Aisyiyah Tak Boleh Hanya Berjalan di Lorong Sunyi; Liputan Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Dr Apt Salmah Orbayyinah Apt MKes menghadiri Musywarah Wilayah (Musywil) Aisyiyah Jawa Timur di Gedung Muzdalifah Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Sabtu (21/1/2023) pagi.
Sebelum menyampaikan sambutan, dia menyapa Ketua Pimpinan Wilayah Muslimat NU Jawa Timur Dr Hj Ismawati Hafiz MAg yang ikut hadir. Bayyin, sapaan akrabnya, hadir bersama Bendahara PP Aisyiyah Rita Pranawati.
Dia mengajak peserta bersyukur, Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah berlangsung damai. Dia berharap hal itu menjadi spirit kesuksesan Musywil Ke-13 Aisyiyah Jawa Timur yang sedang berlangsung.
“Semoga (Musywil) bisa mengikuti keberhasilan Muktamar Aisyiyah Muhammadiyah, nanti menghasilkan putusan yang baik dan kepemimpinan yang transformatif,” ujarnya.
Bayyin lantas menerangkan, kehadiran Aisyiyah saat ini merupakan hasil ijtihad dari Kiai Ahmad Dahlan untuk memajukan perempuan. “Saat itu kondisi perempuan sangat dimarjinalkan. Muhammadiyah mendirikan Aisyiyah sebagai wujud peduli terhadap kaum perempuan. Hingga di usianya kini, Aisyiyah tetap eksis,” imbuhnya.
Dia menegaskan, sejak zaman dulu Muhammadiyah tidak mempermasalahkan kesetaraan gender. Muhammadiyah sudah memuliakan perempuan sebagaimana ayat-ayat dalam al-Quran. Muhammadiyah memberi kebebasan terhadap kaum perempuan untuk melaksanakan kewajiban dan menerima haknya.
Bayyin pun mengutip an-Nahl 97 yang menyatakan, laki-laki dan perempuan beriman punya kesempatan yang sama untuk beramar makruf nahi munkar. Allah akan memberi balasan lebih dari yang dikerjakan.
Dia percaya, “Insyaallah Aisyiyah bersama organisasi perempuan lain juga ikut memberikan kontribusi positif di umat dan bangsa, bahkan global.”
Musywil Berkeadaban
Pihaknya berharap, “Musywil ini menjadi Musywil Aisyiyah berkeadaban. Semoga menghasilkan rancangan program sebagai jabaran hasil Muktamar Aisyiyah.”
Program itu terdiri dari program umum dan program majelis atau lembaga. Di mana harapannya nanti ada sinergi. Program Musywil sebagai program unggulan di Jawa Timur harapannya dilaksanakan secara masif dan harus bersifat rapi.
“Setelah tadi Ketua PWA Jatim 2015-2022 Dra Siti Dalilah Candrawati MAg menyampaikan berbagai permasalahan yang saat ini ada terkait perempuan dan anak, trafficking, kekerasan dalam rumah tangga, bahkan saat ini di beberapa daerah ada peningkatan permohonan dispensasi menikah. Tentu ini menjadi keprihatinan kita dan organisasi perempuan lain,” ujarnya.
Dari program yang sudah dijabarkan, menurutnya tidak cukup dilaksanakan begitu saja. Tapi perlu langkah strategis yang itu bisa dilaksanakan oleh seluruh majelis lembaga di Aisyiyah untuk menyiarkan programnya. Sehingga benar-benar dijalankan sampai ke ranting.
“Aisyiyah itu organisasi dakwah. Tidak hanya secara lisan. Aisyiyah juga menerapkan dakwah bil hal dan bil mal. Disampaikan dengan bil mauidhati hasanah wa billati hiya ahsan,” tuturnya.
Dia yakin, dengan penguatan idealisme dan ideologi gerakan, ini bisa dilakukan sampai tingkat ranting. “Nanti PWA yang terbentuk memperkuat idealisme para anggota Aisyiyahnya. Sehingga gerakan Aisyiyah itu akan dilandasi ruh iman, insyaallah tetap dalam bingkai Islam dan kemuhammadiyahan,” imbuhnya.
Kepemimpinan Transformatif dan Keluarga Sakinah
Bayyin menerangkan, kepemimpinan transformatif harus adaptif terhadap perempuan, dilandasi iman dan takwa, dikuatkan dengan tauhid yang murni. “Karena kepemimpinan yang dilandasi hati yang ikhlas, amanah, tanggung jawab, insyaallah nanti pemimpin-pemimpin Aisyiyah bisa melaksanakan programnya dengan lancar,” ujarnya.
Apapun masalah yang muncul, kalau rencana itu dilandasi amanah dan tanggung jawab, pasti bisa menyelesaikan dengan baik. Ibu-ibu pemimpin dalam menggerakkan organisasi Aisyiyah kuncinya memang ikhlas. Pintu masuk Aisyiyah adalah tersenyum. Kita harus selalu melaksanakan program Aisyiyah ini dengan bergembira.
Pasti permasalahan itu ada. Harus ingat, semua dalam rangka beribadah kepada Allah. Dia mengutip firman Allah, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepadaku.”
Tak kalah penting, Bayyin menekankan langkah-langkah strategis yang bisa dilakukan adalah penguatan keluarga sakinah. Menurutnya ini bisa dijalankan dari pusat sampai ranting.
“Jadi kasus-kasus yang muncul saat ini banyak berbasis pada keluarga. Keluarga merupakan poros kehidupan bagi kehidupan umat dan bangsa. Di keluarga diberikan penguatan dini!” imbaunya.
Dalam konteks keluarga sakinah, sambung Bayyin, di dalamnya harus saling memahami antarsuami dan istri. Antara orangtua dan anak pun harus saling menghormati. Tidak ada superior. Sehingga dari keluarga sakinah muncul keluarga damai yang sangat kita harapkan.
Dia menegaskan, “Kalau terwujud keluarga sakinah di Aisyiyah ini, insyaallah masalah-masalah pernikahan dini dan kekerasan perempuan teratasi, ketahanan keluarga kokoh.”
Amal Usaha Aisyiyah
Bayyin mengungkap, salah satu kunci Aisyiyah bisa bertahan sampai saat ini ialah adanya amal usaha di berbagai bidang. Ada rumah sakit Aisyiyah yang berkontribusi program Aisyiyah di bidang kesehatan. Di bidang pendidikan, dia berharap di periode ke depan terbentuk perguruan tinggi Aisyiyah untuk lebih memperkuat peran Aisyiyah di Jawa Timur. Ada pula di bidang ekonomi dan sosial.
“Peran Aisyiyah bersifat inklusif, tidak membeda-bedakan. Rumah sakit maupun PAUD tidak khusus untuk Aisyiyah. Asyiyah terbuka untuk keberagaman budaya dan sebagainya,” ujarnya.
Dia juga menegaskan, sudah saatnya Asiyiyah berkiprah di wilayah global. “Ideologi Risalah Perempuan Berkemajuan juga harus kita desiminasikan tidak hanya untuk Indonesia tapi juga masyarakat dunia,” tuturnya. Mengingat saat ini ada delapan PCIA di luar negeri, ia berharap ke depan akan bertambah.
Bayyin juga mengingatkan agar mereka tak lupa mempublikasikan kegiatan Aisyiyah. “Saat ini, dengan digitalisasi yang sudah berkembang, yang dilakukan Aisyiyah diumumkan ke publik. Kita bisa membedakan antara riya dan mempublikasikan kegiatan Aisyiyah di Jawa Timur,” tuturnya.
Mulai saat ini, Bayyin mengimbau, Aisyiyah tidak hanya berjalan di lorong-lorong sunyi senyap. “Tapi sebarkan kebaikan itu agar semua orang tahu. Juga dalam rangka menyosialisasikan Risalah Perempuan Berkemajuanyang bukan sesuatu baru. Melainkan melengkapi dokumen-dokumen sebelumnya,” tambahnya.
“Bahwa perempuan punya hak sama, berjuang bersama dengan bapak-bapak. Bukan berarti akan mengambil peran dan berkompetisi dengan bapak-bapak. Dengan Aisyiyah diberi ruang sebebas-bebasnya untuk berjuang di masyarakat,” lanjut Bayyin.
Akhirnya dia mendoakan, “Semoga Musywil Aisyiyah berjalan lancar diridhai Allah SWT. Menghasilkan rumusan berkeadaban, keputusan penting, dan pemimpin yang berkomitmen.” (*)