Reog Santri Tampil Memukau di Pembukaan Musywil, liputan langsung Ichwan Arif dari Ponorogo
PWMU.CO – Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur dibuka di Alun-Alun Ponorogo dengan tampilan memukau Reog Simo Budi Utomo 1, Sabtu (24/12/22). Mereka membuka acara dengan Mars Muhammadiyah Sang Surya.
Koordinator Acara Musywil Ke-16 Muhammadiyah Jatim, Ns Elmie Muftiana MKep mengatakan reog 16 ini berasal dari amal usaha Muhammadiyah (AUM) Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo).
Dia menyampaikan dadak merak adalah sebutan untuk topeng yang digunakan dalam tarian Reog Ponorogo berupa kepala harimau yang dihiasi mahkota dari bulu burung merak.
Hal Tersulit saat Latihan
Koordinator Reog Simo Budi Utomo Zula Zulfian mengatakan pemain reog ini berjumlah 45 orang dan semuanya adalah mahasiswa Umpo dari berbagai lintas jurusan.
“Mereka tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Reog di kampus yang sudah berdiri mulai tahun 2004,” ujar mahasiswa Umpo semester VII jurusan manajemen ini.
Dia mengatakan hal yang paling sulit saat satu pekan latihan adalah menyatukan antara tarian dengan terabuhan. Kadang penari minta tetabuhannya yang menyesuaikan sehingga ini yang perlu dilakukan latihan beberapa kali.
“Tapi intinya, kami sangat senang bisa menampilkan reog ini ke hadapan tamu undangan dan penggembira Musywil ini,” kata cowok yang sudah suka tari reog sejak di bangku SD ini, tersenyum.
Reog Santri
Zula menyampaikan dalam tarian reog ini pemain yang berperan sebagai jathil, warok, barongan (dadak merak), klono Sewandono, dan bujang ganong.
“Keenam pemain ini bersama-sama memainkam peran masing-masing ketika di atas panggung,” ucapnya.
Dalam reog ini, lanjutnya, bisa dinamai sebagai reog santri. Nilai Islam kita jalankan dalam karakter pemain. Pemain putri yang membawa kuda semuanya pakai jilbab dan celana panjang.
“Kami adalah UKM di bawah naungan Muhammadiyah, maka harus menyesuaikan. Kalau menilik sejarah, warok sebelum main harus minum-minum dulu, maka dalam reog kami tidak.”
Cerita dalam reog yang kami tampilkan adalah cerita bantar angin, yaitu sang Prabu mengutus para prajuritnya untuk melamar Dewi Songgo Langit.
“Saat diutus tersebut, mereka dihadang oleh Raja Lodaya yang bernama Singo Barong.”
Maka terjadilah peperangan karena Singo Barong ingin merebut Dewi Songgo Langit. Siapa yang memenangkan bisa melamar Dewi Songgo Langit.
“Itu inti cerita yang tersaji dalam tarian reog tadi,” tambahnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni