Guru karyawan Sekolah Muhammadiyah sejahtera, begini strategi PWM Jatim; Liputan Darul Setiawan, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Hidayatulloh MSi bicara mengenai amanah baru yang diembannya pada bidang Pendidikan, Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi.
Ditemui PWMU.CO usai shalat Subuh di Masjid An Nur Sidoarjo, Senin (9/1/23), Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) itu mengatakan, ada dua majelis yang di bawah koordinasinya.
“Sesuai dengan hasil rapat 13 pimpinan terpilih pada hari Jumat yang lalu (6/1/23), Pak Suko (Ketua PWM Jatim Sukadiono) memberikan tugas pada saya untuk membidangi Pendidikan, Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi. Yang itu nanti ada di dua majelis, yaitu Majelis Dikdasmen dan Majelis Pustaka dan Informasi (MPI). Tentu itu kemudian yang dikerjakan cukup banyak,” ujarnya.
Hidayatulloh melanjutkan, di dalam Majelis Dikdasmen itu meliputi pendidikan dasar dan menengah, SD-MI, SMP-MTs, SMA-MA-SMK. Nah tentu kita nanti akan segera membentuk pimpinan Majelis Dikdasmen itu. Demikian juga untuk MPI, masing-masing punya tugas yang cukup strategis untuk mengangkat Pendidikan Muhammadiyah di Jawa Timur khususnya.
Di dalam implementasi kebijakan Majelis Dikdasmen nanti kami akan melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan Majelis Dikdasmen di daerah. Tidak mungkin untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Jawa Timur itu hanya ditangani majelis di tingkat wilayah,” ungkapnya.
Hal tersebut, menurutnya, akan bicarakan pada Majelis Dikdasmen di daerah, ketika Majelis Dikdasmen di daerah sudah terbentuk pasca Musyda di masing-masing daerah itu. “Kita akan melakukan rapat koordinasi, bagaimana ikhtiar kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan Muhammadiyah di Jawa Timur,” tuturnya.
Empati Sekolah Besar
Sebagaimana diketahui bersama, sambungnya, dari seribu lebih sekolah dan madrasah Muhammadiyah Jawa Timur, itu kan belum terlalu banyak yang masuk kategori sekolah berkualitas. Nah itu kita akan berbagi tugas dengan Majelis Dikdasmen daerah.
“Bayangan saya mungkin, Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah itu nanti akan fokus menangani pendidikan menengah SMA-MA-SMK. Dan kita berharap Majelis Dikdasmen daerah dan cabang bisa fokus menangani SD-MI dan SMP-MTs, kita berbagi tugas yang tentu ada koordinasi,” jelasnya.
Nah yang kedua, lanjutnya, keinginan kita ini sangat besar, bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah yang belum besar menjadi besar. Sekolah Muhammadiyah yang belum bermutu menjadi bermutu. Tentu itu juga tidak hanya dikerjakan oleh majelis.
“Tapi bagaimana Majelis Dikdasmen ini bisa melakukan koordinasi dan memberdayakan sekolah-sekolah yang sudah masuk kategori excellent, outstanding yang rata-rata itu sekolah besar kan ya. Itu juga punya empati dan kepedulian untuk bersama-sama mengangkat saudara-saudaranya yang masih kecil-kecil itu agar bisa diangkat bersama-sama,” terangnya.
Memperbanyak KLL
Di situ, kata Hidayatulloh, perlu nantinya ada rapat koordinasi dengan pimpinan sekolah, baik untuk level SMA-MA-SMK yang ada di bawah wilayah. Lalu untuk pendidikan dasar dan menengah kita berharap Majelis Dikdasmen daerah juga melakukan koordinasi dengan para pimpinan sekolah.
“Nah lebih dari itu, saya berharap juga Lazismu itu bisa digerakkan di seluruh jajaran pimpinan Persyarikatan, cabang, saya harap hadir, kalau di daerah kan semua sudah, jadi di seluruh cabang berdiri Lazismu,” harapnya.
Demikian juga, kata dia, di seluruh sekolah-sekolah Muhammadiyah juga berdiri Kantor Layanan Lazismu (KLL). Dari situ kemudian kita coba lakukan pemberdayaan KLL yang ada di seluruh sekolah-sekolah itu untuk bisa melakukan penggalian dana, tidak hanya dari sekolah itu bisa juga dari para alumni, dari orang-orang yang punya kepedulian terhadap pendidikan di sekitar sekolah itu.
“Kami berharap dari KLL itu akan bisa memberikan beasiswa yang cukup besar bagi para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu, baik dari keluarga Muhammadiyah maupun yang non-Muhammadiyah,” imbuhnya.
Setara UMK
Hidayatulloh yakin ada supporting yang cukup kuat dari KLL untuk menopang kebutuhan operasional sekolah itu. Dia juga berharap kesejahteraan guru dan karyawan sekolah-sekolah Muhammadiyah bisa meningkat.
“Setidaknya take home pay-nya itu setara dengan UMK. Itu harapan kami. Tentu ini bukan pekerjaan ringan, tapi saya yakin kalau ini ada kerja sama yang cukup bagus dari semua komponen yang saya sebut tadi akan sedikit lebih ringan. Nah itu dalam kaitannya dengan mempercepat peningkatan kondisi yang ada itu,” jelasnya.
Tentu, lanjut dia, untuk sekolah-sekolah yang sudah masuk kategori excellent apalagi outstanding, itu kita berharap akan lebih melakukan ekspansi lagi dan kemajuan untuk ditingkatkan.
“Beberapa sekolah kita dorong untuk mengembangkan program internasionalisasi dalam berbagai macam jenis program yang akan diinisiasi, baik oleh majelis maupun oleh pimpinan sekolah itu. Nah nanti kita lihat dalam rapat koordinasi setelah seluruh majelis terbentuk, seperti apa formulasinya,” kata Hidayatulloh.
Tidak ala Kadarnya
Menurutnya, sudah ada beberapa contoh sukses dari beberapa sekolah yang mengembangkan program internasionalisasi itu. Di tataran Majelis Dikdasmen nanti ada pekerjaan rumah yang cukup menantang pada seluruh majelis daerah dan cabang nanti.
“Tentu khususnya ini ada di bawah koordinasi pimpinan daerah ya, bagaimana nanti menyusun personalia Majelis Dikdasmen. Ini juga tantangan bagi saya juga, ketika nanti menyusun di tingkat wilayah setelah musyda nanti, bagaimana formulasi pimpinan Majelis Dikdasmen di tingkat daerah maupun cabang,” paparnya.
“Saya berharap ini ditata dengan sangat serius tidak sekadar meletakkan orang, tapi mereka yang betul-betul punya komitmen, kemampuan, yang sangat tinggi bagaimana mereka mengelola lembaga pendidikan ini, sehingga jangan sampai ada kesan menjadi pimpinan Majelis Dikdasmen kok kalah dengan kepala sekolah, kita tidak ingin itu,” tegasnya.
Meskipun, kata dia, Majelis Dikdasmen maupun Pimpinan Muhammadiyah itu dalam skemanya tidak ada yang digaji, tapi itu tidak boleh dijadikan kita mengurus pendidikan Muhammadiyah itu ala kadarnya. “Tidak boleh seperti itu,” kata mantan Kepala SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) tersebut.
Editor Mohammad Nurfatoni.