Dakwah Kultural dalam Musywil Muhammadiyah oleh Prima Mari Kristanto, Aktivis Muhammadiyah.
PWMU.CO– Musywil rasa muktamar menjadi penilaian bagi Musyawarah Wilayah ke 16 Muhammadiyah Jatim di Ponorogo, 24-25 Desember 2022. Penggembira melimpah ruah di Kota Reog. Sajian kesenian tradisional terasa nendang.
Pertunjukan reog santri menjadi warna dominan. Ada 16 dadak merak menyambut tamu. Musik reog yang rancak menjadi pengisi waktu jeda tiap ganti acara. Berpadu dengan brass band, marching band, dan lantunan ayat-ayat al-Quran dari santri tahfidh.
Ponorogo sukses menampilkan dakwah kultural berkemajuan. Paduan seni tradisional dan milenial terbalut nilai Islam. Kultural atau kebudayaan menurut Antropolog Indonesia Koentjaraningrat adalah sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia.
Kultural berasal dari kata colere yang berubah menjadi culture didefinisikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan dimungkinkan terus berkembang mengatasi tuntutan zaman.
Gerakan Pembaruan
Muhammad Darwisy mendirikan Muhammadiyah hasil kumpul-kumpul bersama teman di langgar kampung Kauman Yogyakarta tahun 1912. Di awal berdirinya, gerak dakwah Muhammadiyah sebatas wilayah Yogya.
Tapi gagasan pembaruan Islam yang diajarkan menyebar menembus batas wilayah. Di seluruh Jawa hingga Sumatra dan Kalimantan. Gagasan ini menjadi akar dakwah persyarikatan Muhammadiyah. Memberi pencerahan. Sampai-sampai Bung Karno mengaku semula pemahaman Islamnya remang-remang menjadi sangat terang setelah mendengar pengajian KH Ahmad Dahlan di Peneleh.
Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Islami yang berkembang semakin maju dalam peradaban dan kebudayaan dengan tetap berpegang pada al- Quran dan sunnah.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Islam hadir untuk mengubah tradisi jahiliyah menjadi ilahiah. Berawal dari Mekkah kemudian Madinah dan wilayah lain di seluruh penjuru dunia termasuk nusantara.
Cabang dan ranting Muhammadiyah sebagai akar gerakan dakwah kultural memiliki peran penting karena berhubungan langsung dengan denyut kehidupan keseharian masyarakat.
Pimpinan Cabang Muhamamdiyah (PCM) diberi hak suara dalam muktamar dan musyawarah wilayah sebagai pengakuan keberadaannya yang demikian penting.
Kearifan Lokal
Dakwah kultural dibahas pada Muktamar 1995 di Banda Aceh dan Tanwir 2002 di Denpasar Bali. Tema yang diusung pada Tanwir 2002 di Denpasar adalah Dakwah Kultural untuk Pencerahan Bangsa tulis Ahmad Najib Burhani dalam buku Muhammadiyah Jawa terbitan Suara Muhammadiyah 2016.
Tantangan saat ini menggali kearifan lokal yang disalahkaprahi oleh sekelompok orang yang rawan menciptakan TBC gaya baru.
Kearifan lokal adalah aturan tradisi yang dibuat untuk menjaga kelestarian alam dan budaya bukan berarti melindungi kepercayaan tahayul, bid’ah, dan churafat. TBC bukan produk kearifan lokal tapi kesesatan lokal.
Dakwah Muhammadiyah mewarnai pemutakhiran kearifan lokal tetap berasa milenial bukan feodal.
Ketua baru Pimpinan Wilayah Jawa Timur, Dr dr Sukadiono MM dikenal sebagai sosok pegiat dakwah kultural, terutama olahraga sepakbola. Pak Suko, panggilan akrabnya, memasang Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai sponsor Persebaya di Liga 1.
Juga ikut menghidupkan Perkumpulan Sepakbila Hizbul Wathan (PSHW). Bahkan ikut kompetisi di Liga 2 setelah membeli Semeru FC. Sepakbola bisa menjadi wasilah dakwah kultural yang digemari rakyat.
Kemeriahan Musywil ke-16 Muhammadiyah Jawa Timur di Ponorogo janganlah cepat berlalu. Aura dakwah kultural dalam musywil semoga menular dan menjiwai musyawarah daerah yang segera berlangsung mulai Januari.
Wasilah dakwah kultural selayaknya dijadikan ujung tombak dakwah Muhammadiyah. Mengingat akar rumput lebih mudah didekati dengan wasilah ini.
Dengan akar kultural yang kuat membentuk stuktur jamaah yang kokoh dan indah bi idznillah. Wallahu’alambisawab.
Editor Sugeng Purwanto