PWMU.CO – Ketua Program Inovasi Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Enik Setiyawati MPd mengapresiasi kegiatan Showcase Numerasi, Selasa (17/1/2023).
Ia mengatakan, bukti nyata ini tidak ada habisnya karena saking banyaknya karya guru di bidang numerasi. “Produk-produk ini sebuah karya yang meyakinkan kita semua bahwa sesungguhnya kualitas pembelajaran numerasi telah meningkat,” ujarnya.
Bahkan, lanjutnya, tidak hanya sekolah/madrasah yang mendapatkan program ini, namun yang mendapat pengimbasan juga berkualitas. “Banyak sekali produk-produk guru yang membangkitkan pembelajaran numerasi,” kata dia.
Enik Setiyawati senang melihat numerasi program mandiri masih terus berlanjut dan sampai hari ini. “Harapannya tidak berhenti dan terus dikembangkan,” ujarnya.
Ke depan, lanjutnya, kelas tinggi yang belum disentuh dapat dikembangkan dan perlu merespon perubahan yang ada, terutama kurikulum merdeka. “Nah Bapak Ibu guru terus diharapkan menyelaraskan dengan kebutuhan kurikulum,” harapnya.
Tiga Definisi Numerasi
Enik Setiyawati menjelaskan, yang perlu dipahami bersama dari definisi numerasi ada tiga. Pertama, kemampuan berpikir. Kedua, pentingnya penyelesaian masalah. Ketiga, keterkaitan situasi dalam kehidupan sehari-hari dengan yang akan dihadapi siswa, baik individu maupun bagian kehidupan masyarakat sampai bagian dari warga negara dan warga dunia.
“Ini kemampuan dasar dan penting dikuatkan mulai dari kelas awal. Tentu dengan tiga hal utama akan jadi dasar pencapaian kompetensi yang lebih tinggi lagi kualitasnya,” jelasnya.
Enik Setiyawati mengatakan, critical thinking akan menjadi pendukung untuk siswa kita mencapai keterampilan-keterampilan di abad 21. “Bagaimana sih ngajar numerasi yang bisanya mindset-nya banyak bilangan yang sulit dicerna dan membosankan,” ungkapnya.
Maka, ia menyarankan perlu diawali dengan konsep pembelajaran yang dirancang dan selaras dengan kurikulum merdeka supaya siswa bahagia. “Tidak hanya skill abad 21 tapi perlu apakah siswa kita bahagia. Bagaimana punya skill yang bagus dan kemampuan berpikir bagus dan bahagia, maka perlu ada orientasi higher order thinking skill,” jelasnya.
Berpikir tingkat tinggi yang dimaksud, kata dia, tidak sekadar menghafal dan menerapkan, atau mengerjakan matematika. “Tapi sampai melakukan sintesis dan analisis, bahkan kreasi. Kemampuan numerasi ini, bahkan kelas satu sudah harus sampai pada berpikir tingkat tinggi, sudah harus menjadi kebiasaan,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, perlu ada model pembelajaran yang mengarah pada penelitian-penelitian di kelas atau praktikum yang menunjang penyelesaian masalah. “Ilmu numerasi tidak hanya dipakai matematika tapi banyak situasi lain yang memakai ilmu numerasi. Tentu harus diawali dari pembiasaan, kemampuan berpikir, dan HOTS, baik itu dalam praktik pembelajaran terutama dalam model pembelajaran problem solving,” tutupnya.
Bertempat di Atrium Gresmall, Showcase Numerasi ini diikuti 39 sekolah/madrasah Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari