Wejangan Ketua PWM Lama pada Ketua Baru; Laporan Nely Izzatul dari Ponorogo
PWMU.CO – Rapat formatur telah memutuskan Dr dr Sukadiono MM sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (Jawa Timur) periode 2022-2027.
Kesepakatan itu diputuskan dalam sidang pleno III Musywil Ke-16 Muhammadiyah Jatim yang berlangsung di Expotorium Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo), Sabtu malam (24/12/2022).
Menurut pengakuan Sukodiono, musyawarah formatur tidak butuh waktu lama, hanya kurang lebih tiga menit. Yang lama itu karena menunggu ada beberapa personil, yang mungkin sudah pulang dari ruang sidang.
“Alhamdulillah beberapa menit bisa kita sepakati memilih Ketua PWM, yang tentu sesuai dengan kebiasaan, yakni suara terbanyak sebagai ketua,” tuturnya.
Saat ditanya, bagaimana strategi untuk menjalankan kepemimpinan di periode ini, dokter Suko, sapaan akrabnya, mengatakan, ini merupakan tantangan baru.
“Saya kira ini tantangan berat bagi kami, karena apa yang dicapai PWM periode 2015-2022 kemarin di bawah kepemimpinan Kyai Saad sangat luar biasa. Sinergi antar PWM, program internasionalisasi juga sudah dilakukan termasuk pengembangan di berbagai bidang, yakni bidang kesehatan, pendidikan itu juga mengalami akselerasi,” tuturnya.
Menurut dokter Suko, program-program yang sudah baik di periode Kiai Saad tentu sebisa mungkin akan dilanjutkan.
“Saya kira di Muhammadiyah tidak ada program 100 hari atau 50 hari. Programnya tentu mengacu pada sidang komisi program. Besok insya Allah di sidang pleno akan disepakati, yang tentu ini mengacu pada program-program di PP Muhammadiyah,” paparnya.
Sementara itu, Ketua PWM Jatim Periode 2015-2022, Dr Saad Ibrahim MA, ketika ditanya, bagaimana pandangannya tentang formatur dan dinamika yang terpilih, dia mengaku dinamika akhir harus dinamika yang terbaik.
“Saya selalu percaya, bahwa Muhammadiyah itu dilindungi oleh Allah dan dijaga oleh Allah, termasuk juga dalam konteks kepemimpinan,” katanya.
Maka menurutnya, kalau toh sebelumnya ada dinamika-dinamika, maka akhir dari dinamika itu adalah yang terbaik. “Dan komposisi ini saya kira sangat baik untuk menyongsong masa depan di Muhammadiyah,” ucapnya.
Pesan untuk Ketua Terpilih
Ketika ditanya tentang ketua yang terpilih, Saad mengaku, Sukadiono adalah orang yang bisa berhubungan dengan siapa saja, dan itu bekal untuk membangun jaringan.
“Kedua, beliau juga mempunyai pikiran-pikiran besar ke depan untuk konteks Muhammadiyah,” tuturnya.
“Ketiga, beliau sudah pernah memimpin dan sampai sekarang masih menjadi Rektor UMSurabaya. Di tangan beliau, tanpa mengurangi peran rektor-rektor sebelumnya, lonjakan yang terjadi sangat besar termasuk dengan lahirnya fakultas kedokteran. Saya kira ini gambaran kapasitas beliau.Yang lain lagi, beliau juga bisa menghargai siapa saja. Ini penting,” kata Saad.
Kepada Sukadiono, Saad berpesan, agar kepemimpinan PWM Jatim periode ini dapat mengikuti gerak langkah Muhammadiyah masuk abad kedua, yakni dalam gerak global dalam konteks berpikir secara global.
“Sekali lagi tugas kita masih sangat panjang, terutama tentang go internasional. Tidak harus kemudian semata jadi tugas PP, tapi juga harus jadi tugas PWM bahkan yang di bawah,” ujarnya.
Dia juga mengingatkan, bahwa ada bagian dari kawasan Indonesia ini yang dakwahnya belum selesai, maka ini harus menjadi perhatian, karena Muhammadiyah merupakan dakwah amar makruf nahi munkar.
“Selain itu, saya kira kami bersama pak Suko dan lain-lain pada periode sebelumnya juga memiliki keharmonisan satu sama lain, jadi ada kesehatian. Maka itu menjadi modal penting untuk dinamika kita mengurus Muhammadiyah,” paparnya.
Saad juga berpesan, agar kepemimpinan PWM Jatim periode baru ini selalu bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu.
“Di atas segalanya, berusahalah secara optimal. Lakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh. Mulai sesuatu yang besar itu meski dengan langkah kecil, maka Allah akan menolong kita,” pesan Saad.
Ketika ditanya terkait wacana pembelian gereja yang digagas oleh KIai Saad, Sukodiono menyatakan belum membahas lagi tentang itu dan menunggu proses selanjutnya. Sementara itu, Kyai Saad merespon, agar ini menjadi bagian dari dinamika PWM.
“Kaitannya dengan gereja itu, yang merespon secara langsung saat itu ada dua rektor, yakni UMSurabaya dan Umsida,” tutur Saad.
“Dalam konteks ini, merupakan bagian dari dinamika di PWM. Maka saya percaya ini juga akan menjadi gerak ke depan. Dan kita memang harus memulai, walaupun terlihat kurang efektif. Kita harus memulai, walaupun dengan langkah kecil,” tutupnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni