Rumah Besar Muhammadiyah oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jatim.
PWMU.CO– Maksud rumah besar itu tentu kita pahami maksudnya sebagai rumah yang bisa dihuni oleh banyak orang. Pertanyaannya adalah benar dan bisakah Muhammadiyah menjadi rumah besar?
Apa yang menarik yang bisa disajikan oleh Muhammadiyah sehingga banyak orang mau datang untuk tinggal dan atau sekadar singgah.
Apakah seluruh penghuni rumah orang-orang yang ramah, yang santun yang peduli dan suka saling berbagi sehingga menjadi hal yang sangat menarik dan kemudian menjadi ikatan yang kokoh untuk sesama penghuni rumah.
Mungkin masih banyak lagi pertanyaan sekaligus harapan lain yang bisa membuat penghuni rumah semakin banyak, semakin besar.
Ada beberapa hal yang semestinya bisa kita lakukan dan eksekusi agar Muhammadiyah betul-betul menjadi rumah besar yang semakin membesar.
Ada contoh menarik di PCM Candi, Sidoarjo. Umsida membantu mendukung berdirinya TK dan SD Inklusi Candi. Bahkan mendampinginya sampai menghadirkan pertumbuhan yang membahagiakan.
Sekolah menjadi tempat bagi siapapun dan dengan kondisi apapun, sangat terbuka dengan rentang kondisi yang berbeda-beda yang sangat jauh.
Semua merasa sama sebagai sebuah keluarga. Menciptakan segmen pasar yang luas dengan cara menerima apa adanya semua murid dengan kelebihannya masing-masing. Walau mungkin juga bisa disebut dengan kekurangannya masing-masing.
Kita pilih saja diksi dengan kelebihannya masing-masing agar mudah mengantarkan pada kuadran kebersyukuran. Sekolah menjadi rumah besar bagi siapa saja, bagi siswa dalam kondisi apa saja apa adanya.
Sekolah Inklusi
Yang kedua sekolah di Surabaya namanya SMAMX, Sekolah Keberbakatan yang dikomandani Pak Sudarusman. Orang yang seringkali menghadirkan pikiran dan aksi anti mainstream.
Mampu menghadirkan sekolah yang terus tumbuh membesar sekalipun pandemi Covid mendera. Karena sekolah sangat terbuka terhadap siswa dalam kondisi apapun. Sekolah sangat terbuka dan mampu membuktikan menjadi rumah besar bagi siswa dengan kondisi apapun, apa adanya dengan rentang kondisi yang sangat luas.
Tentu agar mampu menghadirkan rumah besar dengan rentang kondisi peserta didik yg sangat luas itu maka karakter yang kuat yang harus mereka miliki adalah tenggang rasa dan saling peduli yang ditumbuhkan oleh kepekaan rasa masing-masing siswa sebagai penghuni rumah besar.
Bagaimana dengan Muhammadiyah?
Rumah besar hanya akan menjadi mimpi ketika ada sebagian penghuninya merasa paling berhak mewarisi bahkan merasa memiliki rumah besar itu. Merasa paling berkuasa dan ujung-ujungnya tidak ada upaya dan kemauan yang sungguh-sungguh untuk mengajak orang di sekelilingnya bersama-sama tinggal di rumah besar.
Tidak ada kesungguhan untuk menciptakan kenyamanan dan kemudian menebarkannya ke seluruh khalayak agar khalayak mau masuk dan betah tinggal di rumah besar Muhammadiyah.
Ketika ada kelompok tertentu merasa paling berhak mewarisi dan menguasai rumah besar itu maka pada saat yang sama akan tertutup pula peluang kita mendapatkan penghuni atau calon penghuni lain yang lebih hebat dari penghuni yang telah ada.
Kalau sekolah inklusi yang kita miliki mampu membuktikan kedigdayaannya menjadi rumah besar bagi siapapun dan dalam kondisi apapun, ada baiknya kita pikirkan dan kita eksekusi Muhammadiyah ini menjadi Ormas Islam Inklusi Muhammadiyah
Jangan sampai terjadi di Ranting atau di Cabang karena para pimpinan merasa paling berhak mewarisi dan memiliki dan atau tidak ada kemampuan untuk berkomunikasi dengan pihak luar sehingga tak mampu membentuk jaringan baru. Tak mampu menghadirkan penghuni baru sehingga perkembangan penghuni rumah hanya sangat tergantung pada pertambahan keluarga para pimpinannya.
Tetap semangat, Bismillah
Editor Sugeng Purwanto