Akreditasi Sekolah/Madrasah Muhammadiyah Fardhu Ain Dapat Nilai A; Liputan Kontributor PWMU.CO Ain Nurwindasari.
PWMU.CO – Prof Dr Isa Anshori MSi menyampaikan penjelasan Instrumen Akreditasi Satuan Pendidikan (IASP) 2020 pada kegiatan Bedah Akreditasi, yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen PWM Jatim, di Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Rabu (15/02/2023).
Sebelum menyampaikan materi, Wakil Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu memotivasi peserta yang terdiri dari kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan tim akreditasi sekolah/madrasah Muhammadiyah se-Jawa Timur.
“Akreditasi itu ‘kan sesuai dengan spirit hasibuu anfusakum qabla antuhasabu (evaluasilah diri kalian sebelum kalian dievaluasi). Maka lakukan akreditasi penuh dengan kebahagiaan,” ucapnya.
Menurutnya akreditasi merupakan kegiatan yang rutins sehingga tidak perlu kaget. “Gampang banget akreditasi itu, mudah. Karena semuanya itu jelas. Pedomannya jelas, instrumennya ‘kan jelas. Ada pertanyaan, ada kisi-kisi yang harus dipenuhi,” terangnya memotovasi.
Isa menekankan bahwa sekolah dan madrasah Muhammadiyah wajib memperoleh nilai A dalam akreditasi.“Sekolah atau madrasah Muhammadiyah itu fardhu ‘ain untuk memperoleh nilai A. Sanggup nggih?” tanyanya retoris.
Dia menyatakan ada tugas kelembagaan untuk menjadikan sekolah Muhammadiyah akreditasinya minimal A. berarti skornya minimal 91. “Karena tugasnya cukup berat maka itu harus dirintis sejak awal sehingga ketika visitasi minimal betul-betul 91 menurut persepsi asesor,” lanjutnya.
Menyamakan Persepsi
Dia lantas memaparkan bagaimana caranya agar persepsi asesor sama dengan persepsi sekolah, yaitu dengan memenuhi standar kriteria yang ada di Sistem Informasi Penilaian Akreditasi (Sispena).
“Otomatis siapapun yang datang, itu pasti akan memperoleh minimal 91 totalnya. Yang jadi problem ‘kan menurut persepsi kita 100, ternyata dicocokkan tidak sesuai. Buktinya mana, dokumennya mana, hasil observasinya mana, hasil wawancaranya,” terangnya.
Isa lantas menekankan pentingnya mengisi Dapodik maupun Sispena secara rutin.
“Apakah aampean rutin ngisi Sapodik maupun Sispena sesuai dengan standar akreditasi?” tanyanya.
Menurutnya ini penting, karena kita menggunakan dua sistem. “Kalau Jenengan input data sudah lengkap di Dapodik maupun Simpatika, maka itu dalam rangka memenuhi syarat utama sebelum visitasi,” jelasnya.
Isa lantas memaparkan ada tiga faktor sekolah menjadi sasaran akreditasi. Di antaranya yaitu sekolah baru (belum diakreditasi), terdapat indikasi penurunan kinerja, dan adanya laporan masyarakat terverifikasi penurunan kinerja sekolah terakreditasi
“Kalau nilainya turun dibandingkan sebelumnya, maka menjadi sasaran akreditasi. Bagus sekolahnya, tapi ada tetangga yang laporan, jadi sasaran juga. Makanya harus baik sama tetangga. Atau memang baru berdiri sekolahnya,” terangnya.
Menghormati Tamu
Selanjutnya, Isa Anshori mengingatkan kepada pengelola sekolah Muhammadiyah ketika ada visitasi, yaitu menghormati tamu. “Asesor juga manusia. ‘Kan ada perintah fal yukrim dhaifahu (maka hendaklah menghormati tamunya). Tapi itu tidak mempengaruhi pemberian nilai, tapi mempengaruhi fokus pemberian nilai,” selorohnya diikuti tawa peserta.
Dalam pemaparannya, Isa mengungkapkan ada delapan standar penilaian akreditasi. Yaitu manajemen sekolah, proses pembelajaran, mutu lulusan, biaya, sarpras, penilaian, kurikulum, dan mutu guru.
“Jadi divisitasi itu setelah syarat rukunnya terpenuhi. Syaratnya itu ada yang wajib ada yang tidak wajib. Syarat wajib itu harus dipenuhi, kalau nggak ya nggak divisitasi. Makanya asesor datang pertama kali ke kamar kecil, itu observasi langsung, melihat airnya bagaimana, bersih atau nggak,” ungkapnya.
Editor Mohammad Nurfatoni