PWMU.CO – Istilah ‘beragama dengan three in one’ mengemuka dalam Pengajian Jumat Pagi (Jumpa), yang dilaksanakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat di Masjid At-Taqwa, Babat, Lamongan (31/3). Adalah KH Hasan Badri MA, seorang mubaligh dan Pengawas Pendidikan Agama Islam Kabupaten Lamongan, yang melontarkan istilah itu.
Three in One, atau tiga dalam satu, sebelumnya dikenal sebagai kebijakan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso untuk membatasi mobil pribadi yang lewat di kawasan tertentu atau “Kawasan Pembatasan Penumpang” di mana hanya mobil pribadi yang berpenumpang 3 orang atau lebih yang diperbolehkan lewat.
(Baca: Ketika Pengajian ‘Jumpa’ Membahas Perjumpaan Hamba dengan Tuhannya dan Shaf Jamaah Shalat Bisa Jadi Cermin Persatuan Umat Islam)
Yang dimaksud beragama dengan three in one, menurut Hasan, adalah beragama dengan melaksanakan tiga pilar Islam yakni ibadah, akidah, dan akhlak. “Seorang Muslim itu harus bagus pemahaman dan praktik fiqihnya (ibadah), memiliki keimanan yang benar (akidah), dan bagus perilakunya (akhlak). Ketiga-tiganya ini tidak dapat dipisah-pisahkan,” ungkapnya.
Menurut Hasan, dalam hadis dari Umar bin Khattab riwayat Imam Muslim, ketiga pilar itu adalah Islam, Iman, dan Ihsan. Terhadap ketiga pilar itu, kata Hasan, umat Islam harus menjalankan secara kaffah (keseluruhan), sebagaimana firman Allah SWT dalam Albaqarah ayat 208, “Wahai orang’-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan …”
Hasan menjelaskan, Imam Ibnu Katsir dalam membahas teks “udhulu fisilmi kaffah” mengartikan masuklah ke dalam ketaatan seluruhnya. Sedangkan Imam At Thabari mengartikan masuklah ke dalam Islam keseluruhannya. “Adapun pendapat lain, masuklah ke dalam aturan ketiga pilar sesuai hadits riwayat Muslim di atas,” jelas Hasan.
(Baca juga: Pesan Kyai Mansur Ponpes Roudlotul Ilmiyah: Ikhtiar Pengobatan Tak Boleh Hilangkan Tawakal)
Lebih jauh, Hasan juga menjelaskan tentang arti Islam. “Kata Islam dapat kita temukan dalam surat Ali Imron ayat 19, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
Inilah, kata Hasan, definisi Islam menurut Allah SWT. ”Kita tidak boleh berinisiatif untuk menambah-nambahi. Islam ya Islam, bukan yang lain. Islam itu adalah ad-din yakni tuntunan kehidupan yang membawa kedamaian dan ketentraman dunia-akherat.
Mengutip surat Ali Imran ayat 85, Hasan menjelaskan bahwa apabila seseorang mencari agama di luar Islam, maka akan merugi. Di samping diridhai, tambahnya, Islam adalah agama yang sempurna seperti termaktub dalam surat Almaidah ayat 3. “Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengerjakan semua aturan yang ada di dalam Ad-din,” ujarnya.
(Baca juga: Umat Islam Diimbau untuk Siap Siaga sebelum Datangnya Fitnah Besar dan Shaf Jamaah Shalat Bisa Jadi Cermin Persatuan Umat Islam)
Hasan mengingatkan, bahwa sebagai orang yang beriman kita sebenarnya telah mendapat teguran dari Allah SWT. “Karena memiliki ilmu agama dan mengetahui kebenaran melalui pendengan atau penglihatan, namun dalam keseharian tidak menjadikannya patuh kepada-Nya,” urainya. Jika itu kita lakukan, kata Hasan, sama saja dengan menyontoh Ahli Kitab. “Padahal kita bukanlah mereka dan mereka bukanlah kita.
Penjelasan Hasan itu didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat Alhadid ayat 16, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah. Dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian bertambah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Peserta pengajian Jumpa tergolong Istiqamah. Siapa pun yang memberikan materi tidak tidak memengaruhi naik-turunnya jumlah peserta. Di samping berasal dari Kecamatan Babat pengajian juga dihadiri warga Muhammadiyah dari Kecamatan Sekaran, Pucuk, Kedungpring, dan Kecamatan Baureno Bojonegoro. Sedangkan dari PCM Babat yang hadir adalah Drs H Abdul Ghaffar MM, Drs H Noor Khozin, dan Ustadz Tholhah. (Hilman Sueb)