Ketua PWM Jatim: Jangan Pilih yang Sarat Kepentingan; Liputan Kontributor PWMU. CO Kabupaten Kediri Dahlansae.
PWMU.CO – Anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kediri yang terpilih hendaknya adaptif, inovatif, kreatif, dan kolaboratif.
Hal itu dikatakan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr dr Sukadiiono MM dalam Pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-7 Muhammadiyah Kabupaten Kediri di Hotel Lotus Garden Jalan Jaksa Agung Suprapto No 26 Kota Kediri, Ahad (29/1/2023).
Dokter Suko, sapaan akrabnya, menyampaikan, ini adalah Musyda kali pertama yang dilakukan di Jawa Timur. “Maka saya sebagai Ketua PWM Jatim berkewajiban untuk menghadiri, karena ini Musyda yang pertama,” ungkapnya.
Dia mengatakan, PWM Jatim sangat berharap agar Musyda ini bisa berjalan dengan lancar, dan tentu menggembirakan. “Jadi tidak boleh ada Musyda yang menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,” pesan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
Menurutnya, muktamar, musywil, dan musyda adalah hal penting untuk keberlangsungan organisasi. “Jadi tolong dengan hormat agar pelaksanaan Musyda ini berjalan dengan lancar, selalu menggembirakan, tidak boleh ada ketegangan di antara kita,” ujarnya.
Bagaimanapun, lanjutnya, setelah selesai Musyda, kita juga akan tetap menjadi saudara dalam lingkup perserikatan Muhammadiyah. “Dan kita juga punya kewajiban untuk segera melakukan aktivitas sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kediri periode 2022-2027,” kata dia.
Kriteria Pimpinan Muhammadiyah
Pada kesempatan tersebut dr Suko menyampaikan tiga kriteria pimpinan Muhammadiyah. Pertama, hendaklah calon-calon anggota PDM Kabupaten Kediri mempunyai karakter pinter. Dalam arti punya kapasitas, punya kemampuan untuk bisa mengendalikan atau mengelola organisasi.
“Jadi saya kira ke-36 calon bisa diinventarisasi sejauh mana kapasitas dari masing-masing calon untuk bisa menjalankan roda organisasi,” kata dia. Yang dimaksud 36 orang adalah Calon Tetap Anggota PDM Kabupaten Kediri 2022-2027
Kedua hendaklah calon Anggota PDM Kabupaten Kediri memiliki katakter bener. Dalam arti satunya kata dengan perbuatan.
“Jangan sampai kemudian kita sebagai anggota PDM terkena ayat, ‘Besar kemurkaan di sisi Allah karena kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan’,” tutur dia mengutip salah satu ayat dalam Surat ash-Shaf.
Tiga Model Orang Muhammadiyah
Dokter Suko kemudian mengkalisifikaiskan motivasi orang yang bermuhammadiyah dalam ke tiga macammodel: biogenetis, sosiologis, dan neogenetis.
Model biogenetis, terutama yang bermuhammadiyah di amal usaha Muhammadiyah. Mereka hanya menjadikan Muhammadiyah atau amal usaha Muhammadiyah itu untuk mencari kebutuhan sandang, pangan,dan papan; tanpa mau berkontribusi kepada Muhammadiyah.
Kedua secara sosiogenetis, yakni orang bermuhammadiyah hanya menjadikannya sebagai batu loncatan. Kalau ada yang menguntungkan di Muhammadiyah mereka mau, tetapi kalau ada yang lebih besar lagi yang menguntungkan di luar Muhammadiyah maka mereka akan berpindah ke lain hati.
“Maka jangan dipilih orang yang bermuhammadiyahnya secara sosiogenetis ini, karena sarat kepentingan,” ujar dia.
Ketiga. orang yang bermuhammadiyah model teogenetis. Menurut dr Suko, model ini yang paling bagus, karena mereka bermuhammadiya secara ikhlas, secara lillahi ta’ala.
“Mereka korbankan tenaga, pikiran, dan waktunya untuk benar-benar membesarkan Muhammadiyah danamal usaha Muhammadiyah,” kata dia.
Orang Muhammadiyah seperti ini tidak ada kepentingan pribadi yang dia kedepankan. Tidak ada kepentingan kelompok untuk mendapatkan sandang, pangan, dan papan.
“Maka secara sosiologis, orang yang berkapasitas bener adalah orang yang bermuhammadiyah secara lillahi ta’ala. Saya yakin di antara 36 calon anggota itu bisa diberikan penilaian secara objektif,” kata dia.
Pimpinan yang Kober
Selain pinter dan bener dan ciri ketiga pimpinan Muhammadiyah itu harus kober. Harus totalitas. Tidak bisa dijadikan sekadar sampingan. Maka betul-betul harus meluangkan waktu untuk mengurusi Muhammadiyah secara benar, secara sungguh-sungguh.
“Insya Allah kalau kita ini bermuhammadiyah secara lillahi ta’ala maka kita akan meluangkan waktu kita untuk betul-betul mengurusi Perserikatan Muhammadiyah ini dengan sungguh-sungguh,” tuturnya.
Kalau bermuhammadiyah hanya sampingan, sambungnya, maka hasilnya hanya sampingan. Tapi kalau mengurus Muhammadiyah secara totalitas insyaallah hasilnya akan maksimal.
“Maka inilah tiga kriteria yang perlu diperhatikan: bener, pinter, dan kober. Di antara 36 itu semuanya punya itu mudah-mudahan yang terpilih adalah yang terbaik,” harap dia. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni