PWMU.CO – Merawat jenazah adalah kewajiban sosial (fardhu kifayah) bagi umat Islam. Dan itu sudah jamak dilakukan. Nah yang perlu mendapat perhatian adalah, bagaimana merawat yang mengidap penyakit menular?
Berbeda dengan jenazah yang sehat, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan untuk merawat jenazah berpenyakit menular, seperti yang disampaikan oleh dr Farida Nur’aini SP PK dalam kegiatan ‘Pelatihan Perawatan Jenazah sesuai Tuntunan Rasulullah SAW’ yang diadakan Majelis Kesejahteraan Sosial, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad, (19/3).
(Baca: Diwarnai Tangis Haru, Siswa Sekolah Muhammadiyah Ikuti Ujian Merawat Jenazah dan Inilah Sukses Tahun Pertama Kerja Dakwah Aisyiyah Gresik)
Di hadapan utusan dari Pimpinan Cabang Aisyiyah se-Kabupaten Gresik, Farida menyampaikan langkah-langkah itu. Pertama, tahap persiapan. “Dalam tahap ini petugas harus memakai alat pelindung diri (APD). Juga harus disiapkan tempat memandikan jenazah yang dekat saluran air yang mengalir dan siapkan larutan klorin sebagai cara menstrerilkan jenazah dan untuk keamanan diri,” jelas dia.
Tahap kedua adalah persiapan kain kafan. Untuk lapisan kain kafan, Farida menganjurkan 4 lapis, yaitu lapisan pertama berupa kain kafan, kedua kain kafan, ketiga plastik, dan keempat kapas dan kafan. “Pemberian plastik bertujuan agar tidak menularkan penyakit,” ungkapnya sambil menjelaskan bahwa yang termasuk penyakit berindikasi menular adalah HIV/AIDS, hepatitis dengan luka terbuka, dan lepra.
(Baca juga: Ini 4 Materi Pokok Merawat Jenazah yang Wajib Diketahui dan Memperkuat Kepemimpinan Profetik dalam Perguruan Muhammadiyah)
Sementara itu Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur Hj Rukmini Amar menjelaskan tentang makna filosofi kematian. Menurut Rukmini, kematian adalah hal yang wajib atau keniscayaan. “Bahwa semua yang bernyawa pasti mati,” ujarnya sambil mengutip surat Alhajj ayat 5 yang mengungkapkan bahwa kematian adalah sebuah proses kontinuitas dan Azzumar ayat 42, yang menjelaskan bahwa kematian adalah bagian tanda kekuasaan Allah.
Kematian–lanjut Rukmini sambil mengutip surat Almulk ayat 2–juga merupakan ujian, yang bisa menentukan siapa yang berkualitas amalnya. “Kematian juga menjadi pintu menuju gerbang keabadian, tempat kehidupan yang sebenarnya yaitu akherat,” tutur peraih Award Penggerak Dakwah 2016 yang diberikan Suara Muhammadiyah.
Selain soal filosofi kematian, Rukmini juga menjelaskan tanda-tanda kematian yang khusnul khatimah (akhir yang baik) yaitu mengucapkan syahadat, ada keringat di kening, terjadi pada malam atau hari Jumat, syahid, karena sakit perut yang sangat, perdarahan karena melahirkan, kebakaran, membela agama Islam, dan dibunuh orang dhalim. Sebelum menutup penyampaian materi Rukmini memberikan praktik perawatan jenazah sesuai tuntunan Nabi SAW. Praktik perawatan jenazah dilakukan secara berkempok.
Ketua Majelis Kesejahteraan Sosial Nurun Nazilah mengatakan pelatihan ini bertujuan membentuk tim perawatan jenazah yang profesional dalam menjalankan tugas, fungsi, dan perannya di masyarakat. “Di samping itu menjadi motivasi bagi warga Aisyiyah dan meningkatkakn keimanan,” ungkapnya. “Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan dapat diapkikasikan ke ranting-ranting.”
(Baca juga: Kecil-Kecil Punya Ilmu Merawat Jenazah dan Juru Dakwah Jangan Hanya Menunggu Panggilan, Harus Proaktif Mengedukasi Masyarakat)
Acara yang berlangsung pukul 08.00-15.00 ini diawali dengan tilawah Alquran dan dilanjutkan dengan ceramah iftitah yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik Uswatun Hasanah.
Uswatun menyampaikan bahwa sinergitas antar-Majelis dan PDA-PCA pada kegiatan-kegiatan yang terprogram harus berjalan dengan baik sebagai upaya dakwah. Dia juga menyampaikan 5 spirit Persyarikatan, yaitu spirit gerakan, amal shaleh, keilmuan, perubahan atau pembaharuan, dan berkemajuan. “Dalam hal amal shaleh, pelatihan ini adalah sebuah perbuatan baik, sebagai amal shaleh yang bermanfaat untuk orang lain,” ujarnya.
Dia juga menyampaikan bahwa setiap orang bisa ber-tazkiyatun nufus (membersihkan diri) dengan cara ingat pada Allah, meningkatkan kualitas shalat dan ibadah lainnya, serta ingat kematian. (Agustine Nurhayati)