Angkat Dadak Merak 60 Kg, Begini Latihan Pembarong Reog, liputan Ichwan Arif dari Ponorogo
PWMU.CO – Untuk menjadi pembarong reog yang harus mengangkat dadak merak perlu keahlian khusus, latihan, dan juga trik khusus.
Hal ini disampaikan Koordinator Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Reog Universitas Muhammadiyan Ponorogo (Umpo) Zula Zulfian.
Ketika Reog Simo Budi Utomo selesai membuka acara Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Ke-16 di Alun-alun Ponorogo, dia menyampaikan tugas pembarong adalah pembawa dadak merak.
“Tugasnya adalah membawa dadak. Merak dan menari. Dia membawa dadak merah dengah berat 50-60 kg dengam cara menggigit,” ujarnya.
Dia memaparkan untuk bisa membawa beban yang berat ini, pembarong dibutuhkan latihan secara maksimal untuk menguatkan gigi dan leber.
“Mereka harus banyak olahraga. Selain itu juga dilakukan melakukan latihan dengan membuat beban dari semen. Setelah itu semen dan seterusnya diberi katrol dan diikat dengan tali dan digigit,” ucapnya semangat.
Setelah itu, bentuk latihannya adalah pembarong menariknya sengan gigi. Ditarik baik turun, begitu seterusnya.
“Ini adalah latihan untuk menguji kekuatan leher. Kalau sudah kuat, insyaallah pembarong tersebut bisa mengangkat dadak merak dengan beban 50-60 kg. Bahkan ada yang dadak merak yang dinaiki orang.”
Ekstra Keras
Zula menjelaskan selain melakukan latihan beban tersebut, pembarong juga harus menjalankan trik khusus sehingga mampu menjalankan perannya dengan baik.
“Selain itu, untuk menjadi pembarong ada teknik tersendiri. Ketika sudah berdiri, pembarong tetap mengigit, tetapi ada tambahan berupa memainkan fungsi bahu untuk menerima beban dadak merak tersebut,” tambahnya.
Caranya, lanjutnya, kedua bahu diangkat secara bersama sehingga beban utama di gigi akan bisa berkurang.
“Memang, selain kekuatan otot leher, pembarong juga harus memiliki kekuatan di gigi. Maka, menjadi pembarong, tidak hanya orang yang badannya tegap dan besar saja, tetapi badannya kecil juga bisa asal sering latihan dan harus tahu dan paham triknya,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni