kecuali saya, bukan orang yang pintar ngomong atau yang ngomong-nya pintar. Gagasan di Muhammadiyah hanya menjadi gagasan. Kelemahannya di situ,” imbuhnya.
Akhirnya pertanyaan itu muncul, “Siapa yang bisa mengeksekusi? Siapa yang mau dan mampu mengeksekusi, itu masalahnya!”
Absor paham Muhammadiyah perlu punya program sendiri. Dia mengatakan, “Seluruh orang Muhammadiyah se-Indonesia punya itikad yang sama (bahwa perlu punya program). Tapi siapa yang mampu eksekusi itu yang nggak ada!”
“Bahwa di seluruh amal usaha Muhammadiyah perlu disatukan datanya jadi big data, semua sepakat itu penting. Masalahnya, siapa yang bisa mengeksekusi?” lanjutnya.
Pertanyaan itu lantas membuatnya teringat dan bersyukur, “Alhamdulillah MPKU sudah bisa mengumpulkan seluruh data transaksi real time 30 Rumah Sakit (Muhammadiyah-Aisyiyah, RSMA) di Jatim.”
Kunci Profesionalisme
Kunci jawaban dari pertanyaan itu, menurutnya, ada di profesionalisme. Karena itu, dr Absor mengajak, “AMM, mari membagi diri! Semua jangan dari jurusan politik. Semua profesi harus muncul!”
Kunci ini dia temukan ketika menyatukan big data RSMA. “Siapa yang bisa mengeksekusi?” tanya dia retorik. Ialah Ismail Fahmi PhD–Founder Media Kernels Indonesia dan ‘Drone Emprit’, meski tidak ber-Nomor Baku Muhammadiyah (NBM)–yang mau membantu mengeksekusi dengan keahliannya.
Dia merasa beruntung mengenal sosok Ismail Fahmi. “Untung dia mengaku sebagai orang Muhammadiyah. Mau mengerjakan dan jadi, sampai sekarang tidak mau dibayar,” imbuhnya.
Contoh lain, profesi dokter ahli rumah sakit. Dia berharap, ada sosok dari AMM yang memang benar-benar mampu menjadikan rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah bagus. “Cari direktur rumah sakit angel (susah) setengah mati. kalau ada, itu dokter spesialis kw (palsu). Jadi dokter spesialis tidak diterima, praktik sendiri gak laku, jadi direktur mau,” ungkapnya.
Begitu pula dengan di bidang lainnya. “(Di bidang) pendidikan, siapa yang ahli? Hal ini muncul dari orang muda yang memang ahli dalam profesi yang digelutinya,” tegas dr Absor.
Akhirnya dr Absor menyimpulkan, yang paling penting, bagaimana di AMM ini berkembang bersama-sama. “Di lingkungan disiplin berbeda tapi semua ahli. Jangan nanggung. Bisa menguasai sehingga bisa mengeksekusi gagasan!” tambahnya.
Dia mengakui, “Saya sendiri sebenarnya orang eksekutor. Sebetulnya saya pribadi tidak cocok jadi (Pemimpin) Pimpinan Wilayah. Kalau saya, profesional itu ada di unsur pembantu pimpinan.”
“Oleh karena itu, biasanya ketika nama saya diusulkan, saya tolak. Kali ini saya bersedia, saya tidak tega. Mudah-mudahan saya nggak dipilih gitu aja,” tutupnya. (*)
Siapa yang Mampu Eksekusi Gagasan, Itu yang Penting di Muhammadiyah Editor Mohammad Nurfatoni.