Tiga Prinsip Pemimpin Ideal, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Ichwan Arif
PWMU.CO – Menjadi pemimpin yang ideal harus memiliki tiga prinsip, yaitu person, purpose, dan people disampaikan Fitriyan Rozi dalam kegiatan Developing Leadership Program (DLP) di Royal Hotel Trawas Mojokerto, Jumat (3/2/23).
Dia menyampaikan seseorang (person) yang berkomitmen pada tujuan (purpose) organisasi dengan mengelola tim (people) untuk dipengaruhi agar Bersama sama mencapai tujuan.
Dalam kegiatan yang diikuti Sekolah Muhammadiyah GKB (Mugeb School) Gresik SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb), SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School), SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB, dan SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik ini, dia menuturkan ketiga prinsip itu ada pada diri pemimpin yang gesit, sat set, atau lincah.
“Seorang pemimpin yang memiliki komitmen dengan tujuan, pemimpin yang bisa mempengarui tim, dan tim yang bisa atau mampu mencapai tujuan. Inilah prinsip utama yang harus dipraktikan pemimpin yang ideal itu,” terangnya pada 43 guru yang mengikuti pelatihan.
Kompas dan Jangkar
Fitriyan Rozi menjelaskan ada 2 hal yang harus dilakukan pemimpin ideal yang gesit. Pertama adalah memiliki kompas dan jangkar layaknya nahkoda kapal.
“Pemimpin harus memiliki kompas yang mampu menguasai medan, peralatan, maupun tim dalam menjalankan tugasnya. Leader yang menguasai dan dapat mengendalikan arah organisasi untuk cepat, tepat dan selamat sampai ke tujuan. Di sini harus kompas yang benar, bukan yang rusak,” ungkapnya.
Kedua, harus memiliki jangkar.Leader yang memiliki komitmen dan prinsip yang kuat dalam menjalankan kepemimpinanya. Layaknya jangkar kapal.
Dengan memiliki kompas dan jangkat, leader diharapkan mampu mengubah arah VUCA negatif menjadi VUCA positif, yaitu Vision (kejelasan produk atau jasa sesuai tujuan), Understanding (pemahaman prioritas tujuan dan hasil), Clarity (kejelasan tahapan pekerjaan dan target), dan Agile (Kelincahan organisasi dalam beradaptasi).
Untuk itu, tegasnya, pemimpin harus keluar dari zona nyaman yang bisa berdampak pada rasa takut, tidak bisa bergerak dan seakan-akan terhukum. Maka, pemimpin harus bisa masuk pada zona potensial. Zona yang awalnya bisa melawan rasa sakit yang lama-kelamaan bisa menjadi menjadi biasa.
“Yang tidak kalah pentingnya adalah pemimpin bisa membawa pada solusi, bisa mencari jalan keluar dari permasalahan atau perubahan yang terjadi,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.