Musywil Aisyiyah Jatim Meneguhkan Peran Keumatan dan Kebangsaan; Liputan Nely Izzatul dari Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Editor Mohammad Nurfatoni
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Drs Siti Dalilah Candrawati MAg mengatakan, Musywil Ke-13 ingin meneguhkan peran keumatan dan kebangsaan.
Hal itu disampaikan dalam pembukaan Musyawarah Wilayah (Musywil) Ke-13 Aisyiyah Jawa Timur di Aula Muzdalifah Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Sabtu (21/1/2023).
Bu Candra, sapaan akrabnya mengatakan, tema Musywil ‘Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa’ ini sangat penting dan menggambarkan arah pandangan Aisyiyah dalam perjuangan yang sungguh-sungguh memajukan perempuan, mengukir peradaban bangsa yang mencerahkan.
“Tema tersebut tidak lepas dari perjuangan atau kiprah yang telah dilakukan selama satu abad oleh Aisyiyah. Ini merupakan modal sosial sejarah dan pengalaman yang penting, karena Aisyiyah dapat menjalankan peran strategis dan praksis bagi kemajuan bangsa,” katanya.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu mengatakan, spirit dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid teraktualisasi dalam usaha-usaha Aisyiyah untuk membangun peradaban bangsa melalui semua aspek kehidupan.
Tiga Tantangan
Sementara itu, menurut Candra, saat ini Aisyiyah mengalami tantangan-tantangan yang semakin kompleks dalam kehidupan kemasyarakatan, keumatan, kebangsaan, serta kemanusiaan universal.
“Pertama, kita menghadapi tantangan kehidupan kemasyarakatan. Terjadi perubahan sosial yang membawa pada kehidupan sehari-hari, di antaranya cenderung mementingkan dirisendiri, mengejar hal yang serba materi, menerabas, egoisme, dan lemahnya kebersamaan. Selain itu, dalam penggunaan media sosial, sebagian pengguna kurang menunjukkan akhlak utama,” ucap Candra.
Kedua, dalam kehidupan keumatan, Aisyiyah berhadapan dengan pandangan keumatan yang variatif, pandangan literal yang cenderung mengeras, kurang menghargai pandangan lain sehingga mendorong konflik sesama Muslim.
“Maka di sinilah Aisyiyah perlu memperkokoh pandangan keagamaan yang wasathiah, berkemajuan dalam memerankan dakwah tajdid,” tandasnya.
Ketiga, dalam konteks kebangsaan, Aisyiyah menghadapi tantangan permasalahan seperti kemiskinan, korupsi, penegakan hukum yang lemah, keretakan persatuan bangsa, eksploitasi dan rusaknya sumber daya alam, maraknya politik uang, mementingkan kroni dan dinasti. Adapun masalah global, meluasnya konflik atau perang antara negara yang berdampak dalam kehidupan dunia.
“Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi Aisyiyah untuk merefleksikan posisi dan perannya sebagai gerakan muslim berkemajuan. Maka dalam Musywil ini, perlu kita memperkokoh dan memperluas radius dakwah yang semakin luas, dinamis dan progresif, khususnya di Jawa Timur,” katanya.
Risalah Perempuan Berkemajuan
Candra menjelaskan, saat ini, dalam memajukan kaum perempuan, Aisyiyah memiliki pandangan tentang Risalah Perempuan Berkemajuan (RPB) sebagai misi untuk mengemban dakwah rahmatan lil aalamiin.
“Dalam agenda Musywil ini, kita juga ada kajian yang disampaikan oleh Ketua PP Aisyiyah, bagaimana kita mengimplementasikan RPB, yang ini harus disosialisasikan kepada masyarakat luas,” paparnya.
Menurut Candra, abad kedua ini Aisyiyah dituntut untuk selalu dinamis, berbasis pada nilai islam berkemajuan, dinamis menggerakkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih maju.
“Melalui Musywil ini, Aisyiyah harus semakin meneguhkan peran keumatan dan kebangsaan. Hal ini dapat dilihat dari tujuan berdirinya Aisyiyah, bahwa perempuan memiliki hak untuk maju. Perempuan memiliki derajat dan perlakuan yang sama mulai sebagaimana laki-laki, yang memiliki tugas mengemban amanah kekhalifahan di bumi,” ucapnya.
Di akhir sambutan, atas nama pribadi, Candra memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika dalam mengemban amanah organisasi ini ada khilaf dan salah serta kekurangan.
“Harapan yang besar kami sampaikan, agar Aisyiyah semakin maju, berkemajuan, mencerahkan peradaban bangsa,” tutupnya. (*)