Bagaimana Sebenarnya Letak Tangan saat Bersedekap dalam Shalat? Format Baru Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama; Oleh Dr Zainuddin MZ LC MA (NBM 984477)
PWMU.CO – Tanya: Dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) disebutkan, waktu berdiri shalat dengan bersedekap, tangan kanan diletakkan pada punggung tangan kiri. Apakah cukup menempelkan atau memegang pergelangan?
Jawab: Dalam HPT disebutkan di kala bersedekap, yakni meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri di dada.
Hal ini didasarkan pada dalil berikut ini:
Hadits Wail bin Hujr
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ
Wail bin Hujr RA berkata: Aku shalat bersama Nabi SAW dan beliau meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya di dada. (HR Ibnu Khuzaimah: 479, 1860; Abu Dawud: 727; Nasai dalam Sunan Kubr: 965; Darimi: 1397; Baihaqi: 371; Baihaqi dalam Sunan Kubra: 2335; Ahmad: 18870)
Hadits Wail bin Hujr
وَعَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: (قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَقُلْتُ: لَأَنْظُرَنَّ) (إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي, فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ فَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ, فَكَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى كَانَتَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (رَفَعَ يَدَيْهِ أَسْفَلَ مِنْ أُذُنَيْهِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (حَتَّى حَاذَتَا أُذُنَيْهِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (حَتَّى رَأَيْتُ إِبْهَامَيْهِ قَرِيبًا مِنْ أُذُنَيْهِ) (ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ, ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى) (عَلَى كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ) وَفِي رِوَايَةٍ: (قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ) (عَلَى صَدْرِهِ)
Wail bin Hujr RA berkata: (Aku datang ke kota Madinah dan berkata: Akan kupersaksikan—pada kalian—(tentang shalat Nabi. Aku saksikan Nabi menghadap ke kiblat, lalu bertakbir sambil mengangkat kedua tangan sehingga setantang dengan pundak). Dalam riwayat lain: (di bawah telinganya). Dalam riwayat lain: sehingga mendekati telinganya). Dalam riwayat lain: (ibu jari mendekati telinganya). (Kemudian Nabi melipat kain pakaiannya, dan meletakkan tangan kanan) (pada telapak tangan kiri, pergelangn dan lengan kirinya). Dalam riwayat lain: (mendekapkan tangan kanan pada tanga kirinya) (dan Nabi meletakkannya pada dadanya).
(HR Muslim: 401; Abu Dawud: 726, 727, 737; Nasai: 879, 887, 889, 932, 1102; Tirmidzi: 292; Ibnu Majah: 810, 867; Ahmad: 18869, 18890, 22017)
Hadits Thawus
عَنْ طَاوُسٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى، ثُمَّ يَشُدُّ بَيْنَهُمَا عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Thawus berkata: Rasulullah saw. meletakkan tangan kanan pada tangan kirinya lalu merekatkan keduanya dan meletakkannya pada dadanya sewaktu shalat.
HR Abu Dawud: 759.
Catatan
Adanya tambahan (dan Nabi meletakkannya pada dadanya) dalam periwayatan Wail bin Hujr hanya pada Ahmad: 22017 lewat jalur Qabisah bin Hulb dari bapaknya yang dinilai majhul.
Periwayatan ‘meletakkannya pada dada’ juga dikeluarkan Ibnu Khuzaimah: 479 dan Baihaqi: 2/3 dengan dua jalur yang lemah, dalam sanadnya terdapat Muamal bin Ismail yang buruk hafalannya. Namun dengan adanya berbagai jalur lain dan adanya kesaksian periwayatan dari Thawus yang dikeluarkan Abu Dawud: 759, maka status hadits meningkat menjadi maqbul.
Dalam kajian secara tematik ditemukan bahwa sikap sedekap itu adalah telapak tangan kanan bisa diletakkan pada telapak tangan kiri, atau diletakkan pada pergelangan tangan kirinya, atau diletakkan pada lengan tangan kirinya, atau mendekapkan tangan kanan pada tangan kirinya.
Semua itu mempertajam pemaknaan ala shadr tidak diartikan di atas dada sebagaimana yang sering tampak, di mana kedua tangan posisinya sampai di bawah leher, melainkan dimaknai pada dada, yakni pada sket dada. Lebih lanjut telah penulis paparkan dalam buku “Hadits Tahsin Shalat”. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni