PWMU.CO – Ada yang istimewa dalam Upacara Bendera hari Senin (20/3) di SD Muhammadiyah 1 Giri (MURI), Kebomas, Gresik. Ratusan siswa dan guru yang berpakaian khas Gresik berkumpul di halaman sekolah. Para siswa dan bapak guru tampak gagah dalam balutan baju koko, sementara para siswi dan ibu guru dengan kerudung kurosinya nampak anggun dan santun.
Mereka antusias mendengarkan amanat pembina upacara yang disampaikan Mustakim MPd, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik yang juga tokoh pendidikan serta peneliti dan penulis buku tentang sejarah Kota Gresik.
(Baca: Cara SD Muri Menggelorakan Budaya Membaca di Tengah Minimnya Ketersediaan Buku)
Mustakim menjelaskan, SD MURI adalah satu-satunya SD Muhammadiyah yang berada di lokasi terdekat Kerajaan Giri Kedaton yang dipimpin oleh Sunan Giri. “Di masa silam, Kerajaan Sunan Giri telah terkenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di pulau Jawa,” ungkapnya. Bercermin dari sejarah, tambahnya, semoga semangat kejayaan ini menjadi motivasi seluruh warga sekolah untuk mencintai Kota Gresik dan terus berkarya.
Mustakim berpesan kepada seluruh siswa dan guru untuk melestarikan budaya Gresik yang baik, yakni budaya yang bernilai luhur dan mulia sesuai dengan tuntunan Alquran dan Alhadist. Dia berharap bahwa cerita dan hikmah dari sejarah yang dibawakan mampu menyegarkan wawasan seluruh warga sekolah tentang kotanya.
“Semoga ini bisa menumbuhkan rasa simpati dan cinta, serta melahirkan kesadaran dalam diri warga sekolah, bahwa kalian adalah bagian tak terpisahkan dari Kota Gresik. Kalian harus ambil peran untuk berbuat yang terbaik bagi kemajuan bersama,” tutur Mustakim.
Kepala Sekolah SD MURI Dina Hanif Mufidah menjelaskan, dalam acara yang merupakan partisipasi warga sekolah dalam memperingati hari jadi Kota Gresik ke 530 tahun ini, ditampilkan juga pembacaan cerita berjudul ‘Asal Mula Nama Desa Kebomas’ oleh salah satu siswa Kelas VI bernama Rr. Priyanka Putri.
“Seremoni diakhiri dengan incip-incip massal jajanan khas Giri, yang merupakan salah satu icon kuliner Gresik. Aneka jajanan khas itu dibawa secara sukarela oleh siswa. Mereka wajib mengetahui nama dan bahan utamanya. Setelah itu aneka jajan kupat ketheg, serabi Giri, kowi, jubung, ayas, dan lainnya dinikmati bersama. Juga dibagikan gratis ke warga sekitar sekolah,” ungkapnya.
Menurut Dina, aneka jajanan khas Giri yang disajikan turut memperkuat pesan tentang warisan budaya kuliner dan tradisi etos kerja para pengusaha kecil yang harus terus diperjuangkan kelestariannya.
Dia menambahkan, rangkaian acara pagi ini bukan sekedar seremonial belaka. “Namun lebih dalam adalah salah satu mata rantai pendidikan karakter yang tak putus dan tak lelah dijalin untuk membentuk kepribadian warga sekolah yang berbudi, berbudaya, dan unggul,” ujarnya.
Dirgahayu Kota Gresik tercinta! (MN)