Life Skill Program yang Dipaparkan SDMM pada Peserta Webinar Lima Negara; Liputan Zaki Abdul Wahid, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Pradita Eka Putri SPd, Penanggung Jawab International Class Program (ICP) SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Jawa Timur, menjadi panelis dalam Internasional Short Webinar daring atas undangan dari Aspire International School of Nagpur India, Rabu (4/1/2023).
Acara bertema Urgensi Pendidikan Kejuruan dan Penerapannya di Sekolah ini diikuti lima delegasi dari lima negara: Indonesia, Myanmar, Taiwan, India, dan Uzbekistan. Sebagai webinar internasional, semua pembicara menggunakan bahasa Inggris.
Puput, panggilan akrab Pradita Eka Putri, memaparkan, penerapan pendidikan kejuruan di SDMM berbentuk Life Skill Program. “Related to the topic of the agenda today : The Importance of Vocational Courses in School, we have similar activity called Life Skill Program,” ujarnya.
Life skill sebagai pendidikan atau pembelajaran yang mengutamakan kemandirian siswa, sudah diterapkan di SDMM sejak kelas I hingga kelas VI. “Dengan life skill anak-anak akan berkompeten dalam memudahkan menjalani kehidupan masa depan, dengan kehidupan positif, dan bagaimana menjalani kehidupan dengan cara yang benar,” ungkapnya.
Guru Kelas V ICP Ibnu Sina ini menambahkan life skill (keterampilan hidup) dapat meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi dari semua tantangan masa depan agar tergapai sukses dalam berinteraksi dengan masyarakat.
“Dengan pendidikan ini siswa harapannya memiliki keberanian untuk mencapai setiap tujuan dan cita-citanya, karenanya pendidikan ini sangat perlu disandingkan dengan pembelajaran kesaharian,” jelas dia.
Puput kemudian menunjukkan berbagai contoh di hadapan para peserta tentang penerapan life skill di SDMM dalam bentuk foto dan video. Misal kegiatan masak memasak, anak-anak diajarkan bagaimana menyiapkan hidangan mulai memotong, menggoreng, merebus, hingga menyiapkan dan menghias hidangan agar menarik.
Pemaparan Panelis Taiwan
Webinar dilanjutkan dengan pemaparan Ming Yao delegasi dari Taiwan yang mengedepankan bahwa pendidikan kejuruan dibutuhkan talenta siswa. “Saya selalu menginspirasi anak didik kami dengan telanta yang mereka miliki,” ujarnya.
Ming beranggapan setiap anak memiliki intelegesia yang beragam, yang disebut dengan multipleintelegence. “Saya sangat percaya dengan teori Gardner bahwa setiap pembelajar memiliki talenta masing-masing, maka dari itu Pendidikan di Taiwan selalu menggali bakat siswa sejak kecil, sehingga dapat menghantarkan pada tujuannya dalam mencapai kecakapan hidup,” katanya.
Panelis dari Uzbekistan Baghirova Valida mengutarakan pendidikan vokasi atau kejuruan harus berbasis praktikum. “Praktik dan pendidikan praktik biasanya diterapkan di jenjang sekolah tinggi untuk menggapai makna pendidikan kejuruan. Namun kini dapat diraih dengan mengikuti kursus-kursus singkat yang mengarah pada skill individu,” ujarnya.
“Dalam mengembangkan karier masa depan contohnya maka memperoleh pengalaman dari praktik atau pelatihan singkat yang mengedepankan praktikum akan sangat membantu untuk tercapainya skill yang dapat membantu dalam bekerja secara mandiri,” terang dia.
Kegiatan diakhiri dengan saling menunjukkan hasil kerja siswa seperti yang ditunjukkan oleh sekolah dari India. Para siswa dapat membuat souvenir dari botol yang terbuat dari tanah liat dan dijual saat kunjunganwali murid.
“Pertama mereka membuat hiasan botol dari tanah liat dan dihias sedemikian rupa dengan pernak-pernik berwarna dan akhirnya diberi banderol harga. Banyak contoh yang akhirnya terjual saat kunjungan wali murid ke sekolah kami,” ujar Ramkumari Kahrnake Koordinator Program International dari Aspire International School of Nagpur India. (*).
Editor Mohammad Nurfatoni