Kisah Karyawan Departemen Store yang Jadi Wakil Ketua DPRD; Liputan Musyrifah, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU. CO—Partisipasi politik perempuan, khususnya keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan, menjadi agenda penting pemerintah dan legislatif.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gresik Hj Nur Sa’idah SE MM dalam Seminar Semarak Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-11 Aisyiyah Gresik di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), Ahad, (29/1/2022).
Di depan 484 peserta, Saidah, panggilan akrabnya, menyampaikan tentang peluang dan tantangan perempuan dalam berpolitik.
Dia mengawali pemaparannya dengan menceritakan pengalamannya. “Saya bukan dari keluarga yang berada, orang tua saya bukan orang kaya raya. Tetapi saya punya semangat dan cita-cita sehingga saya harus bekerja dan bisa melampui semuanya,” kenang dia.
Dulu, tambahnya, saya pernah menjadi seorang pegawai di sebuah department store. “Tepatnya di Ramayana Departemen Store Gresik,” ujarnya.
“Saat itu belum ada mal di Gresik, hanya Ramayana Departemen Store Gresik yang berjaya,’’ imbuhnya.
Wanit kelahiran Gresik ini menceritakan pernah diangkat menjadi human resource development (HRD) di Ramayana Department Store Gresik karena prestasi kerjanya. Sehingga dia harus bertanggung jawab dan melakukan rekrutmen semua pegawai, penggajian, dan lain sebagainya
“Saat remaja dulu, saya sudah terbiasa bekerja keras, terbiasa menghadapi tantangan. Sehingga mental saya sudah terlatih diawal,’’ tuturnya.
Akhirnya suatu saat, imbuhnya, saya pindah kerja dari departemen store ke perusahaan yang lain. “Dan akhirnya saya diterima. Alhamdulillah saya selalu diterima kerja jika melamar di sebuah perusahaan, karena saya sangat berusaha menunjukkan kualitas dalam bekerja,’’ imbuh alumnus SMA Negeri 1 Gresik tahun 1992 ini.
“Saya sudah belajar organisasi sejak lama, maka pesan saya, semua berasal dari organisasi dan kita harus belajar beroganisasi, agar kualitas diri kita meningkat,’’ tegasnya.
“Ibu-ibu semua yang hadir ini saya kira sudah bisa berorganisasi dengan baik, maka harus berani mencoba. Jika segala sesuatu tidak dicoba maka kita tidak akan pernah tahu,’’ tambah dia.
Dewan Penasehat Dekopinda Gresik ini menerangkan selama perjalanan kariernya tidak pernah patah semangat, bagaimana dia mengatur organisasi kecil menjadi besar.
“Saya akhirnya memotivasi diri, walaupun perempuan, tetapi saya tidak boleh tertinggal. Aakhirnya saya ikut pemilihan,’’ ujarnya.
Menurutnya, peran perempuan punya andil besar di organisasi. “Semua dilakukan dan diurus perempuan,” tegasnya.
Jika ada kegiatan, tambahnya, pasti yang mengurus segala sesuatu adalah perempuan. “Contohnya ada rapat, pertemuan-pertemuan, pengajian dan lain-lain pasti perempuan,’’ tambah Ketua Tim Penggerak PKK Desa Duduk Sampeyan ini.
Dia menegaskan sebagai perempuan yang berkemajuan harus bisa menunjukkan bahwa perempuan bisa di depan. Bahkan perempuan pun bisa menjadi seorang pemimpin.
“Dan akhirnya mulai tahun 2009 saya bisa menduduki jabatan di DPRD Kabupaten Gresik dan sekarang bisa menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gresik, itu sesuai dengan cita-cita saya,’’
Urgensi Peran Perempuan di Politik
Wanita kelahiran 1 Juni 1973 ini menjelaskan perempuan adalah pilar negara. Jika seorang perempuan baik, maka negaranya akan baik pula. “Namun jika perempuannya buruk maka negaranya akan mendapati kerusakan,’’ jelas dia.
Menurutnya laki-laki rentan gagal menangkap kepentingan perempuan padahal begitu banyak agenda perempuan yang perlu diperjuangkan.
Banyak permasalahan yang dialami perempuan belum terselesaikan dengan baik, tambahnya, sehingga mengharuskan perempuan untuk menjadi pemangku kebijakan. “Seperti maraknya pelecehan seksual terhadap perempuan,’’ tuturnya.
Lulusan S2 STIE Mahardika Surabaya ini mendorong perempuan untuk masuk ke dalam dunia pengambil kebijakan, dunia politik.
Menurutnya, dengan masuknya perspektif perempuan, produk kebijakan diharapkan mencerminkan kepekaan terhadap perbedaan kepentingan tersebut.
Dengan demikian, imbuhnya, kebijakan yang dihasilkan berpihak pada kepentingan perempuan.
“Bukan berarti laki-laki tidak bisa mewakili kepentingan perempuan, namun dalam kenyataannya, lebih mudah bagi perempuan untuk merasakan apa yang dirasakan perempuan lain atau memahami apa yang menjadi kepentingan sesama perempuan,’’ jelasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni