Diktator dan Semut, Tampilan SMA ABS Malang di Musywil Aisyiyah. Liputan Nely Izzatul dari Asrama Haji Surabaya
PWMU.CO – Tujuh siswi SMA Aisyiyah Boarding School (ABS) Malang menampilkan musikalisasi puisi berjudul Diktator dan Semut dalam acara Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-13 Aisyiyah Jawa Timur, di Asrama Haji Surabaya, Sabtu (21/1/2023).
Tujuh siswi tersebut adalah Alya Nabila Humaira, Geaneda Erli Inayah, Latifa indirani Amina, Rahil Zahra Amru, Annisa Rahma Alia, Adelia Kusuma Putri, dan Syifa Rosyidatul Jannah.
Junaina Bintang Novita SPd, Ustadzah pendamping, mengatakan, puisi dan lirik lagu yang ditampilkan merupakan karya para santri sendiri.
“Ini merupakan karya para santri sendiri. Saya berharap mereka tampil dengan lancar dan bisa menunjukkan branding sekolah,” ucapnya.
Ustadzah Junaina, sapaan akrabnya mengatakan, penampilan para siswa ABS Malang ini merupakan requestdari PWA Jawa Timur.
“Jadi kami menerima surat dari PWA Jatim, agar santri-santri SMa ABSM bisa menampilkan karya dalam perhelatan Musywil Ke-13 Aisyiyah ini,” jelasnya.
Dia mengatakan, musikalisasi puisi persembahan dari siswi ABS Malang, menceritakan tentang seorang pembesar yang semena-mena terhadap rakyatnya.
Rahil Zahra Amru, salah satu santri SMA ABS Malang, saat ditemui PWMU.CO sebelum tampil, mengaku butuh waktu sekitar dua pekan untuk latihan, dan tentunya ada kendala-kendala yang dihadapi.
“Ini merupakan penampilan perdana. Latihan kurang dari dua minggu. Kendalanya, jadwal boarding school yang padat, sehingga latihan harus selalu malam hari,” katanya.
Dia mengatakan, karena jadwal boarding yang padat itu, sehingga dia dan teman-temannya latihan mulai pukul 21.00 WIB.
“Kadang latihan pukul 21.00 sampai pukul 22.30 WIB, kalau sekiranya sudah capek, hanya sampai pukul 22.00 WIB,” katanya.
“Kendala lain, terkadang kurang lengkap personilnya, kemudian tetangga yang merasa terganggu, karena itu sudah jam malam,” akunya.
Lirik Puisi Diktator dan Semut
Ratap gadis memandang bulir
Gaun terseok beralir alir melemah
Seiring memori, kau menusuk tak henti
Bergulir, menyiksa
Mata itu tak berdusta
Gemetaran harap niscaya, kupercaya,
Tapi pembesar ku selalu dusta
Gemetar menolak, harap niscaya
Tapi tak gemetar memberikan angan
Kaki besarnya, kau menginjak
Orang-orang tak berdaya, tak mampu
Yang berontak, kau bakal meledakkan bedil
Kalau merah, jadilah merah
Tak jadi hijau tapi tetaplah merah.
Editor Mohammad Nurfatoni