STIQSI Lamongan Bahas Konsep Pendidikan Islam. Liputan Gondo Waloyo, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an dan Sains Al Ishlah (STIQSI) Lamongan mengadakan Seminar Nasional dengan tema Memahami Konsep Pendidikan Islam Berdasarkan at Tafsir at Tarbawi Serta Prakteknya pada Masa Sekarang, Ahad (22/1/2023)
Pemateri dalam kegiatan ini adalah Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM), Prof Dr Yusuf Hanafi MFilI. Acara diikuti 150 peserta, terdiri dari dosen, guru, mahasiswa dan perwakilan kelas 12 MA Al Ishlah. Acara berlangsung di Aula Utama Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ishlah Sendangagung, Pukul 09.00-12.00 WIB.
Pengasuh Ponpes Al Ishlah, Drs KH Muhammad Dawam Sholeh dalam sambutannya memaparkan tentang sebab kehadiran sang profesor ke pondok ini. Menurutnya, Profesor Yusuf Hanafi hadir di sini karena akan menghadiri resepsi pernikahan mahasiswinya.
“Beliau jauh-jauh dari Malang demi mahasiswinya yang dikagumi, dan mahasiswi itu adalah alumnus Al Ishlah. Mahasiswi tersebut pernah meraih juara satu Syarhul Quran MTQ tingkat nasional di Padang. Sukses kuliahnya, bahkan sekarang diangkat menjadi dosen di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Dia adalah Tsania Nur Diana,” terang Ustadz Dawam.
Ustadz Dawam menambahkan, untuk itulah, profesor Yusuf Hanafi diundang mampir STIQSI untuk mengisi acara seminar sesuai dengan kepakarannya di bidang tafsir al Quran dan Bahasa Arab.
“Ternyata beliau juga ingin mampir dan ingin tahu pondok yang berhasil membangun jiwa Tsania Nur Diana itu,” cerita Ustadz Dawam, pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah ini.
Ketua STIQSI Lamongan, Dr Piet Hizbullah Khaider MA dalam sambutannya menyampaikan selamat datang dan ucapan terima kasih atas kehadiran sang profesor.
“STIQSI ini berdiri untuk fokus di integrasi al-Qur’an dan Sains. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami jadikan ajang ngangsu kaweruh dari Prof Yusuf dan semoga seminar ini berbarakah,” harap Piet.
Fenomena dan Tantangan Pendidikan Islam
Sementara itu, dalam materinya, Prof Dr Yusuf Hanafi MFilI mengatakan, pendidikan Islam dalam konteks mutakhir menghadapi tantangan besar di revolusi industri 4.0 (Atsaurah Ashinai’yah Ar rabiah).
“Era ini ditandai dengan semua serba teknologi dan internet. Tapi yang perlu kita fahami, bahwa perubahan dalam kehidupan ini adalah sunatullah. Maka ojo nggumunan, ojo kagetan, itu hanya duplikasi. Kita hanya perlu adaptasi dan berubah secara dinamis,” kata profesor yang asli Mojokerto itu.
Prof Yusuf melanjutkan, pendidikan Islam saat ini juga mengalami tantangan yang disebut tantangan global challenge atau attahidiyat aalamiyah. Tantangan ini meliputi tantangan internal dan eksternal.
“Tantangan internal kita adalah, kita dituntut untuk melakukan pengembangan dan pendekatan di dalam pendidikan agama, sehingga pendidikan pesantren diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu bersaing di abad 21,” ucapnya.
Sementara itu, menurut Prof Yusuf, tantangan eksternal kita yaitu goverment policy. Adanya istilah merdeka belajar dan kampus merdeka dari Kemendikbud, lalu ada istilah moderasi beragama dari Kemenag, itu merupakan bagian dari tantangan pendidikan Islam.
Usai memaparkan fenomena dan tantangan pendidikan islam di era industri 4.0, di penghujung paparannya, Prof Yusuf mengajak anasir pendidikan untuk menjadikan al-Quran sebagai sumber inspirasi dan terus mengikuti perkembang era ini dengan dinamis. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni