Aisyiyah Diajak Mengembangkan Seni Budaya Islam; Liputan Ain Nurwindasari, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik, Idha Rahayuningsih MPsi mengajak warga Aisyiyah Gresik mengembangkan seni budaya Islam.
Hal ini disampaikan dalam sambutannya pada kegiatan pembukaan Lomba Paduan Suara antar-Pimpinan Cabang Aisyiyah se-Kabupaten Gresik di Aula SD Muhammadiyah GKB 1, Sabtu (11/02/2023).
Mengawali sambutannya, Idha menyatakan bahwa kegiatan ini membawa semangat bergembira.
“Insyaallah semangatnya adalah semangat bergembira, karena lebih dari setengah hari kita akan menikmati suguhan lagu-lagu ibu-ibu padus (paduan suara) dari seluruh cabang di Gresik,” ungkapnya.
Idha mengapresiasi tim Lembaga Kebudayaan (LK) yang telah mempersiapkan kegiatan ini.
“Semoga apa yang sudah disiapkan dengan kondisi yang sudah maksimal, kalaupun ada kurangnya mohon dimaafkan, intinya semoga acara ini berjalan lancar nantinya,” ucapnya.
Tidak lupa Idha juga menyampaikan apresiasi kepada pihak SD Muhammadiyah GKB 1 sebagai tempat pelaksanaan kegiatan lomba padus ini.
“Untuk kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 beserta tim, kami dari pimpinan daerah juga mengucapkan terima kasih,” katanya.
Selanjutnya Idha menjelaskan pentingnya menebarkan masalah seni kepada generasi berikutnya
“Mungkin ke depannya kegiatan ini bisa diajarkan dan disosialisasikan sehingga ke depanya bisa muncul wajah-wajah baru yang lebih segar baik itu seni suara, tulisan, sastra dan lain sebagainya,” tuturnya.
Hal ini menurut Idha, mengingat adanya perubahan nomenklatur pada LK yang sudah diubah menjadi budaya seni dan olah raga.
“harapannya tidak hanya berubah dari sisi nama tapi mengemban misi yang lebih besar dan lebih luas,” tuturnya.
Idha menjelaskan bahwa terkait program kerja sudah tercover di kegiatan musyda tanggal 5 Februari 2023 yang lalu.
“Nah yang olah raga itu yang belum tersentuh di ibu-ibu ‘Aisyiyah baik itu di tingkat daerah cabang dan ranting,” terangnya.
Hukum Seni dalam Islam
Idha lantas memaparkan bagaimana hukum seni dan budaya menurut Muhammadiyah.
“Bagaimana konsep Muhammadiyah dalam melihat seni? Seni apa yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, dan seni yang seperti apa yang tidak kita lakukan. Rambu-rambu ini yang seharusnya kita perhatikan,” jelasnya.
Idha berharap adanya kolaborasi para ahli kesenian di LK dengan Majelis Tabligh.
“Untuk lebih masif melakukan kajian terkait seni, seperti apa yang diharapkan Muhammadiyah yang bisa dikembangkan,” terangnya.
Idha menjelaskan bahwa Muhammadiyah di Muktamar Aceh 1995, telah membahas masalah budaya dan kesenian.
“Dalam keputusannya, bahwa karya seni hukumnya mubah, boleh selama tidak mengarah ke arah fasad (kerusakan), dan tidak menjadi penyebab dharar (bahaya), terutama itu bahaya mental dan moral, kemudian tidak menimbulkan kedurhakaan dan tidak membuat kita jauh dari Allah,” terangnya.
Dari kriteria ini tentu Idha berharap warga Aisyiyah bisa memilah dan memilih karya seni seperti apa yang layak dikembangkan.
“Karena seni di dalam Islam tidak dijelaskan secara rinci, karena seni hasil karya manusia. Hanya manusia yang punya hati dan pikiran islami yang bisa menghasilkan seni yang islami,” jelasnya.
Oleh karena itu hasil karya seni tergantung pada prinsip dan nilai-nilai dari orang yang bisa menghasilkan karya seni tersebut.
“Ke depan bisa kita kaji lebih dalam. Saya berpikir bagaimana kalau di Gresik ada pusat kajian seni dan budaya islami,” ucapnya.
Idha menekankan bahwa setiap budaya tidak hanya dilihat dari ritual fisik, namun yang perlu dikaji adalah makna dari ritualnya itu.
Selain itu, dalam bidang olah raga Idha berharap ke depannya perlu dikembangkan dan LK bisa kolaborasi dengan majelis kesehatan.
“Kesehatan itu kan sebenarnya bukan hanya mengobati ketika sudah sakit, tapi bagaimana preventifnya,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni