PWMU.CO – Ada puisi, tartil, kultum. Ada juga bagi-bagi doorprize, mulai dari alat tulis hingga raket badminton. Wajah-wajah ceria calon kader-kader Persyarikatan yang tumplek blek itu, bukan sedang mengikuti lomba atau kompetisi.
Mereka menghadiri acara Silaturahmi Keluarga Besar Panti Asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-4, Selasa (28/3). Bertindak sebagai tuan rumah adalah Panti Pesantren Yatim dan Dhuafa Muhammadiyah Cabang Gayungan Surabaya.
Selaku tuan rumah, Sukarjo menyampaikan terima kasih atas kehadiran kepala Panti Asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah. “Bapak-Ibu Kepala Panti, hari ini kita bekerja untuk kepentingan orang lain. Semoga kita selalu sehat dan bersemangat,” ujarnya.
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gayungan Drs Hudi Triwulan mengatakan bahwa momentum berkumpul penuh semangat ini semoga bisa menjadi ajang menebar kebajikan. “Setelah kegiatan ini Bapak dan Ibu Kepala Panti mohon berkenan untuk keliling panti guna melihat potensi dan terobosan di bidang kewirausahaan yakni ternak lele, patin, dan belut,” ujarnya. Dia juga mohon restu karena akan mendirikan Panti Mahasiswa.
(Baca juga: Panti Asuhan Muhammadiyah Ini Tampung Puluhan Balita, Ada yang Berusia 6 Bulan)
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya yang membidangi Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Drs H Zayyin Chudlori MA ikut hadir dalam acara itu. Dia menyatakan bahwa kegiatan unjung sana ini adalah bentuk mempererat tali antar-anak asuh, pengasuh, dan pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah/Aisyah se-Kota Surabaya.
“Ke depan saya berharap agar panitianya: mulai dari MC, pembaca Quran, pemimpin paduan suara, hingga yang kultum, semua dari anak asuh. Agar merka kelak memiliki mental yang matang. Panti Asuhan Muhammadiyah harus mampu mencetak anak asuh yang berkarakter. Tauhidnya lurus, akidahnya mantap, ibadahnya kuat, dan akhlaknya mulia,” pesan dia.
Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Drs Mohammad Thoha MAg yang hadi sebagai pembicara menyampaikan bahwa setiap Muslim harus tampil sebagi pribadi yang senantiasa menyebarkan nilai-nilai kebajikan.
“Tidak harus dengan ceramah atau khutbah. Bisa juga dilakukan dengan cara yang lain. Monggo ndak apa-apa, karena sesungguhnya kita ini dilahirkan menjadi pemenang, dengan catatan harus menjadi juru dakwah di mana pun dan kapanpun. Dan sekali lagi, dakwah tidak harus di atas mimbar,” pesannya.
(Baca: Berbekal ATM, Panti Asuhan Terapkan Sistem Pelaporan Keuangan Online)
Menebar senyum, menumbuhkan rasa aman, serta senantiasa simpati dan empati adalah bentuk dakwah Muhammadiyah yang paling efektif. Anak anak panti harus didesain menjadi teladan bagi umat,” kata dia.
Di akhir acara ada pembacaan puisi berjudul Amanat Fitrah oleh Mira Ayu Susiana, santri dari Panti Asuhan Muhammadiyah Kenjeran.
Amanat Fitrah
Tangis si kecil mengguncang arsy
Pertanda cucu Adam lahir di alam bebas
Badan lemah … tubuh molek … masa depan terbentang luas
Usia buah hati menanjak tangga
Mengisi dunia … yang menyesakkan dada
Siang berganti malam … suka berselang duka
Kehidupan pun berputar seperti roda
Dalam menapak roda kehidupan
Si buah hati … berubah akhlak hewan
Imperialis nafsu menjadi sumber kejahatan
Duhai ayah bunda
Dalam diriku terdapat daging haram nista …
Darahku .. bercampur syaithan pembawa petaka
Duhai ayah bunda
Seretlah jiwaku yang lemah ini
Aku takut ayah
Aku takut ibu
Api panas menjilat-jilat diriku.
(Laporan Ferry Yudi AS)