Kristenisasi, Salah Satu Tantangan Berat Implementasikan Tema Musyda Muhammadiyah Gresik; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO — Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik Drs Muhammad In’am MPd menyampaikan sambutan di Musyawarah Daerah (Musyda) ke-11 Muhammadiyah Kabupaten Gresik, Ahad (12/2/2023).
In’am—sapaan akrabnya—awalnya berterima kasih kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) maupun seluruh peserta yang telah menghadiri Musyda Ke-11 Muhammadiyah Kabupaten Gresik untuk periode 2023-2027 yang akan datang.
“Atas nama PDM Kabupaten Gresik periode 2015 yang mestinya berakhir pada 2020, tapi karena Covid-19 akhirnya mundur hingga hari ini, saya menyampaikan terima kasih tak terhingga atas kehadiran njenengan,” ujarnya.
Di aula lantai 4 Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Kabupaten Gresik itu dia berharap, “Mudah-mudahan Musyda kali ini menghasilkan keputusan terbaik untuk kepentingan persyarikatan kita di masa yang akan datang.”
Secara pribadi, lanjutnya, In’am juga menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya karena sesungguhnya pada periode 2015-2022 itu, ketua yang menjelanakan roda persyarikatan adalah Dr H Taufiqullah Ahmady MPd.
“Lantas tinggal satu tahun tepat mulai Februari 2021 hingga Februari 2022 saya diamanahi oleh Pimpinan Daerah untuk melanjutkan kepemimpinan Bapak Taufiqullah. Akhirnya kami terus melanjutkan,” terangnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, jika ada situasi atau hal-hal kurang berkenan, In’am memohon pemakluman dan pemaafan.
Tantangan Berat Implementasikan Tema
In’am menyampaikan, Muktamar yang digelar di Surakarta tempo hari mengambil tema ‘Membumikan Islam Berkemajuan Mencerahkan Semesta’. “Tema itu di-breakdown oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, sekarang kita yang di Gresik mengangkat tema ‘Membumikan Islam Berkemajuan dan Memajukan Gresik’,” ungkapnya.
Dia menegaskan, tema itu bukan sembarang tema. “Tema itu memiliki muatan yang sangat dalam. Ketika kita akan mengimplementasikan tema ini bukan hanya di tingkat nasional, tantangan yang kita hadapi sangat kompleks,” ungkapnya.
Karena secara nasional sudah sepakat dengan semangat di tema itu, kata In’am, di PDM juga harus mengimplementasikannya secara maksimal. Terlebih lagi di tingkat cabang dan ranting. Mengingat ini sesuai maksud dan tujuan persyarikan Muhammadiyah yang sudah jelas terpatri di AD ART persyarikatan Muhammadiyah.
“Perlu kita sadari bersama, mengimplementasikan tema itu sesuatu yang berat dan kompleks, lebih khusus di Kabupaten Gresik,” imbuhnya.
Tren Penurunan Muslim
In’am teringat Kiai H Ahmad Dahlan pernah mengungkap tiga hal yang menyebabkan Islam lenyap dari Indonesia. Hal-hal penting seperti itulah menurutnya pelru mereka canangkan bersama.
Di sisi lain, dia pernah membaca tulisan seorang profesor, Islam akan bangkit dari Indonesia. “Beliau mengungkapkan tema itu tentu sangat beralasan. Mempelajari sejarah yang berkembang dulu, di Andalusia 100 persen masyarakatnya beragama Islam selama 800 tahun. Masyarakat betul-betul hidup secara Islami,” terangnya.
Tapi mereka lupa, di belakang mereka sedang bergerak orang-orang kafir. “Walhasil, ketika mereka dalam posisi lengah, maka berubah drastis karena serangan orang-orang di luar Islam,” imbuhnya.
In’am lantas memaparkan tren penurunan umat Islam di beberapa negara. Misalnya di Afrika Timur, dulunya 95 persen masyarakatnya beragama Islam. “Dalam perkembangan sejarah berubah drastis!” tegasnya.
Begitupula di Manila dan di Singapura. Yang dulunya mencapai 90an persen, kini tinggal belasan persen saja yang Muslim. Dia juga mencermati, di Indonesia dulu masih 95 persen yang Muslim. “Sekarang turun 10 persen sehingga jumlahnya tinggal 85 persen dalam waktu 50 tahun,” ungkapnya.
Kalau itu dijadikan standar, lanjutnya, maka dalam 50 tahun ke depan tidak mustahil yang 85 persen itu menurun jadi 75 persen. “Maka yang disampaikan Kiai Haji Ahmad Dahlan menjadi kenyataan,” sambungnya.
Kristenisasi dan Industri di Gresik
In’am pun menguraikan gambaran tantangan berat yang mereka hadapi di Gresik. Dia masih terngiang-ngiang ucapan seorang profesor yang berpesan kepadanya agar mencermati gerakan kristenisasi di Gresik.
“Yang jadi objek vital gerakan mereka di tiga titik. Di Malik Ibrahim, Giri, dan Leran. Di sekitar Malik Ibrahim sudah ada lima gereja. Insyaallah lebih,” ungkapnya.
Salah satu pabrik di Gresik juga sudah menjalin kerja sama dengan universitas non-Muslim. Selain itu, In’am juga menceritakan ketika pihaknya kesulitan mencari tanah untuk pengembangan aset Muhammadiyah.
Saat In’am mencari tanah untuk pengembangan kampus di Banjarsari, misalnya. Semua area sudah berpindah tangan. Di sebelah selatan Masjid Agung juga demikian.
Adapun di Manyar, dia pernah memprediksi pada 1995 lalu, 10-15 tahun ke depan yang melompat bukan bandeng tapi lainnya. Kini terbukti, sudah berdiri banyak pabrik dan lainnya di sekitar sana.
“Ketika Gresik total berubah jadi wilayah industri, tantangan yang kita hadapi semakin berat. Kita sama-sama tahu di wilayah selatan juga begitu. Lahan di masyarakat pada habis,” imbuhnya.
In’am mengungkap, saat ini pendirian rumah ibadah syaratnya harus ada 60 pemeluk agama itu yang tinggal di sekitarnya. “Kalau 1 hektare tanah dikapling 40 rumah dan masing-masing rumah dihuni empat orang, tidak sulit mendirikan tempat ibadah di tempat tersebut,” terangnya.
Akhirnya In’am menekankan, itulah gambaran tantangan ke depan yang bisa mereka potret dari sekarang. “Ketika kita sekarang mau berusaha memperjuangkan maksud dan tujuan persyarikatan kita, menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga mewujudkan agama Islam yang sebenarnya, lalu kita breakdown dengan tema Membumikan Islam berkemajuan, khususnya Gresik, ini tantangan yang kita hadapi sungguh sangat berat. Tapi bukan berarti yang berat itu tidak bisa kita hadapi!” tegasnya.
Sepanjang ada kebersamaan dan kekompakan, seperti Mars Muktamar, ‘Menjalin ukhuwah, menyatukan langkah’. Menurutnya, mars itu luar biasa. “Dijiwai ruh ketauhidan!” ungkapnya.
Dengan Musyda, In’am mengajak peserta bertekad, “Mudah-mudahan kita bisa mengimplementasikan maksud dan tujuan persyarikan kita. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sebenarnya. Lalu ditindaklanjuti Membumikan Islam Berkemajuan Memajukan Gresik!”
Dengan semangat kebersamaan dan bertawakal kepada Allah SWT, dia yakin, Allah senantiasa menyertai mereka. “Dengan Musyda mudah-mudahan memberi pencerahan rohani dan pencerahan langkah kita agar lebih baik dan lebih bermanfaat bagi persyarikatan kita umumnya dan masyarakat Gresik khususnya,” tutupnya. (*)