Lagu Rajawi Filistini, tentang solidaritas Palestina viral setelah Tim Maroko meraih kemenangan. Kini menjadi lagu tak resmi Piala Dunia.
PWMU.CO– Penampilan tim Maroko di Piala Dunia Qatar 2022 menghentak dunia. Sabtu (10/12/2022) malam berhasil menyingkirkan Portugal 1:0.
Pelatih, pemain, dan supporter tim berjuluk Singa Atlas itu bersuka ria dan bersujud di lapangan. Sementara Ronaldo dan teman-temannya meninggalkan lapangan sambil menangis.
Tim Maroko memang sensasional. Dalam 16 besar bisa mengalahkan Spanyol dalam adu penalti. Sebelumnya lagi menang melawan Belgia 2:0.
Paling mengejutkan, Tim Maroko dalam Piala Dunia ini menjadikan ajang untuk kampanye perjuangan pembebasan rakyat Palestina dari Israel.
Beda dengan tujuh tim Eropa yang menjadikan ajang Piala Dunia ini sebagai kampanye hak LGBT alias homoseksual. Sampai-sampai tujuh tim Eropa uring-uringan dengan tuan rumah Qatar yang tegas melarang membawa simbol LGBT. Tujuh tim Eropa itu Inggris, Wales, Belgia, Belanda, Swiss, Jerman, Denmark. Mereka sudah hengkang duluan pulang kampung.
Supporter Maroko pun kompak. Di tribun saat mendukung tim negaranya, mereka meneriakkan yel dan menyanyikan lagu Rajawi Filistini. Isinya soal solidaritas untuk Palestina, perjuangan pembebasan Palestina dari Israel dan menyesalkan negara Arab yang diam.
Lagu ini bergema di setiap pertandingan Maroko. Misalnya di Education City Stadium di Qatar ketika Maroko menang melawan Spanyol.
Mahmoud Hassan, supporter Maroko, langsung berdiri di kursinya. Dia mengangkat tangannya, mulai bernyanyi lagu Rajawi Filistini. Beberapa menit kemudian teman-temannya ikut bergabung. Kemudian supporter dari Qatar, Lebanon, dan Mesir maka tribun pendukung Maroko bergetar dengan syair lagu itu.
Wahai Palestinaku tercinta,
Di mana orang Arab? Mereka tertidur.
Negara terindah menolak.
Semoga Tuhan melindungimu.
Syair lagu itu memang tak ada hubungannya dengan sepak bola. Tapi sejak itu viral dan menjadi lagu tidak resmi Piala Dunia di Qatar. Saat tim Maroko berfoto mengabadikan momen kemenangan mereka pun mengibarkan bendera. Bukan bendera Maroko tapi bendera Palestina.
Gelandang Abdelhamid Sabiri mengunggah sebuah cerita di Instagram tentang dirinya yang berlutut di belakang bendera Palestina dengan tulisan: “Untuk orang-orang tanpa suara.”
Dukungan tim Maroko terhadap Palestina jadi ironi mengingat pemerintah Maroko membuat keputusan menormalisasi hubungan dengan Israel.
Kampanye tim Maroko itu disambut warga Palestina di dunia. Aktivis Palestina Muna el-Kurd menghadiri pertandingan dan mengangkat tinggi-tinggi bendera Maroko menyusul kemenangan mengejutkan tersebut.
Influencer Filipina-Palestina kemudian membagikan video warga Palestina di Jalur Gaza yang merayakan pesan solidaritas Atlas Lions, julukan tim Maroko, dengan komentar: Ikatan itu nyata.
Tareq Sawalmeh, guru bahasa Inggris di Ibukota Maroko, Rabat, sangat setuju. Sementara keluarga ibunya berasal dari Maroko utara, ayah Sawalmeh, seorang Palestina, dibesarkan di kamp pengungsi Far’a di Tepi Barat yang diduduki. Sawalmeh sendiri telah melakukan beberapa perjalanan ke Palestina selama bertahun-tahun.
”Ketika hal pertama yang dilakukan pemain Maroko setelah dia menang adalah mengibarkan bendera Palestina, tindakan ini saja yang berbicara banyak,” kata Sawalmeh kepada Middle East Eye.
”Orang Maroko telah membuat kami sebagai orang Palestina bangga selama Piala Dunia,” katanya. ”Merayakan kemenangan kita sebagai satu kesatuan.”
Bagi Sawalmeh, menyemangati timnas Maroko dan mendukung Palestina berjalan beriringan.
”Meskipun saya tidak tumbuh di Palestina, perjuangan Palestina selalu menjadi bagian dari diri saya,” katanya. “Saya selalu berhubungan dengan keluarga ayah saya, sambil menjadi warga negara Maroko dan seorang patriot Maroko.”
Zahra Bahjawi, seorang analis keuangan di Ifrane, kota universitas Maroko, mengatakan, sebagai negara yang beragam secara etnis, nasionalisme dan rasa memiliki kami secara luas didasarkan pada cita-cita – dalam hal ini agama dan kemanusiaan, bukan ras.
”Oleh karena itu, kami memasukkan perjuangan Palestina sebagai milik kami, terutama karena hal itu sejalan dengan dekolonisasi Maroko dan rasa frustrasi rakyat dengan kebebasan berekspresi yang tertahan setelahnya,” tandasnya.
Tim sepakbola Maroko telah menggugah dunia Islam untuk bangkit kembali memberi solidaritas Palestina.
Editor Sugeng Purwanto