Kisah-Kisah dari PCIM Malaysia: Sanggar Bimbingan hingga Wasola; Resensi buku oleh Naimul Hajar, Sekretaris Bidang Organisasi Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo; Guru SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo.
PWMU.CO – Buku ini ditulis oleh Assoc Prof Dr Sonny Zulhuda dan kawan-kawan dari Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia.
Gaya bahasanya ringan dan sangat mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Buku setebal 368 halaman ini terbagi menjadi empat bagian.
Bagian pertama membahas tentang pribadi berkemajuan. Ada enam belas subbagian yang mendeskripsikan tentang berbagai pemikiran dan kisah-kisah perjuangan warga Muhammadiyah Malaysia.
Ada satu subjudul di bagian pertama yang menarik yaitu Kreativitas Dakwah TKI Muhammadiyah. Di situ diuraikan bagaimana menyusun berbagai strategi dakwah melalui komunitas-komunitas kecil yang dilatarbelakangi dari daerah asal perantau. Dari sini terbentuk Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) dan Pimpinan Ranting Istimewa Aisyiyah (PRIA).
Bagian kedua dari buku untuk kado Muktamar Ke-48 Muhammadiyah di Solo tahun 2022 ini lebih spesifik mendeskripsikan terkait pekerja migran Indonesia (PMI) juga harus berkemajuan.
Banyak subjudul yang tertuang dalam tulisan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)—sekarang di sebut PMI. Di antara subjudul tersebut adalah Perjuangan Jadi TKI, TKI Bukan Halangan Bermuhammadiyah, dan masih banyak lainnya.
Bagian ketiga mengulas tentang Memajukan Indonesia. Salah satu kisah memilukan ada di bagian ini. Banyak anak-anak warga Indonesia yang tidak memiliki dokumen kenegaraan (undocomented) tidak bisa masuk ke sekolah formal. Tidak bisa sekolah sehingga belajarnya melalui Sanggar Bimbingan (SB).
Kenapa anak-anak ini tidak punya dokumen kenegaraan, karena mereka lahir di Malaysia dari orangtua yang masuk ke negeri Jiran secara tidak resmi. Saat ini jumlah anak-anak seperti ini jumlahnya ratusan bahkan ribuan di seluruh daerah dibawah kepemimpinan Anwar Ibrahim.
Anak-anak ini dimbimbing oleh relawan dari PCIM Malaysia. Ada dua SB yang dikelolah Muhammadiyah. Satu terletak di Kampung Bharu, satunya di daerah Kepong.
Pembaca akan menemukan salah satu tulisan yang mengangkat tentang kebangkitan masa pandemi Covid-19 di bagian keempat. Bagian ini membahas tentang konsep mencerahkan semesta.
Amal Usaha Wasola
Bentuk konkret dari kebangkitan di masa pandemi, salah satunya adalah berdirinya restoran amal usaha Warung Soto Lamongan (Wasola).
Wasola dibuka resmi pada hari Ahad 16 Agustus 2020, tepat sehari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Berdasarkan kutipan langsung dari buku cetakan akhir 2022 ini, disebutkan dalam sebuah rapat internal pimpinan setahun lalu, Ketua PCIM Malaysia Sonny Zulhuda menggarisbawahi keadaan ini.
“PCIM Malaysia ini terus bergerak walau dalam sulit sekalipun seperti pandemi saat ini. Mungkin bagi sebagian orang ini antinalar. Bagaimana tidak, di saat orang lain tiarap, PCIM malah bangkit berdiri mengelola ibadah kurban dan bahkan mendirikan amal usaha yaitu Wasola,” ungkapnya.
Meskipun gaya penulisan buku ini sederhana dan mudah dipahami namun masih ada beberapa kata yang sulit dimengerti oleh pemula.
Terdapat beberapa kata masih salah dalam pengejaannya. Selain itu gaya bahasa juga beragam karena ditulis oleh beberapa penulis.
Data Buku
- Judul buku: Pribadi Berkemajuan Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta. Internasionalisasi Muhammadiyah dari PCIM Malaysia
- Pengarang: Sonny Zulhuda, dkk
- Penerbit: Samudra Biru (Anggota IKAPI)
- Alamat Penerbit: Jalan Jomblangan gang Ontoseno B 22 RT 12/30 Banguntapan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Tebal Buku: 368 halaman
- Genre: Nonfiksi
- ISBN: 978-623-261-517-5
- Harga: Rp 100.000
- Pemesanan: Zaki 085157273992
Editor Mohammad Nurfatoni