Opini oleh Nugroho Hadi Kusuma *)
PWMU.CO – Seorang hamba muslim bila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai enam puluh tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepada-Nya. Bila usianya mencapai tujuh puluh tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang belakangan, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai “jaminan Allah” di bumi. (HR Ahmad)
(Baca: 7 Resep Murah Meriah Membangun Keluarga Sakinah)
Keluarga adalah bagian terpenting dalam kehidupan. Setiap orang pasti mendambakan memiliki keluarga bahagia dan harmonis. Namun yang jadi pertanyaan, bilamanakah keluarga dikatakan bahagia? Apakah mereka yang memiliki banyak harta? Mempunyai suami tampan? Istri cantik rupawan? Ataukah yang dikaruniai banyak anak?
Ketika ada orang yang menikah, Rasulullah SAW selalu membaca doa, “Barakallahulaka, wa baraka’alaika, wajama’a bainakuma fii khair” yang artinya Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan.
Dari doa tersebut, kita bisa melihat bahwa Rasulullah SAW tidak mengatakan supaya suatu keluarga jadi kaya-raya, melainkan agar diberkahi Allah SWT. Maksudnya berkah adalah hidupnya selalu dikarunia Tuhan, rezekinya tercukupi, dan bisa membawa kebaikan dalam kerangka kebahagiaan dan keharmonisan.
Bahagia dan harmonis sampai kakek-nenek. Setiap pasangan yang mengikat janji setia pasti mengharapkan itu terjadi dalam pernikahan mereka. Namun, timbul kecemasan, mampukah mereka mencapainya? Bisakah mereka saling mencintai hingga maut memisahkan?
Sebuah jajak pendapat yang dipublikasikan di Amerika Serikat (2008) menunjukkan hasil mencengangkan. Sebanyak 96 persen responden berusia 55 sampai 75 tahun, mengaku kehidupan rumah tangga mereka semakin bahagia dan harmonis, bahkan melebihi sebelumnya.
Memang, kehidupan seksual akan mengalami penurunan seiring usia yang menua. Namun, itu bukanlah halangan untuk tidak bahagia. Dalam jajak pendapat itu, salah satu faktor yang dianggap berperan dalam keharmonisan tersebut karena orang-orang usia pensiun menjadi makin bijaksana memahami kelemahan pasangannya. Ini berujung pada sikap menerima sepenuhnya pasangan apa adanya.
Survey yang diprakarsai AARP The Magazine ini juga menemukan hal lain. Pasangan usia pensiun tersebut lebih suka melancong, menikmati makan di luar, menggeluti hobinya, berolahraga, berkegiatan sosial, berselancar di dunia maya, dan merawat rumah.
Temuan ini setidaknya bisa menguatkan kita, bahwa kebahagiaan pernikahan yang langgeng sampai usia lanjut, adalah hal yang sangat mungkin dicapai. Baca sambungan halaman 2: Ada apa dengan cinta?