PWMU.CO– Mengenang Ahmad Fuad Effendy (76) sosok yang kalem tapi ilmunya sangat dalam. Itu tampak saat dia menjelaskan ilmu tafsir al-Quran dan Bahasa Arab.
Dosen Universitas Negeri Malang ini selama 27 tahun tampil di Pengajian Padhang Mbulan di Menturo Jombang mendampingi adiknya, Emha Ainun Nadjib. Dia juga bersama Cak Nun mengisi pengajian Jamaah Maiyah.
Kenalan dan jaringannya banyak. Dia termasuk 9 anggota Dewan Pembina Markaz al-Malik Abdullah bin Abdul Aziz ad-Dauli li Khidmati al-Lughah al-Arabiyah. Dia dipilih Pemerintah Arab Saudi dua periode. Pertama tahun 2013-2016. Dia satu-satunya dari Asia. 4 orang dari Afrika dan Eropa, 4 orang dari Saudi. Periode kedua 2016-2019 dia dipilih lagi.
Ketika dia wafat pada Jumat (20/1/2023) pukul 08.07, ribuan petakziyah mengantarkan pemakamannya di Makam Sentono Arum, Menturo, Sumobito, Jombang bakda Maghrib.
Tampak di antara petakziyah tiga pimpinan Pesantren Gontor KH Hasan Abdullah Sahal, Prof Dr KH Amal Fathullah Zarkasyi MA, dan KH Drs M. Akrim Mariyat Dipl A.Ed. Di Gontor, Fuad pernah nyantri saat SMP dan SMA.
Hadir pula Rektor Universitas Darussalam Gontor Prof Dr Hamid Fahmy Zarkasyi MA MPhil, dan Ketua Umum PP IKPM Gontor, H. Noor Syahid, MPdI beserta rombongan dan Emha Ainun Nadjib beserta keluarga besar Bani Muhammad, jamaah Maiyah, Padhang Mbulan, dan masyarakat.
Drs Ahmad Fuad Effendy MA, ulama kelahiran Desa Menturo Kec. Sumobito Jombang. Putra dari tokoh Muhammadiyah, Ketua PCM Sumobito Muhammad Abdul Latief. Ibunya Halimah adalah Ketua PCA Sumobito.
Cak Fuad dikenal sebagai ulama Muhammadiyah meskipun tidak menjabat di struktur persyarikatan. Dia membina dosen Bahasa Arab di UIN Sunan Kalijaga Yogya, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Malang (UM), dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Empat perguruan tinggi itu dia pernah mengajar. Bahkan pernah menjadi Dekan Fakultas Sastra dan Seni Universitas Negeri Malang tahun 1997-2001.
”Kalau tidak ada Mbah Fuad, Cak Nun tidak ada apa-apanya,” kata Emha Ainun Nadjib saat pelepasan jenazah di pemakaman keluarga dan mengenang Ahmad Fuad Effendy, kakaknya.
”Mbah Fuad tidak pernah meninggalkan kita, ini hanya tempat menunggu, nanti kita akan sama-sama di akhirat,” tuturnya lagi.
Setelah lulus dari Gontor, Fuad kuliah di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lulus kuliah dia mengajar di almamaternya dan UGM. Saat diangkat menjadi pengawai negeri dia mengajar di UM dan tinggal di Malang sampai akhirnya hayatnya. Ketika sakit dirawat di Rumah Sakit UMM.
Dia mendirikan al-Manhal di Malang tempat membina guru dan dosen Bahasa Arab. Selama tinggal di Malang dia akrab dengan Prof Dr Malik Fadjar dan Prof Dr Muhadjir Effendy, tokoh Muhammadiyah dan mantan Rektor UMM. Tahun 1999 mendirikan Persatuan Pengajar Bahasa Arab (Ittihadul Mudarisin Lughah al-Arabiyah). Awalnya hanya guru Bahasa Arab di Indonesia tapi mulai 2017 menjadi pertemuan guru Bahasa Arab sedunia.
Yusron Aminullah, adik Fuad, menceritakan, kakak tertuanya itu tak setuju ketika ada rencana membangun makam keluarga. ”Dia khawatir makam keluarga itu membuat peziarah berlaku syirik,” kata Yusron.
Setelah dirayu dan dijelaskan makam itu salah satu cara ngumpulno balung pisah keluarga besar yang ada di mana-mana supaya jelas kuburnya, baru dia setuju. ”Tapi dengan syarat, dia membuat tulisan besar di makam yang berbunyi: Hanya Allah swt yang patut disembah,” cerita Yusron mengenang Ahmad Fuad Effendy.
Yusron menambahkan, Menteri Pendidikan Arab Saudi saat seminar bersama pernah memuji kehalusan bahasa Arab Cak Fuad yang sangat baik.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto