PWMU.CO– Main medsos bisa terkena sindrom FOMO alias Fear of Missing Out pada kalangan pecandu media sosial seperti FB, Instagram, WA, Twitter, dan sejenisnya.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur Prof Dr H Isa Anshori dalam pengajian Ahad pagi di halaman Pondok Pesantren MBS Kutorejo Kabupaten Mojokerto, Ahad (29/01/2023).
Topik pengajian Membekali Generasi Muslim Menghadapi Era Industri 5.0. Acara pengajian dibuka penampilan tasmi’ al-Qur’an dan kultum oleh santri MBS.
Isa Anshori menjelaskan, FOMO merupakan sindrom kecemasan sosial yang ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain di medsos.
”Ini dampak buruk zaman digital di era 4.0. Salah satunya ialah dampak FOMO. Yakni orang yang takut ketinggalan info ataupun berita atau bahkan komunikasi chat,” kata guru besar Ilmu Sosiologi Pendidikan UIN Sunan Ampel Surabaya.
Dia menyebutkan indikasi orang terkena sindrom FOMO akibat kecanduan main media sosial, pertama, suka buka HP sering-sering.
”Mau tidur sekalipun masih HP-an. Ke toilet juga masih buka HP. Bahkan pengajian seperti ini atau shalat pun di depannya ada HP,” tandasnya.
Kedua, lebih peduli dengan media sosial daripada kehidupan nyata. Ketiga, ingin selalu tahu urusan orang lain alias kepo. Padahal dalam syariat Islam itu tidak boleh.
Keempat, selalu tampil update dengan informasi yang dimiliki. Bisa dari segi kendaraan, makanan, ataupun gaya hidup yang lain.
Kelima, selalu menyebar dan melakukan informasi yang didapat sekalipun belum jelas arah dan tujuannya.
”Oleh karena itu mulai dari langkah kita sebagai orangtua harus membentengi generasi kita supaya mereka bisa tahu kerasnya lingkungan di era sekarang,” ujar Isa Anshori.
Setidaknya, kata dia, harus mengimbangi antara ibadah dengan teknologi yang sudah kita miliki.
Dia mengingatkan kewajiban orangtua terhadap anak. Yaitu memberi nama yang baik. Karena dalam nama tersebut terdapat harapan dan doa.
Lalu mendidik, mengajarkan kebaikan, dan memberikan contoh. Allah tegaskan dalam surat at-Tahrim : 6.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, pelihara dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Kewajiban lainnya, sambung dia, mengajarkan etika dan akhlak serta membimbing supaya mau berinteraksi dengan al-Quran.
Dia berharap orangtua membekali anak-anaknya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar di era seperti ini tidak gaptek.
Generasi muda harus dibekali dengan ilmu agama, al-Quran, ilmu pengetahuan, teknologi, akhlak, dan ilmu umum di sekolah. ”Agar bisa memberikan kontribusi bagi umat,” tandasnya.
Penulis Muhammad Iqbal Rahman Editor Sugeng Purwanto