Mendidik Anak Perlu Keshalihan Orang Tua. Liputan Kusmiani, Kontributor PWMU.CO Gresik
PWMU.CO – Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) Gresik Jawa Timur menggelar kajian untuk wali murid bertempat di Masjid An Nur Kandangasin, Sabtu (4/2/23).
Majelis ilmu yang diberi nama Kajian Taman Surga (KTS) ini mengangkat tema Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya dengan pembicara Kiki Cahya Muslimah MPd.
Mengawali materinya, Kiki mengatakan, semua orang tua yang lurus fitrahnya mempunyai keinginan dan cita-cita agar keturunannya menjadi anak shalih dan shalihah. Namun, terkadang mereka lupa bahwa modal utama untuk mendidik anak dan mencapai cita-cita mulia tersebut adalah keshalihan dan ketakwaan orang tua.
“Alangkah ironisnya manakala kita berharap anak menjadi shalih dan bertakwa, sedangkan orang tua sendiri berkubang dalam maksiat dan dosa,” jelasnya.
Guru Bahasa Arab SMA Muhammadiyah IV (SMAMIV) Surabaya ini menuturkan, keshalihan jiwa dan perilaku orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk keshalihan anak. Sebab ketika anak membuka mata di muka bumi ini, yang pertama kali dilihat adalah ibu dan ayahnya.
“Ketika ia melihat orang tuanya berhias akhlak mulia serta tekun beribadah, niscaya itulah yang akan terekam kuat di benaknya. Insya Allah, itupun juga yang akan ia praktikkan dalam kesehariannya. Pepatah mengatakan, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Betapa banyak ketakwaan pada diri anak disebabkan ia mengikuti ketakwaan orang tuanya. Ingat karakter dasar manusia terutama anak kecil adalah suka meniru,” ujarnya.
Kiki mengkisahkan petualangan berharga Nabi Khidir dengan Nabi Musa AS dalam QS al-Kahfi. Ketika mereka berdua memasuki suatu kampung, namun penduduknya enggan menjamu. Sebelum meninggalkan kampung tersebut, mereka menemukan rumah yang hampir ambruk.
Dengan ringan tangan Nabi Khidir memperbaiki tembok rumah tersebut tanpa meminta upah dari penduduk kampung. Nabi Musa terheran-heran melihat tindakan tersebut. Nabi Khidir pun beralasan bahwa rumah itu milik dua anak yatim, yang di bawahnya terpendam harta peninggalan orang tuanya yang shalih. Allah SWT berkehendak menjaga harta mereka, hingga kedua anak tersebut dewasa dan mengambil manfaat dari harta itu.
“Para ahli tafsir menyebutkan, di antara pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas adalah, Allah akan menjaga keturunan seseorang manakala ia shalih walaupun ia telah meninggal dunia sekalipun. Begitulah dampak positif keshalihan orang tua, sekalipun telah meninggal dunia masih tetap dirasakan oleh keturunannya,” kata Kiki.
Beberapa Contoh Aplikasi Nyata
Guru yang pernah mengajar di SD Muwri selama 4 tahun ini mengatakan, jika menginginkan anak rajin mendirikan shalat lima waktu, maka orang tua semestinya mengajaknya dengan baik, meraih tangannya, menatap matanya, mengajak berbicara dari hati terdalam dan berangkat ke masjid bersama.
“Bukan hanya dengan berteriak memerintahkan anak pergi ke masjid sedangkan kita masih asyik menonton TV atau sibuk dengan HP. Begitupun jika kita berharap anak rajin membaca al-Quran, ramaikanlah rumah dengan lantunan ayat suci al-Quran yang keluar dari lisan ayah, ibu, ataupun speaker komputer dan HP,” jelasnya.
Guru Bahasa Arab yang juga mengajar di SMK muhammadiyah 2 Surabaya ini menjabarkan, jika menginginkan anak ringan berinfak dan bersedekah, maka orang tua juga semestinya memberi contoh dengan rajin berinfaq atau bersedekah untuk masjid, berbagi kepada mereka yang membutuhkan, mengajak ke panti asuhan, atau ke tempat-tempat yang memang membutuhkan bantuan.
“Bila kita menginginkan anak jujur dalam bertutur kata, hindarilah berbohong sekecil apapun. Tanpa disadari, ternyata sebagai orang tua, kita sering membohongi anak,” ucapnya.
Ia memberi contoh, ketika kita terburu-buru pergi ke tempat kerja di pagi hari, sementara anak kita meminta ikut atau mengajak jalan-jalan mengelilingi perumahan. Apa yang kita lakukan?
“Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengatakan, Ibu hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya. Sebentar saja ya sayang. Tapi ternyata kita malah pulang sore menjelang malam,” katanya. nn
Menurut Kiki, ilustrasi tersebut merupakan salah satu contoh bahwa orangtua telah berbohong kepada anak dan itu akan ditiru.
“Terus apa yang sebaiknya orang tua lakukan? Berkatalah dengan jujur kepada anak. Ungkapkan dengan lembut dan penuh kasih, serta pengertian,” paparnya.
Ia memberi contoh kalimat rayuan pada anaknya dengan mengatakan “Sayang, Ibu mau pergi bekerja. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalau nanti Ibu jalan-jalan naik odong-odong, Insya Allah kamu bisa ikut,” jelasnya.
“Kita sebagai orang tua tidak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini. Pasti butuh waktu lebih untuk memberi pengertian. Anak menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita perlu bersabar dan melakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus. Kita ingin anak jujur? Mulailah dari diri kita sendiri,” tandasnya.
Mendidik Anak Super Aktif
Ia mengkisahkan, ada seorang anak yang terkenal aktif. Suatu saat ada jamuan makan teman-teman dari orang tuanya. Tak disangka anak itu masuk rumah dan tangannya menggenggam debu, lalu menaburkan di atas makanan yang sudah siap disajikan. Ibunya kelabakan, amarahnya meletup dan kesabarannya nyaris hilang.
“Terlontarlah kata-kata yang tak terduga, ‘Idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,’ ini Bahasa Arab Bu! Yang artinya ‘Pergi kamu! Biar kamu jadi imam di Haramain’. Doa Ibu yang tak terduga tersebut ternyata dikabulkan Allah. Siapa anak itu? Dialah Syeikh Abdurrahman As-Sudais, Imam Masjidil Haram yang suaranya merdu dan tartil melantunkan ayat al-Quran,” jelasnya.
Maka dari itu, kata Kiki, orang tua memiliki peran utama dalam mendidik anak-anaknya. Meski ada saja kebandelan dan keusilan anak, orang tua perlu bersabar dan tetap berdoa untuk kebaikan putra-putrinya. Bisa saja kenakalan seorang anak bukan bermaksud membantah atau melanggar. Tapi bagian kreativitas yang sulit disadari oleh orang tua.
“Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Development Psychology menemukan bahwa anak yang saat masa kecilnya cenderung ‘aktif’ mempunyai kehidupan yang sukses saat dewasa,” imbuhnya.
Dosen Intensif Bahasa Arab di UIN Sunan Ampel Surabaya ini memapaparkan, orang tua juga tidak perlu panik dengan menghukum dan bergaya otoriter pada anak. Ada sisi kebengalan anak yang sebenarnya menunjukkan cara bagaimana ia berpikir dalam dunianya dan berkembang sesuai harapannya. Orang tua perlu bijaksana dalam memberikan penjelasan agar anak mengerti.
“Ketika anak melakukan kesalahan, tahan diri agar jangan sampai meluapkan amarah, menghina, memukul apalagi melontarkan ucapan negatif yang kelak bisa jadi dikabulkan Allah,” ujarnya mengingatkan.
Ia mengutip sebuah hadits, Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu juga hartamu. Jangan lupa mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan ketika Allah mengabulkan doa kalian.
Berdoa Kepada Allah Agar Dikaruniai Keturunan Yang Baik
Kiki mengatakan, agar diberi keturunan yang baik, orang tua perlu banyak berdoa dan berharap kepada Allah SWT. Hal itu sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang shalih terdahulu. Ia memberikan beberapa contoh doa sebagai berikut:
Doa Nabi Zakaria AS
أ) وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا ٥ يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا ٦
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera. yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”. (QS. Maryam (19): 5-6)
ب) رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ ٣٨
38. “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengarkan doa.” (QS. Ali Imran (3): 38)
Doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
ج) رَبِّ هَبۡ لِي مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٠٠
100. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash-Shaffat (37): 100)
د) رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ ٤٠
40. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim (14): 40)
ه) رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنٗا وَٱجۡنُبۡنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ ٣٥
35. Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS. Ibrahim (14): 35)
Kewajiban Orang Tua Berbanding Lurus dengan Ketaatan Anak
Guru yang sedang menempuh S3 di Prodi Pendidikan Bahasa Arab UIN Maulana Malik ibrahim Malang ini menjelaskan, sosok ayah dan ibu harus memiliki wibawa sehingga didengar oleh anak-anaknya.
Seorang suami adalah pemimpin bagi penghuni rumahnya, maka dia akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin. Demikian pula seorang istri, dia adalah pemimpin di dalam rumahnya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin.
“Wibawa ini akan terwujud dengan beberapa hal, bisa dengan cinta, bisa dengan tanggung jawab berupa nafkah, kekompakan ayah dengan ibu, dan yang terpenting adalah selalu berusaha menegakkan hukum Allah SWT dalam setiap urusan keluarga,” lanjutnya.
Menegakkan hukum Allah Yang Maha Adil, sambung dia, bisa dimulai dengan mengajarkan al-Quran dan Sunnah kepada anak-anak, khususnya yang terkait dengan kewajiban kepada orang tua. Anak-anak diajari hak-hak ayah dan ibu dengan cara yang baik, diajari bahwa taat kepada orang tua dalam hal yang maruf, sejatinya itu juga merupakan ketaatan kepada Allah.
“Dalam mendidik anak, seorang ibu harus mendorong anaknya agar mentaati ayahnya. Demikian pula seorang ayah agar mendorong anaknya supaya mentaati ibunya dan menerangkan tentang keagungan haknya,” terang Kiki.
Ia menyitir firman Allah ‘Azza wa Jalla,
۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيْئًاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا ٣٦
36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.
۞قُلۡ تَعَالَوۡاْ أَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيْئًا وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗاۖ ١٥١
151. Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak.
۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ٢٣ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا ٢٤
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
Ia melanjutkan membaca dalam hadits Ibnu Mas’ud r.a, beliau juga menceritakan.
Aku bertanya kepada Nabi saw, ‘Amal apakah yang paling dicintai oelh Allah?’ Beliau menjawab,’Shalat pada waktunya.’ Ibnu Mas’ud bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab,’kemudian berbuat baik kepada orang tua.’ Ibnu Mas’ud bertanya,’kemudian apalagi?’ Beliau menjawab,’kemudian berjihad di jalan Allah.’ (HR. Muslim, no.120)
“Kita pernah mendengar atau bahkan masih tersimpan dalam ingatan sebagai saksi sejarah, saat sarana informasi dan telekomunikasi masih amat terbatas, lalu kita bandingkan dengan zaman digital serba canggih ini dan dampaknya yang luar biasa untuk para orang tua dan anak,” katanya.
Orang Tua Dulu dan Masa Kini dalam Mendidik Anak
Dia mengatakan, mendidik anak tempo dulu, masih banyak ibu yang rajin mengajari anaknya mengaji, bercerita tentang kisah para nabi, para sahabat hingga teladan dari para ulama. Namun sekarang, banyak dari mereka yang lebih nyaman menghabiskan waktu dengan FB, akrab dengan berita dan talk show artis di televisi.
Selain itu, dulu bapak-bapak mengajari anaknya sejak dini tata cara wudhu, shalat, dan ibadah primer lainnya, sekarang mereka sibuk mengikuti berita transfer pemain bola.
“Bagaimana kondisi anak-anak saat ini, dan apa yang akan terjadi di negeri kita lima puluh tahun ke depan, jika kondisi kita terus seperti ini?” tanyanya.
“Jika kita tidak ingin menjumpai mimpi buruk kehancuran negeri ini, persiapkan generasi muda sejak sekarang,” tandas ibu satu anak ini.
Untuk merealisasikan itu, kata Kiki, mulailah dengan memperbaiki diri kita sendiri selaku orang tua, salah satunya memperbanyak mengikuti kajian seperti ini.
“Sebab mendidik anak memerlukan keshalihan orangtua hingga selalu berwibawa di mata putra-putrinya. Semoga Allah Yang Maha Pemurah senantiasa meridhai setiap langkah baik kita, aamiin,” tutupnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni