Haedar Nashir: Muhammadiyah Jatim Sudah Membumikan Islam Berkemajuan; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Sebelum membuka Musyawarah Muhammadiyah (Musywil) Ke-16 Muhammadiyah Jatim dengan bacaan basmalah, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi, dalam sambutannya, menyampaikan Musywil Jawa Timur ini termasuk spesial, Sabtu (24/12/2022).
Sebab, pada pembukaan di Alun-Alun Ponorogo itu hadir tokoh-tokoh spesial dari jajaran pimpinan pusat (PP). Yaitu Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin MA PhD dan tiga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah meliputi Prof Dr H Muhadjir Effendy MAP, Dr Agung Danarto MAg, dan Dr Saad Ibrahim MA.
Ada pula Gubernur Jawa Timur Dra Hj Khofifah Indar Parawansa MSos beserta wakilnya Dr H Emil Elestianto Dardak BBus MSc. Prof Haedar, sapaannya, lantas bercerita, “Pak Saad berencana duduk di sebelah (Emil Dardak) agar dapat bisikan, tapi ketika saya persilakan, Pak Saad tidak berkenan. Maka Ibu Gubernur berbisiknya kepada saya.”
Prof Haedar melanjutkan, “Karena yang dibisiki ketua umum (dirinya), maka jatah (tambahan) umrahnya dua.” Peserta pun bertepuk tangan bahagia.
Atas nama peserta Musywil, Prof Haedar mengucapkan terima kasih kepada Khofifah dan Emil atas sumbangan hadiah umrah. Yang dimaksud Prof Haedar bisikan itu ialah penambahan doorprize umrah untuk peserta dari Wakil Gubernur Jawa Timur.
Prof Haedar pun menyampaikan terima kasih yang sangat besar kepada Muhammadiyah dan Aisyiyah Jawa Timur yang telah menjadi bagian terdepan dalam memajukan Persyarikatan Muhammadiyah. “Sehingga menjadi wilayah berkemajuan dalam memajukan umat dan bangsa,” ucapnya.
Menurutnya, itu semua karena warga Persyarikatan punya spirit sebagaimana pondasinya sudah diletakkan KH Ahmad Dahlan. “Dimulai dari diri kita. Jika kita ingin membangun khairu ummah, Muhammadiyah sendiri harus tampil jadi khairu ummah itu,” tuturnya.
Dia mengibaratkan lewat pepatah, “Orang tak punya apa-apa, tak bisa memberi apa-apa. Karena kita Muhammadiyah ingin membangun khairu ummah yang wujudnya adalah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, maka kita harus menjadi khairu ummah itu sendiri.”
Bumikan Islam Berkemajuan
Prof Haedar menilai Musywil Ke-16 ini mengangkat tema yang sangat bagus, ‘Membumikan Islam berkemajuan, Memajukan Jawa Timur’. Dia mengingatkan tema ini berkaitan dengan salah satu keputusan terpenting Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah, yakni Risalah Islam Berkemajuan dan Risalah Perempuan Berkemajuan.
Dia kemudian menerangkan Islam Berkemajuan, sebagaimana kata Din Syamsuddin, yaitu Islam diinul khadharah (agama sebagai pembawa kemajuan peradaban). Sebagaimana draft yang dia susun ialah representasi dari Islam itu sendiri yang hadir dalam wahyu pertama berupa iqra.
Islam Berkemajuan juga berarti agama yang membawa perubahan. “Innallaha layughayyiruma biqaulin khatta yughayyiruma bianfusihim. Agama yang juga membawa pada tanwir takhrij minadh dhulumati ilannur,” terangnya.
Di samping itu, Islam Berkemajuan merupakan agama yang mengajarkan berpikir, tafakur, tanadhar, dan tadabbur. “Bahkan agama yang mendorong meletakkan perempuan di sisi laki-laki, satu martabat yang sama untuk membangun kehidupan yang maju, bermartabat, dan selamat dunia akhirat,” ungkapnya. Ini sebagaimana dalam an-Nahl ayat 97 yang sering dikutip Aisyiyah.
Dalam al-Quran dan seluruh hadits nabi, lanjutnya, sejatinya Islam adalah agama yang membawa kemajuan jasmani, rohani, materi, dan hal-hal yang bersifat spiritual, moral, dan akal budi. “Kemajuan dunia dan ukhrawi. Inilah yang membedakan perspektif kemajuan Islam dan Islam Berkemajuan dari pandangan-pandangan kemajuan lainnya” ungkap suami Siti Noordjannah Djohantini itu.
Uswah Hasanah Islam Berkemajuan
Kata Prof Haedar, uswah hasanah Islam Berkemajuan sebenarnya sudah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. “Yang mampu menghadirkan peradaban Madinah al-Munawarah dalam tempo sekitar 23 tahun dari masyarakat Arab Jahiliyah ke masyarakat baru yang berkeadaban di atas agama Islam,” papar dia.
Bahkan sejak itu, sambungnya, Muhammad SAW menjadi kunci risalah yang disambung para pejuang dan pemikir Islam pembawa kemajuan peradaban Islam selama-lamanya. “Yang melahirkan era kejayaan Islam, keemasan Islam, atau renaisans Islam ketika Barat saat itu masih tertidur lelap,” imbuhnya.
Poin penting yang Prof Haedar sampaikan, itulah tonggak kelahiran Muhammadiyah. Maka dia menegaskan, “Mengikutinya bukan hanya hal-hal verbal simbolik tapi yang lebih besar dari itu, umahat menorehkan jejak kemajuan peradaban!”
Terkait tema Musywil ke-16, Prof Haedar menilai, “Sesungguhnya bagi Muhammadiyah Jawa Timur, Indonesia, maupun mancanegara kita bukan akan, tapi sesungguhnya telah dan terus mewujudkan Islam Berkemajuan. Sehingga Islam menjadi diinul rahmah, wama arsalnaka ila rahmatan lil alamin. Sebagaimana tonggak utama risalah Islam yang dibawa Nabi akhir zaman.” (*)