Di Kampung Inggris, Siswa SD Musix Belajar Bahasa Bonus Rekreasi; Liputan Kontributor PWMU.CO Surabaya Basirun.
PWMU.CO – Peserta Musix English Camp (MEC) SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya mengikuti outbound bahasa di dua tempat, Kamis (22/12/2022). Pertama, di area Candi Tegowangi, Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Area kedua di Wisata Air Gronjong Wariti.
Sebelumnya, mereka telah mengikuti lima sesi pertemuan pukul 07.30-19.30 WIB bersama Lembaga Bahasa Let-C Brothers Kampung Inggris Pare, Kediri, Jawa Timur. Jadwal padat ini berlangsung selama tiga hari (19-21/12/2022).
Sambil mengemas tasnya, Gendis Sokya Nabilah Wasista kelas VI B terkejut mendengar kabar dari sang guru Khusnul Khotimah SPd mereka akan renang. Gendis, sapaannya, dan teman-teman lainnya kompak bersorak, “Asyik! Kita akan basah-basahan!”
Mendekati area Gronjongwariti, Aisyah Zivana Letisa El Habibie kelas VI B sempat bertanya kepada Warno, salah satu guru SD musix di dekatnya, “Ustadz yakin kita akan berenang? Kok sepi gini?”
Dia lantas menyakinkan siswa yang biasa disapa Aisyah itu. Di sepanjang tepi jalan menuju ke sana memang hanya ada beberapa pedagang. Semakin mendekat, ada beberapa orang menawarkan parkir kendaraan yang memanfaatkan pekarangan warga.
Sesampainya di pintu masuk lokasi, mereka disapa petugas berbadan kekar yang menjaga pintu masuk. “Sugeng rawuh, meniko rombongan saking pundi (Selamat datang, ini rombongan dari mana?),” tanya dia sambil mengangkat jempolnya di depan dada.
“Kami dari Surabaya, Pak!” jawab anak-anak hampir bersamaan. Sang petugas pun menyilakan mereka masuk dan menikmati wahana wisata desa itu.
Penampakan Sungai
Pemandangan sungai selebar 5 meter dengan aliran cukup deras menyambut kedatangan mereka. Sungai itu dibendung. Genangan air bendungan itulah untuk wisata air. Rumpun bambu tumbuh sangat lebat di bahu kanan-kiri sungai.
Tak jauh dari papan nama di pintu masuk, ada jembatan kecil yang menghubungkan antara pintu masuk, wahana wisata, dan kolam renang.
Di sana juga ada beberapa perahu sampan yang dijajakan. Adapun di area bawah banyak berdiri gazebo dari bambu. Ternyata di dalamnya cukup ramai. Anak-anak dari daerah sekitar mendominasinya.
Sesampainya di kolam renang, peserta MEC ingin langsung berenang saat melihat air kolam yang jernih. Bendahara MEC Risma Fitriani SAk pun mengingatkan mereka belum punya tiket. Dia lantas membagikan tiket yang telah dia beli.
Kemudian, para peserta mendengar pengarahan dari Pengelola Kolam Puryanto. “Anak-anak, perlu saya ingatkan bahwa kedalaman kolam ini mulai dari 50 cm sampai 150 cm seperti yang tertulis di bibir kolam. Bagi adik-adik yang belum bisa berenang, bisa bermain di sebelah utara atau barat, tetapi bagi yang sudah bisa berenang silakan di sebelah selatan,” jelasnya.
Lomba Renang Estafet
Sekalipun hari semakin sore dan hujan cukup lebat, anak-anak belum juga puas. Melihat hal ini, Sapto Gunawan SPd punya ide seru. “Ustadz akan mengadakan lomba renang estafet. Bagi yang menang, mendapat hadiah Rp 50 ribu. Setiap kelompok terdiri dari lima anak,” ujarnya sambil menunjukkan selembar uang berwarna biru itu.
Terbentuklah empat tim, terdiri dari 3 tim laki-laki dan 1 tim perempuan. Kolam renang yang dikelola Bumdes Hapsari ini seketika menjadi arena lomba renang para siswa SD Musix.
Perlombaan pun dimulai. Masing-masing tim berjajar di bibir selatan kolam. “Setiap peserta berenang sampai dinding utara sambil membawa ban, kemudian kembali lagi menuju garis awal. Langsung disusul peserta berikutnya. Begitu sampai semua anggota tim selesai,” imbuh Sapto.
Masing-masing tim saling beradu kecepatan. Pemenangnya ialah tim beranggotakan siswa kelas V. Yakni Satria Prajaka Wrehanala, Gustaf Azam Ramadhan, Raditya Prasetyawan, Galih Muazam Rizkian Pamujo, dan Rafandra Aqila Lazuardi. “Alhamdulillah, aku menang! Aku menang! Aku menang,” teriak mereka kegirangan.
“Selamat tim Raditya yang memenangkan lomba renang estafet!” sahut Sapto sambil menyerahkan hadiah. Para peserta MEC ini sudah merasa puas. Meraka mengakhiri renangnya dengan mandi untuk membilas badan.
Juara Lomba Wisata Desa
Kepada PWMU.CO, Puryanto mengungkap, wisata desa itu mulanya dikelola secara swadaya oleh beberapa masyarakat setempat dengan modal seadanya. “Awalnya kami hanya ingin melakukan normalisasi sungai. Kemudian kami punya angan-angan agar Desa Mejono ini menjadi desa wisata,” kenangnya.
Selanjutnya, ia menjelaskan, warga yang mengelola wisata desa ini mengajukan anggaran untuk pengembangan tetapi pemerintah desa belum bisa membantu. Alasannya tidak ada anggaran.
“Suatu ketika ada lomba wisata desa di Kabupaten Kediri. Kami ikut mendaftarkan diri. Alhamdulillah dapat juara dua. Sejak itulah ada perhatian dari pemerintah desa,” terangnya.
Ternyata ada harapan di balik penanaman nama wisata itu. “Tirto itu artinya air, sedangkan wariti artinya penghidupan. Jadi Tirto Wariti itu adalah air yang akan mendatangkan rezeki bagi warga Desa Mejono,” jelas Puryanto. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN