PWMU.CO– Outing Class siswa SD al-Kautsar Kota Pasuruan berombongan naik lima bus menuju Kaliwatu Apple Sun Learning Center Bumiaji Kota Batu, Kamis (16/2/23).
Program pembelajaran di luar kelas ini agenda tahunan semua siswa kelas 1 sampai 5. Kegiatan ini pengaplikasian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kurikulum Merdeka.
Pukul 09.30 rombongan sampai di Apple Sun Learning Center Bumiaji disambut kakak fasilitator pemandu permainan dan outbound.
Seluruh siswa menuju aula untuk menaruh tas dan barang. Selanjutnya anak anak, orangtua, guru pendamping berkumpul di lapangan. Sesi perkenalan dan penjelasan beragam kegiatan yang diikuti. Pertama membentuk delapan kelompok berisi siswa campur antar kelas.
”Oke adik-adik kita bersenang-senang di sini bersama kakak fasilitator ya. Ada permainan jaring, flying fox, jembatan miring, shooting target, donut boot, merayap jaring, tangkap belut, papan labirin, lumbung stroberi, dan pipa ngompol…..,” kata kakak fasilitator disambut tawa anak-anak.
Keseruan dan kegembiraan ketika permainan dimulai. Permainan pertama main jaring. Ada anak yang gembira dengan percaya langsung menaiki jaring hingga ke puncak. Sorak dan teriakan menggema kalau berhasil naik. Tapi ada juga yang takut. Kakak fasilitator menyemangati agar anak-anak berani naik.
“Ayo Dik, kamu hebat kamu bisa sampai puncak satu satu dulu kaki kanannya dulu diangkat, nah baru kaki kirinya,” kata fasilitator menyemangati.
Selesai di sini, ganti lanjut tantangan melayang ke flying fox. Erin, salah satu peserta tertawa lepas melihat flying fox yang tak terlalu tinggi. ”Haduhhh ini mudahh aku gak takut,” ujarnya.
Tiba giliran Erin dengan santai dia naik lalu memasang tali pengaman, kemudian meluncur dengan gembira. Padahal ada temannya yang gemetaran bahkan teriak histeris.
Petualangan berlanjut ke jembatan miring dibuat tali tali tampar. Semua anak harus berani melewatinya.
”Oke adik-adik sekarang di sini kita di jembatan miring. Kenapa dinamakan jembatan miring? Karena kita jalannya miring seperti kepitin,g” ungkap kakak fasilitator
Di jembatan miring tidak banyak yang merasakan kesulitan semua lewat dengan mudah. Lalu bergeser ke shooting target.
”Siapa yang suka tembak-tembakan. Sekarang kita belajar menembak target,” ujar kakak fasilitator. Tampaknya anak-anak fokus pada amunisi senjata yang hendak dibuat menembak target.
”Itu apa yang bulat-bulat?” tanya salah satu anak.
”Ini namanya amunisi, peluru. Terbuat dari cairan dengan pewarna makanan. Bukan berarti tidak berbahaya ya peraturannya menembak hanya ditargetkan pada sasaran, Oke?” jelas kakak fasilitator. Semua anak membidik sasaran. Kalau pas terkena di tengah langsung bersorak riang.
Keseruan outing class bergeser padamainan donut boot. Disebut donat karena tiduran di atas karet ban yang bentuknya seperti donat. Ini naik ban ngintir di sungai. Selayaknya arung jeram. Aliran sungai yang dilewati dangkal jadi aman.
”Ayo siapa yang pingin main air,” ungkap fasilitator donut boot.
”Sayaa…. Kak…” seluruh anak anak mengacungkan tangan
Menuju tempat donut boot pakai shuttle car minibus. Menuju hulu sungai. Sekitar 7 menit tiba di lokasi. ”Ayo berbaris rapi, pasang pelampung. Lalu naik donat boot ini, ” jelas kakak fasilitator
Donat boot dari ban dalam mobil. Di tengahnya ada ban sepeda supaya bisa mengapung dengan aman. Anak-anak naik satu persatu posisi tiduran telentang. Lantas ngintir mengikuti arus sungai. SEmuanya bersorak
Ternyata di perjalanan ada yang nyangkut di antara bebatuan sungai. Pengawas yang disebar di beberapa titik langsung tanggap segera mendorong ban yang tersangkut.
Game air masih berkelanjutan. Kali ini permainan tangkap belut. Memindahkan belut dari satu tempat ke tempat. Siapa yang paling banyak memindahkan belut dialah pemenangnya.
Anak-anak berlarian berebut menangkap belut yang licin. Banyak yang kesulitan memegang. Ada yang takut. ”Apakah belutnya menggigit?” Dijawab aman tidak menggigit. Ada juga yang geli karena licin.
Berikutnya main papan labirin. Ini bikin gemes. Anggota kelompok terdiri 15 anak harus kompak memasukan bola pingpong dan kelereng menuju lubang di tengah. Ternyata tidak mudah menggiring bola masuk ke lubang. Rintangannya banyak.
Usai bermain ana-anak shalat Duhur dipandu Ustadz Muslim, guru pendamping, menuju masjid.
”Kegiatan apapun tidak boleh lalai shalat,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan terakhir ke lumbung stroberi. Mempelajari cara menanam dengan media polybag. Setelah itu menikmati jus stroberi.
Waktu pulang anak-anak mendapat tanaman stroberi di polybag untuk dirawat di rumah.
Penulis Sumayyah Editor Sugeng Purwanto