
Kelompok Minoritas di Muhammadiyah ala Abdul Mu’ti, Liputam Muhammad Iqbal Rahman, Kontributor PWMU.CO Kabupaten Mojokerto
PWMU.CO – Dengan gayanya yang khas, penuh humor, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr H Abdul Mu’ti MEd menyampaihan hasil Muktamar Ke48 Muhammadiyah di Solo, 24-25 November 2022.
Dia menyampaikannya dalam sambutan pembukaan Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-3 Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Mojokerto, di Stikes Majapahit Ahad (12/2/2023).
Pertama, terkait dengan program kerja PP Muhammadiyah tahun 2022-2027. Kedua, peneguhan manhajIslam yang berkemajuan. Dari pemikiran tersebut melahirkan gagasan Risalah Islam Berkemajuan.
“Kalau di Muhammadiyah kita Istilahkan Islam Berkemajuan, dan jika di NU kita mengenalnya dengan Islam Nusantara. Maka, kita sebagai warga negara harus bisa saling bersinergi untuk menjadikan negara yang baldatun thayibatun wa rabun ghafur,” kata Abdul Mu’ti.
Ketiga, isu-isu strategis keumatan dan keagamaan universal. “Termasuk salah satunya adalah problematika dan krisis politik yang ada di Indonesia. Seperti yang sudah disampaikan oleh Ibu Bupati (dr Ikfina Fahmawati) tadi,” ujarnya.
Minoritas Muhammadiyah
Dengan gaya bercanda, Abdul Mu’ti menyampaikan salah satu yang menjadi isu adalah kelompok ‘minoritas’Muhammadiyah.
Pertama, poligami. Ada beberapa orang Muhammadiyah yang ikut paham ini. Terlebih pascacovid -19.
Kedua, perokok. “Orang Muhammadiyah juga ada yang masih merokok, walaupun dalam fatwa kita hukumnya haram,” katanya
Ketiga, Muhammadiyin. “Karakter ini mungkin saya miliki. Karena saya termasuk dalam kategori humoris atau lucu. Bahkan saya juga sudah menerbitkan buku dengan judul Guyon Maton, Lucu Bermutu ala Muhammadiyin,” ungkapnya.
“Atau seseorang yang dulunya sekolah atau ngaji di NU dan kemudian hijrah ke Muhammadiyah, sehingga ketika dia ceramah senantiasa menggunakan kitab Jawa atau tulisan pegon Jawa,” tambahnya.
Keputusan PP Muhammadiyah yang keempat terkait kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kelima, berkaitan dengan sikap Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui siklus tertentu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni