6 Guru SD Muhasa Ngawi Lulus Guru Penggerak, liputan kontributor PWMU.CO Ngawi Siyam Supiah
PWMU.CO – Enam Guru SD Muhammadiyah 1 (SD Muhasa) Ngawi, Jawa Timur, lulus Guru Penggerak yang diumumkan secara resmi secara daring melalui Zoom dan live YouTube Kemendikbudristek, Selasa (31/1/2023).
Kepala SD Muhasa Syaiful Husna SAg mengatakan ada 7.931 guru dari 189 kabupaten/kota lulus guru penggerak. Enam di antaranya adalah guru SD Muhasa) Ngawi.
“Mereka adalah Sugianto, Misbahush Shurur, Umi Sorayah, Bida Dwi Royani, Siyam Supiah, dan Dini Ikayanti. Keenam guru SD Muhasa ini mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) setelah lolos seleksi tahap I dan II. Kemudian mengikuti serangkaian kegiatan daring dan luring mulai 18 Mei 2022 sampai 23 Desember 2023,” ujarnya, Sabtu (4/2/2023).
Dia berharap semoga prestasi ini bermanfaat untuk sekolah juga persyarikatan Muhammadiyah. Dia menaruh harapan besar pada guru. Semoga mereka bisa menjadi pemimpin pembelajaran untuk transformasi pendidikan yang lebih baik.
“Sejak pemerintah mencanangkan program guru penggerak, saya terus memantau jadwal untuk Kabupaten Ngawi. Alhamdulillah, angkatan pertama terjadwal diangkatan 5. Langsung saat itu saya kumpulkan beberapa guru untuk mendaftar. Bagi saya PGP ini menjadi salah satu media bagi guru untuk meningkatkan kompetensi,” tambahnya.
Saat ini, lanjutnya, 6 guru yang lain juga sedang mengikuti PGP angkatan 7 dan 3 guru berikutnya sedang proses seleksi PGP angkatan 9.
Guru Penggerak
Salah satu guru penggerak SD Muhasa Sugianto SPd menceritakan awal mendaftar guru penggerak bersama 8 guru yang lain.
“Awalnya bapak kepala sekolah merekomendasikan 9 orang untuk mendaftar, berkurang 1 orang karena keterlambatan pengiriman berkas, dan 2 orang belum lolos seleksi tahap I. Jadi dari 9 orang, 6 orang lolos tahap I dan II, dan alhamdulillah sampai lulus pendidikan,” ucapnya sambil mengenang awal perjuangan bersama guru lain saat mendaftar guru penggerak.
Sugianto juga menyampaikan ilmu yang didapat selama pendidikan sangat luar biasa. Ada banyak ilmu baru yang belum saya dapat dalam diklat-diklat sebelumnya, seperti coaching, restitusi, dan dilema etika.
Di tempat terpisah, Umi Sorayah SPd menyampaikan kesannya selama mengikuti PGP. “Jika dibayangkan berat. PGP ini memang berat. Awalnya saya agak minder karena minimnya kemampuan IT saya. Tapi alhamdulillah, dukungan dari teman-teman sangat memudahkan saya. Sehingga saya bisa melalui 6 bulan dengan gembira,” ujarnya.
Selain kini lebih terampil dalam menggunakan IT, Umi panggilan Umi Sorayah ini mengaku ada satu hal yang paling dia rasakan telah berubah setelah PGP. Sekarang ia sudah tidak pernah marah lagi ke murid-muridnya. Dia juga lebih memahami kebutuhan belajar murid sesuai bakat dan minat, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
“Saya tidak mudah marah lagi sekarang. Di PGP ada ilmu bagaimana menyikapi dan menangani murid bermasalah. Adanya keyakinan kelas juga sangat membantu murid dalam belajar. Teman-teman guru yang memiliki kesempatan mengikuti PGP, ikuti program ini. Insyaallah sangat bermanfaat untuk murid-murid kita,” terangnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.