Gemes Bikin Kreativitas di Depan Siswa TK Aisyiyah 36 PPI; Liputan Anik Nur Asia Mas’ud, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – TK Aisyiyah 36 Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar, Gresik, Jawa Timur memanfaatkan sampah menjadi kreativitas. Ini adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) kedua di tahun pelajaran 2022-2023.
Untuk memotivasi siswa, Selasa (7/2/2023), TK yang terletak di Jalan Sawit Nomor 4 PPI mendatangkan guru tamu, Erma Astutik dari Yayasan Gemar Memilah Sampah (Gemes).
“Kami mendatangkan guru tamu ini untuk memberikan motivasi dan pembelajaran kepada anak-anak bagaimana cara memanfaatkan bahan bekas menjadi barang yang bermanfaat,” ungkap Chusaini SPdI, Koordinator Kurikulum TK Aisyoyah 36 PPI.
Ia menjelaskan, siswa juga diajari untuk lebih kreatif, seperti membuat mainan yang menggunakan barang-barang di sekitar yang tidak terpakai menjadi sebuah barang. “Jadi tidak harus beli mainan yang mahal,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan ini juga untuk menumbuhkan kesadaran bagi siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan cara mengelola sampah, baik sampah organik maupun anorganik. “Botol, kardus, kertas, plastik, kain perca, dan barang bekas lainnya bisa dikreasikan menjadi barang yang mempunyai nilai pakai dan jual,” terangnya.
Barang Bekas Jadi Berguna
Di hadapan siswa, Erma Astutik menjelaskan macam-macam barang bekas yang bisa dipakai menjadi barang yang berguna. ”Di sini Bu Erma bawa botol bekas, plastik, kresek, dan beberapa barang bekas lainnya,” ucapnya kepada siswa yang berkumpul di ruang terbuka di depan kantor.
Barang bekas ini, lanjutnya, adalah barang yang sudah tidak kita gunakan lagi. Dari sampah yang ada di sekitar kita, kita pilah sampah tersebut lalu kita manfaatkan menjadi sebuah kreativitas.
“Nah, kalau botol bekas bisa kita buat jadi apa ya?” tanyanya kepada siswa.
“Mobil,.. Pesawat,..,” jawab anak-anak bersahut-sahutan.
Melihat jawaban dan tingkah anak-anak, ia tersenyum lebar. “Ya benar, bisa kita buat menjadi mobil-mobilan atau pesawat, bisa juga kita buat jadi bunga,” ujarnya.
Lalu, ia mengambil salah satu barang, kresek berwarna merah dan putih, yang akan dipraktikkan kepada anak-anak nanti. “Ini adalah kresek yang sudah di setrika, nanti dari kresek ini kita akan membuat bunga,” terangnya direktur Bank Sampah Sekardadu Kebomas Gresik ini.
Nanti, kresek akan digunting kecil-kecil dan dijadikan sebagai mahkota bunga.
Erma didampingi temannya, Siti Fitria, yang membantu mempraktikkan cara membuat bunga. Mulai dari menggunting kresek menjadi beberapa bagian kecil, membuat guntingan bergerigi di pinggirnya, memberi putik plastik di tengah kresek, dan menyusun kresek menjadi bunga pada lidi yang sudah di tutupi selotip tangkai bunga.
Kemudian Erma memberikan kesempatan kepada beberapa anak untuk maju bergantian ke depan untuk mencobanya.
Para siswa sangat antusias, semua ingin maju. Sampai pada akhirnya bunga yang tadinya mereka bawa sebagai contoh, satu persatu diibagikan untuk anak-anak karena tidak ingin melihat mereka kecewa karena belum kebagian.
“Nanti kalau masih kurang, dikirimi lagi,” ucap Fitria-panggilan temannya.
Enam Tahun Gemes
Dari penjelasan dan contoh yang diberikan kedua orang ini memberikan pencerahan kepada siswa yang nanti akan memilah sampah barang bekas yang mereka bawa ke sekolah untuk dijadikan sebuah kreativitas.
Bank Sampah Gemes sudah hampir enam tahun berdiri. Ada terlebih dahulu sebelum Yayasan Gemes terbentuk. Di samping memilah sampah dan mengolah menjadi barang bekas tersebut, yayasan ini juga mempunyai area untuk berkebun.
Potensi berkebun ini lahir dari lahan perkotaan yang terbatas dan pengelolahan sampah basah yang dijadikan sebagai penyubur untuk bercocok tanam. Akhirnya setelah Bank Sampah Gemes muncullah Kelompok tani wanita sadar lingkungan (wandarling) yang ada di yayasan Gemes ini yang mengelolah sampah basah tersebut.
Fitria menjelaskan, beberapa MoU yang sudah dilakukan dengan beberapa instansi atau lembaga. Untuk lembaga, mulai dari TK sampai universitas. “Sekarang ini sedang ada magang dari mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik,” terangnya.
Untuk anak-anak yang diberikan kepada mereka terkait dengan cinta lingkungan, pemahaman mencintai bumi, dan sebagainya, sampai pengembangan kreativitas. “Dari pengembangan kreativitas ini kita bisa memahami sebenarnya kalau sampah itu dipilah banyak manfaatnya,” ujar Fitria yang juga pengurus Bank Sampah Meduran Gresik ini.
Baik Erma maupun Fitria, mempunyai target bahwa roh pengelolaan sampah itu berada pada anak-anak usia dini sebagai pembentukan mindset atau pola perilakunya.
“Semoga apa yang kami lakukan hari ini bermanfaat untuk anak-anak semua,” harap Erma. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni