Siswa Smamita Belajar Budaya Jepang, Beda Kimono dengan Yukata; Liputan Wahyu Murti, Kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Kegiatan pembelajaran Bahasa Jepang merupakan salah satu yang menarik di SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) Sidoarjo, Jawa Timur. Siswa dibimbing untuk berbicara dalam bahasa Jepang, membaca, dan menulis huruf Hiragana, Katakana, dan Kanji. Para siswa juga dikenalkan kebudayaan di Jepang seperti origami, yukata, makanan Jepang, dan sebagainya.
Seperti yang dilakukan siswa kelas X Smamita Jumat (10/2023) dalam kegiatan “Bunka Shoukai” yang dipandu oleh guru Bahasa Jepang Smamita Andri Dwi Astuti SPd.
Andri menjelaskan, Bunka Shukai merupakan pengenalan budaya Jepang yang mana siswa memakai pakaian tradisional Jepang yukata. “Belajar bahasa Jepang tidak hanya mempelajari bahasa tapi juga mempelajarai budayanya. Kali ini siswa kita ajak menggunakan busana yukata,” ujarnya.
Baju yukata merupkan salah satu pakaian tradisional Jepang yang masih bertahan selain kimono. Pakaian berbahan katun dan mudah menyerap keringat ini biasa digunakan ketika musim panas.
“Dibandingkan kimono, yukata lebih kasual dan dibuat dari bahan seperti katun yang harganya relatif lebih murah dibandingkan kimono,” ujar Andri.
Dia menambahkan jika aksesoris pada kimono dan yukata hampir serupa. Selain memakai obi atau sabuk di pinggang, kimono dan yukata juga dikenakan dengan alas kaki yang bernama geta atau zori, dan kaus kaki atau tabi.
“Yukata dikencangkan ke tubuh pemakai dengan obi yang lebarnya setengah dari lebar obi untuk kimono jenis lain. Di antara berbagai jenis simpul obi untuk yukata, bentuk simpul yang paling populer adalah simpul bunko yang berbentuk kupu-kupu. Wanita mengenakan yukata yang pas dengan ukuran tubuh pemakai agar terlihat bagus sewaktu dipakai. Seperti halnya kimono, panjang yukata selalu melebihi tinggi badan pemakai,” jelas Andri.
Kimono dan yukata lebih banyak digunakan saat acara festival (matsuri), pernikahan, dan keagamaan.
“Perlengkapan memakai yukata wanita di antaranya rok panjang (susoyoke) sebagai pakaian dalam, berwarna putih polos, pakaian dalam (hadajuban), tali pinggang (koshihimo) untuk mengencangkan kain berlebih di bagian pinggang yang berasal dari kelebihan panjang kain pada bagian bawah, kain sabuk pengikat (datejime) untuk mengencangkan kain yang longgar di bagian perut dan Obi untuk mengencangkan yukata ke badan,” jelas Andri. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni