Muhammadiyah Terjunkan Mahasiswa KKN Internasional Ke-5 di Malaysia, Liputan Mundzirin dari Kuala Lumpur, Malaysia.
PWMU.CO – Malaysia bisa menjadi laboratorium pendidikan yang lengkap. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Malaysia Hermono saat menyambut mahasiswa KKN internasional yang dikoordinasi oleh Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Senin (30/1/2023).
Hernomo didampingi Atdikbud Prof Muhammad Firdaus dan Kepala Sekolah Internasional Kuala Lumpur (SIKL), Friny Napasti. Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Muhammad Ali Imron Lc MA dan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Malaysia Silmi Fitri ikut menyambut rombongan.
Dalam sambutannya Hermono menyampaikan, Malaysia bisa menjadi laboratorium pendidikan yang lengkap. Peserta KKN dapat melihat langsung bagaimana nasib pekerja migran Indonesia (PMI). Betapa beratnya kehidupan mereka dalam usaha mengais rezeki di negeri orang.
“Itu akan mengasah rasa empati kita. Saya yakin para dosen dan mahasiswa peserta KKN akan mendapatkan prespektif baru tentang pahlawan devisa ini,” ujarnya.
Sementara Prof Harun Joko Prayitno, wakil dari Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah melaporkan KKN internasional angkatan ke-5 ini disertai oleh 13 perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) dari berbagai daerah di Indonesia. Yang terjauh adalah dari Universitas Muhammadiyah (UM) Sorong, Papua.
Pada kesempatan itu, mahasiswa KKN dari UM Sorong menyampaikan cenderamata kepada Dubes, berupa gendang kecil khas Papua. Lalu gendang tersebut digunakan Hermono untuk meresmikan bermulanya KKN internasional angkatan ke-5 ini.
Mahasiswa peserta KKN akan disebar ke-32 Sanggar Bimbingan (SB) di semenanjung Malaysia, termasuk di dua SB PCIM Malaysia, yaitu SB Kampung Baru dan SB Kepong. Masing-masing ketempatan lima orang mahasiswa.
Berdasarkan laporan guru Supardi, SB Kampung Baru menerima tiga mahasiswi UM Mataram dan dua mahasiswi UM Surakarta. Sementara SB Kepong, menurut guri Khusnul Aqil, menerima tiga mahasiswi UM Ponorogo dan dua mahasiswi UM Surakarta. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni