Pohon si Pitung dan 35 Karya Guru Tampil di Showcase Numerasi; Liputan Zaki Abdul Wahid, Kontributor PWMU.CO Gresik. Editor Ria Pusvita Sari
PWMU.CO – 36 Guru dari 36 sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Kabupaten Gresik Jawa Timur menunjukkan hasil karyanya di Atrium Gressmall, Selasa (17/1/2023).
Mereka tampil dalam kegiatan Aksi Foskam SD/MI Gresik Bersinar (Bersih Narkoba) dan Showcase Numerasi. Showcase Numerasi adalah puncak kegiatan Training of Trainer (ToT) Numerasi yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah 3 Gresik.
Beberapa peserta diberikan kesempatan mempresentasikan karya di Atrium Gresmall. Fariatus Sholikhah SPd, guru SD Muhammadiyah 1 Menganti Gresik ini berhasil membuat karya dengan judul Pohon si Pitung (Pandai Berhitung).
“Hasil ToT ini berupa media yang dipamerkan di Showcase Gressmall ini,” ujarnya saat ditemui PWMU.CO.
Fariatus menjelaskan cara kerja karya yang telah dia buat. “Pada karya ini ada dua pohon, satu untuk penjumlahan dan satunya untuk pengurangan. Media ini untuk kelas satu SD,” tuturnya.
Is melanjutkan, ada dua roda yang terdiri dari bilangan-bilangan satuan terbuat dari karton, di antaranya ada simbol plus yang dibuat dengan flannel. “Maka siswa diminta untuk memutarkan roda pertama hingga berhenti di bilangan tertentu,” ungkapnya.
Saat PWMU.CO mencoba, roda berhenti di bilangan 7 sedangkan roda kedua berhenti di bilangan 6. Selanjutnya ada kantong yang terbuat dari gelas kertas ditempel di media. Di dalam kantong tersebut terdapat potongan kertas bergambar buah-buahan seperti mangga dan apel.
Tugasnya adalah mengambil buah tersebut dan menghitungnya sesuai dengan bilangan yang telah diambil dan diletakkan di pohon yang terbuat dari kertas warna. Ada juga kawat untuk menggantung buah-buahan tadi.
Hasil semua buah yang digantung di pohon adalah jawaban dari operasi bilangan. “Siswa harus menarik kertas di bawah media karton tersebut dan mencari bilangan hasil perhitungan,” ujar Fariatus.
Saat ditanya apakah siswa perlu untuk mengetahui simbol bilangan, Fariatus mengiyakan. “Iya, syarat utama dari media ini adalah siswa harus sudah mengenal simbol bilangan dan angka,” katanya.
Sedangkan pohon yang diletakkan di bagian kanan dari media adalah untuk operasi bilangan pengurangan.
Tiga Karya Lainnya
Karya lain adalah Smart Link milik Nur Ananda Hadi Putra SPd, guru SD Muhammadiyah Sidayu. Karyanya dapat membantu siswa memahami konsep bilangan hingga ribuan.
Pada alatnya terdapat 4 gelas yang di dalamnya ada stik es krim dengan hiasan bintang berwarna. Contoh, bilangan 768, siswa diminta mengambil 8 stik untuk diletakkan di gelas satuan, 6 stik untuk puluhan, dan 7 stik diletakkan di gelas ratusan.
Siswa kemudian diminta mengitung dari angka 7 dengan menyebut tujuh ratus enam puluh delapan. Alat Smart Link ini dikhususkan untuk siswa kelas II dan III.
Karya lainnya adalah Griya Susun yang dibuat dan dikemas menarik oleh Furoidah SSos, guru MI Muhammadiyah Ujungpangkah Gresik. Karyanya terdiri dari rumah susun sedangkan bilangan-bilangan juga dihias sedemikian rupa sehingga membentuk apartemen.
Pada alat Griya Susun siswa diminta untuk menyusun secara vertikal, sehingga dengan alat ini dapat menghitung operasi penjumlahan dengan menyusun bilangan dari atas hingga bawah. Menariknya adalah pewarnaan media dan susunan yang didesain rapi.
Karya keempat adalah Siput Pantau, akronim dari Siput Papan Putar Waktu, karya Luluk Wahyuni SE, guru MI Al-Islamiyah Mojopetung Gresik. Karya ini digambarkan dengan siput besar, lalu di badan siput tersebut ada jam analog yang jarum jamnya dapat diputar manual sesuai dengan soal yang diberikan.
Pada alat ini ada dua kotak untuk meletakkan macam-macam soal, mulai dari soal sederhana hingga soal cerita. Selain itu ada dua roda bilangan yang diputar.
Roda pertama untuk mewakili angka-angka yang menunjukkan jam, sedangkan roda kedua terdiri dari angka-angka yang menunjukkan menit. Siswa diminta memutar kedua roda tersebut.
Pada bilangan-bilangan hasil putaran, siswa diminta untuk memutar jarum jam dan menit sesuai dengan bilangan yang ada di roda. “Ini untuk memudahkan belajar tentang waktu pada Matematika,” ujar Luluk Wahyuni. (*)