Musywil Ponorogo Harus Menghindari Jebakan Zona Nyaman; Liputan Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Tokoh Muhammadiyah Jatim Prof Dr Zainuddin Maliki MSi berharap Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-16 Muhamamdiyah Jawa Timur, 24-25 Desember 20220 di Ponorogo nanti berhasil memilih pemimpin yang bisa membawa Muhammadiyah Jatim terhindar dari jebakan zona nyaman.
“Karena kalau sampai kemudian terjebak dalam zona nyaman maka potensi besar yang sudah dimiliki tidak bisa berkembang lagi. Terutama untuk memasuki wilayah-wilayah dakwah yang cukup strategis,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan PWMU.CO melalui sambungan telepon, Rabu (14/12/2022) pagi.
Menurut Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasiona (PAN) itu, wilayah dakwah strategis yang belum mendapatkan sentuhan yang sistematis dan terukur adalah ekonomi dan politik.
Anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur 2015-2022 itu menjelaskan, gejala merasa cukup karena berada di zona nyaman itu antara lain karena berhasil dengan amal usaha yang selama ini sudah dikembangkan.
Misalnya di dunia pendidikan dan kesehatan. Juga kegiatan-kegiatan kemanusiaan seperti di bidang pengelolaan zakat dan wakaf serta pengurangan risiko bencana.
“Semua itu menunjukkan performa yang sangat bagus,” ujarnya.
Nah, dia melanjutkan, performa yang sangat bagus itu berpotensi menjadi jebakan zona nyaman. “Dan ini menurut hemat saya sangat riskan, kalau sampai kemudian Muhammadiyah merasa berada di zona nyaman itu,” tutur pria kelahiran Tulungagung Jawa Timur itu.
Oleh karena itu, sambungnya, Musywil ini diharapkan bisa menjadi momentum untuk terus menggali gagasan, memperluas jangkauan strategi dakwah hingga wilayah-wilayah strategis di masa-masa yang akan datang. “Itu juga harus mendapat sentuhan yang sistematis dan terukur,” kata dia.
Zainuddin Maliki mengatakan, di tahun-tahun politik yang akan datang, terutama tahun 2024, Anggota PWM Jatim yang terpilih nanti akan berada di sebuah zaman politik.
Oleh sebab itu, kata dia, diharapkan bisa dirumuskan langkah-langkah yang jelas dan terukur itu sehingga Muhammadiyah bukan lagi menjadi yatim piatu—meminjam istilah Buya Syafii—atau malah berada di luar pusaran politik, sehingga jika ada langkah-langkah yang lebih terukur maka zona dakwah ekonomi dan politik yang strategis itu bisa diberi sentuhan-sentuhan yang jelas.
Momentum Kaderisasi
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu mengatakan, Musywil ini juga harus bisa dibaca sebagai sebuah momentum untuk melihat, apakah kaderisasi itu berjalan atau tidak.
Menurut dia, organisasi yang sehat tidak terjebak di zona nyaman. Salah satu indikatornya ialah munculnya kadersisasi. “Muncul kader-kader yang bahasa populernya sekarang darah segar. Tenaga-tenaga yang energik, inovatif, dan kaya ide—yang tak terperangkap di zona nyaman. Itu yang dibutuhkan untuk membuat Muhammmadiyah di Jawa Timur lebih dinamis,” terangnya.
Dia menekankan, jangan sampai jebakan zona nyaman itu membayang-banyangi kepemimpinan Muhammadiyah Jatim ke depan. “Oleh karena itu, sekali lagi, Musywil kali ini bisa diharapkan menjadi momentum yang jelas, bahwa kaderisasi di Muhammadiyah itu berjalan dengan baik,” kata dia.
“Bagi yang muda, saya kira ini merupakan kesempatan untuk memiliki legitimasi atau kepercayaan Muhammadiyah untuk memimpin. Anggota Musywil nanti dengan cermat bisa memilih, bisa menggambarkan, bahwa pemilih-pemilih di Musywil itu semangat kaderisasinya juga menjadi pertimbangan yang kuat,” kata dia.
Menurut Zainuddin Maliki, PWM Jatim periode 2015-2022 telah berhasil melahirkan potensi-potensi baru, kader-kader baru, bahkan bisa menggantarkan anggotanya menjadi anggota DPR RI yang kemudian mendapatkan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Awards 2022.
“Itu kan kaderisasinya bagus,” ungkapnya.
Oleh karerna itu, kata dia, Musywil kali ini jangan sampai menjadi antiklimaks dengan tidak munculnya kader-kader baru. Sebab kaderisasi PWM Jatim selama ini sudah melahirkan kader pemimpin, termasuk masuknya Ketua PWM Jatim M Saad Ibrahim menjadi Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pikiran-pikiran tokoh seperti ini harus dijaga dan dijamin keberlangsungannya karena menjadi inspirasi nasional. Seperti melahirkan terobosan Jihad Politik Muhammadiyah (Jipolmu). Bahkan kemudian punya gagasan-gagasan besar yang tidak hanya di tingkat nasional tetapi berskala global, termasuk rencana membeli tempat ibadah agama lain.
“Ini semua muncul dari Jawa Timur,” ujarnya. (*)